** Firman Tuhan: (Pengkotbah 3:11) ** 
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya." 

Ada seorang anak laki-laki yang berambisi bahwa Suatu hari nanti ia akan menjadi jenderal Angkatan Darat. Anak itu pandai dan memiliki ciri-ciri yang lebih daripada cukup untuk dapat membawa nya kemanapun ia mau. Untuk itu ia bersyukur kepada Tuhan, oleh karena ia adalah seorang anak yang takut akan Tuhan dan ia selalu berdoa agar supaya suatu hari nanti impiannya itu akan menjadi kenyataan.

Sayang sekali, ketika saatnya tiba baginya untuk bergabung dengan Angkatan Darat, ia ditolak oleh karena memiliki telapak kaki rata. Setelah berulang kali berusaha, ia kemudian melepaskan hasratnya untuk menjadi jenderal dan untuk hal itu ia mempersalahkan Tuhan yang tidak menjawab doanya. Ia merasa seperti berada seorang diri, dengan perasaan yang kalah, dan di atas segalanya, rasa amarah yang belum pernah dialaminya sebelumnya.

Amarah yang mulai ditujukannya terhadap Tuhan. Ia tahu bahwa Tuhan ada, namun tidak mempercayaiNya lagi sebagai seorang sahabat, tetapi sebagai seorang tiran (penguasa yang lalim). Ia tidak pernah lagi berdoa atau melangkahkan kakinya ke dalam gereja. Ketika orang-orang seperti biasanya berbicara tentang Tuhan yang Maha Pengasih, maka ia akan mengejek dan menanyakan pertanyaan-pertanya an rumit yang akan membuat orang-orang percaya itu kebingungan.

Ia kemudian memutuskan untuk masuk perguruan tinggi dan menjadi dokter. Dan begitulah, ia menjadi dokter dan beberapa tahun kemudian menjadi seorang ahli bedah yang handal. Ia menjadi pelopor di dalam pembedahan yang berisiko tinggi dimana pasien tidak memiliki kemungkinan hidup lagi apabila tidak ditangani oleh ahli bedah muda ini. Sekarang, semua pasiennya memiliki kesempatan, suatu hidup yang baru.

Selama bertahun-tahun, ia telah menyelamatkan beribu-ribu jiwa, baik anak-anak maupun orang dewasa. Para orang tua sekarang dapat tinggal dengan berbahagia bersama dengan putra atau putri mereka yang dilahirkan kembali, dan para ibu yang sakit parah sekarang masih dapat mengasihi keluarganya. Para ayah yang hancur hati oleh karena tak seorangpun yang dapat memelihara keluarganya setelah kematiannya, telah diberikan kesempatan baru.

Setelah ia menjadi lebih tua maka ia melatih para ahli bedah lain yang bercita-cita tinggi dengan tekhnik bedah barunya, dan lebih banyak lagi jiwa yang diselamatkan. Pada suatu hari ia menutup matanya dan pergi menjumpai Tuhan. Di situ, masih penuh dengan kebencian, pria itu bertanya kepada Tuhan mengapa doa-doanya tidak pernah dijawab, dan Tuhan berkata, "Pandanglah ke langit, anakKu, dan lihatlah impianmu menjadi kenyataan."

Di sana, ia dapat melihat dirinya sendiri sebagai seorang anak laki-laki yang berdoa untuk bisa menjadi seorang prajurit. Ia melihat dirinya masuk Angkatan Darat dan menjadi prajurit. Di sana ia sombong dan ambisius, dengan pandangan mata yang seakan-akan berkata bahwa suatu hari nanti ia akan memimpin sebuah resimen. Ia kemudian dipanggil untuk mengikuti peperangannya yang pertama, akan tetapi ketika ia berada di kamp di garis depan, sebuah bom jatuh dan membunuhnya. Ia dimasukkan ke dalam peti kayu untuk dikirimkan kembali kepada keluarganya. Semua ambisinya kini hancur berkeping-keping saat orang tuanya menangis dan terus menangis.

Lalu Tuhan berkata, "Sekarang lihatlah bagaimana rencanaKu telah terpenuhi sekalipun engkau tidak setuju." Sekali lagi ia memandang ke langit. Di sana ia memperhatikan kehidupannya, hari demi hari dan berapa banyak jiwa yang telah diselamatkannya. Ia melihat senyum di wajah pasiennya dan di wajah anggota keluarganya dan kehidupan baru yang telah diberikannya kepada mereka dengan menjadi seorang ahli bedah.

Kemudian di antara para pasiennya, ia melihat seorang anak laki-laki yang juga memiliki impian untuk menjadi seorang prajurit kelak, namun sayangnya dia terbaring sakit. Ia melihat bagaimana ia telah menyelamatkan nyawa anak laki-laki itu melalui pembedahan yang dilakukannya. Hari ini anak laki-laki itu telah dewasa dan menjadi seorang jenderal. Ia hanya dapat menjadi jenderal setelah ahli bedah itu menyelamatkan nyawanya.

Sampai di situ, Ia tahu bahwa Tuhan ternyata selalu berada bersama dengannya. Ia mengerti bagaimana Tuhan telah memakainya sebagai alatNya untuk menyelamatkan beribu-ribu jiwa, dan memberikan masa depan kepada anak laki-laki yang ingin menjadi prajurit itu.




Untuk dapat melihat kehendak Tuhan digenapkan di dalam hidup kita, kita harus mengikuti Tuhan dan bukan mengharapkan Tuhan yang mengikuti.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


** Firman Tuhan: (Mat 5:37) **
"Janganlah engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa untuk memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat."

Menurut C. Subakdi Soemanto, penggunaan kata yang diperhalus dalam kehidupan sehari-hari, menunujukkan ketidaksiapan untuk berterus terang. Kata yang diperhalus mengandung jebakan atau menampilkan wajah halus, pada hal ada yang perlu diperbaiki."Kata yang dugunakan untuk memperhalus sebuah kenyataan menjadikan bahasa sukar dipegang kebenarannya. Sisi lain dari penggunaan bahasa yang diperhalus adalah hidupnya budaya sulit terus terang," tandas budayawan itu.

Tuhan Yesus pernah tegas berpesan kepada para murid agar mereka memiliki gaya hidup suka berterus terang dengan menyatakan yang benar sebagai benar dan salah sebagai salah. Ini penting karena bersinggungan langsung dengan praktik hidup sehari-hari. Jika kehidupan sehari-hari mereka diwarnai dengan gaya berterus terang, maka hal itu akan membentuk pola kebiasaan. Dan kebiasaan merupakan kenyataan riel yang membungkus kehidupan setiap manusia. Hal ini akan menampilkan setiap pribadi apa adanya.

Kehidupan sehari-hari kita pun demikian. Setiap detik, menit, jam, hari akan membentuk citra kita, baik dihadapan Tuhan maupun sesama. Di tempat kerja, di rumah, di gereja, di masyarakat, keseharian kita telah melukis secara akurat jati diri kita! Apakah kita telah mengembangkan gaya hidup suka berterusterang untuk semakin memancarkan citra-Nya?


God bLess us
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


Suatu malam, seorang wanita berusia 20-an tahun bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, ia segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat si anak berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata: “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”
“Ya, tetapi, aku tidak membawa uang”, jawab si wanita dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu”, jawab si pemilik kedai. “Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.
Si wanita segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.
“Ada apa nona?”, tanya si pemilik kedai.
“Tidak apa-apa”, aku hanya terharu jawab wanita itu sambil mengeringkan air matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi ! Tetapi, ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri”, katanya kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataannya, menarik nafas panjang lalu berkata:
“Nona, mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”. Si wanita terhenyak mendengar hal tsb.
“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal , aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya”.
Dia segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengannya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah,”Nak, kau sudah pulang. Cepat masuklah, Ibu telah menyiapkan makan malam. Makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan dingin jika kau tidak memakannya sekarang”.
Pada saat itu si wanita tidak dapat menahan tangisnya. Ia pun menangis di pelukan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita. Kadang-kadang, kita sulit atau lebih tepatnya tidak mau untuk melihat dan menghargai pertolongan yang diberikan oleh orang-orang yang sudah sangat kita kenal. Untuk menghargai cinta kasih mereka. Kita menganggap itu sebagai suatu keharusan. Sebuah kewajiban.
Renungkanlah:

Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu ?
Kapan kita terakhir mengundang Ibu ?
Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan2 ?
Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dgn ucapan terima kasih kepada Ibu kita ?
Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita ?
Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.

When Mother prayed, she found sweet rest,
When Mother prayed, her soul was blest;
Her heart and mind on Christ were stayed,
And God was there when Mother prayed!

Our thanks, O God, for mothers
Who show, by word and deed,
Commitment to Thy will and plan
And Thy commandments heed.

A thousand men may build a city, but it takes a mother to make a home.



SELAMAT HARI IBU UNTUK SEMUA PARA IBU...
TUHAN YESUS MEMBERKATI.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
 


** Firman Tuhan: (Mat 6:34) ** 
"Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari esok,karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri, Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Kalimat "Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari" dari ayat diatas, mengandung tiga makna:

Pertama, kita tidak boleh terikat dengan kenangan masa lalu, yang membuat kita menjadi tidak memiliki tenaga yang optimal untuk melakukan tugas-tugas pekerjaan kita. Kenangan masa lalu bisa berarti: perbuatan salah yang kita lakukan dan kita sesali berkepanjangan (harus diingat bahwa Tuhan sudah mengampuni kita dan melupakannya (1 Yoh 1:9); dan menginginkan kenikmatan daging yang belum dilakukan, maupun yang sudah dilakukan. Hal ini menimbulkna keinginan untuk berbuat dosa.(Ef.4:27).


Kedua, setiap hari ada pencobaanya sendiri. Kita harus mengerti kenyataan ini, bahwa setiap hari pasti ada kesulitan, kesukaran atau pencobaan hidup (Mzm 23:4). Pengertian ini akan membuat kita tidak terkejut, tatkala kita harus menghadapi kesulitan setiap hari. Satu jaminan yang Tuhan berikan kepada kita adalah bahwa Allah tidak pernah memberikan kita pencobaan melebihi kekuatan kita (1 Kor 10:13). Dari setiap pencobaan yang kita alami pasti Tuhan menyediakan jalan keluarnya, dan semua itu akan membuat kita semakin siap dibawa kepada kemuliaan Allah bersama dengan Kristus. Pengalaman melalui kesulitan-kesuliatan, saat di dalamnya Tuhan memberi jalan keluar, akan membuat kita semakin mengenal Allah, mengagumi, dan mengasihi-Nya.

Ketiga, hari esok kita dijamin Tuhan. Tuhan mengatakan: "Jangan kamu kuatir,apa yang akan kamu makan dan pakai". Tentu Tuhan tidak sekedar berkata-kata. Di balik ucapan kalimat yang diucapkan tersebut, Tuhan menjanjikan pertolongan, kelimpahan dan jawaban atas segala masalah dan kebutuhan kita.

Anak Tuhan tidak perlu bertanya-tanya bagaimana hari esok, sebab Tuhan selalu menyediakan yang terbaik untuk kita.(Yer 29:11). Kekuatiran dan kecemasan dunia akan membuat rohani kita tidak bertumbuh,dan hidup tidak sejahtera; kekuatiran dan kecemasan menutup mata hati kita terhadap kasih Allah yang sempurna terhadap kita, akhirnya kita makin picik tidak mengenal kebaikan dan kasih Allah. Kita harus berkeyakinan banhwa hari esok kita sudah ditata apik oleh Tuhan, dan bisa saja, penataan itu di luar pengetahuan kita.(Mzm 127:2).


Jesus Loves and bLess us abundantLy
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


Apakah anda termasuk orang yang mudah atau sulit tidur? Ayah saya termasuk orang yang sangat mudah tidur. Meski ia masih sangat aktif bekerja di usia senjanya, ia bukanlah orang yang gampang stres. Dalam sekejap saja ia bisa langsung pulas setiap ada kesempatan untuk beristirahat biarpun cuma sebentar. Tidur itu mudah dan gratis, katanya pada suatu kali sambil tertawa. Ya, bagi orang yang tidak mengalami kesulitan tidur hal itu tentu benar. Tapi coba tanyakan kepada orang-orang yang sulit tidur, seperti orang insomnia misalnya, maka tidur ini bisa jadi menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan dan mahal harganya. Hidup di dunia yang semakin lama semakin sulit akan membuat hal-hal yang bisa mengganggu kedamaian kita bertambah banyak pula. Berbagai masalah, konflik, situasi sulit bisa menimbulkan stres dan depresi, dan hal-hal seperti itu tentu bisa mengganggu bahkan merampas damai sejahtera maupun sukacita dari diri kita. Akibatnya jangankan bisa nyenyak, untuk bisa memejamkan mata saja sudah sulit. Ada yang bahkan memerlukan obat terlebih dahulu agar bisa tidur.

Nyenyak tidaknya kita tidur akan sangat tergantung dari kondisi hati kita. Ketenangan, kedamaian, sukacita, itu semua akan membuat kita bisa tidur dengan nyaman. Sebaliknya ketika membiarkan semua itu dirampas oleh masalah-masalah yang kita alami, maka kita pun tidak akan pernah bisa menikmati tidur yang berkualitas lagi.

Daud pernah mengalami masa-masa sulit ketika Absalom, puteranya sendiri melakukan makar untuk menggulingkan dia. Kisah ini bisa kita baca dalam kitab 2 Samuel 15. Pemberontakan Absalom membuat Daud harus melarikan diri dari Yerusalem untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang buruk. Bayangkan bagaimana rasanya dikudeta, apalagi oleh anak sendiri. Tentu situasi itu berat untuk dialami. Bagaimana reaksi Daud menghadapi itu? Mazmur 3 mencatatnya dengan lengkap.

Perikop yang bertajuk "Nyanyian pagi dalam menghadapi musuh" dimulai dari seruan Daud akan banyaknya musuh yang bangkit menyerangnya. (ay 2). Bahkan mereka begitu merasa di atas angin sehingga dengan sombong berkata "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." (ay 3). Habislah riwayat Daud kali ini, begitu pikir mereka. Tapi Daud tidak terpengaruh. Ia berkata "Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku." (ay 4). Dalam keadaan berat seperti itu, Daud masih bisa mendengar jawaban Tuhan. (ay 4). Oleh sebab itulah Daud bisa tetap tenang, bahkan ia bisa tetap tidur dengan tentram. "Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!" (ay 6). Daud bisa beristirahat dengan tenang, karena ia tahu pasti bahwa Tuhan ada bersamanya dan akan tetap menopangnya. Dan itulah kunci dari ketenangan kita. Damai sejahtera dan sukacita sejati itu sesungguhnya berasal dari Tuhan dan tidak tergantung dari kondisi di sekitar kita dan apa yang tengah kita alami. seperti apa yang sudah dibagikan dalam renungan kemarin, kita harus terus meneguhkan hati kita dan tetap mempercayakan segalanya ke dalam tangan Tuhan untuk bisa menerimanya. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." (Yesaya 26:3).

Masalah bisa sangat besar, tetapi bisakah anda yakin bahwa Tuhan lebih besar dari masalah apapun itu? Daud tahu pasti akan hal itu. Berkali-kali dalam kesesakan dan himpitan masalah ia tahu harus berseru kepada siapa untuk mendapatkan ketenangan. Baginya, Allah adalah gunung batu yang teguh, dimana ia bisa bersandar dengan aman. "Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah." (Mazmur 62:8). Hal yang sama pun berlaku bagi kita. Damai sukacita sejati tidaklah terletak pada ada tidaknya masalah, tetapi bagaimana sikap kita dalam memandang sebuah masalah. Kalau kita percaya masalah itu lebih besar dari Tuhan, maka jangan heran apabila kita akan terus menerus tenggelam dalam stres dan depresi sehingga tidur pun menjadi sesuatu yang langka bagi kita. Sebaliknya, jika iman anda berkata bahwa Tuhan itu lebih besar dari masalah seberat apapun, anda akan bisa melewati rintangan badai apapun dalam keadaan tenang dalam damai sejahtera dan sukacita sejati dari Tuhan.

Sleep tight, sweet dream, because God is far greater than any problems.

JESUS BLESS AND LOVE US
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Song