Salah satu hal yang sering membuat energi kita terkuras adalah timbulnya rasa ketersinggungan diri. Munculnya perasaan ini sering disebabkan oleh ketidaktahanan kita terhadap sikap orang lain.

Ketika tersinggung, minimal kita akan sibuk membela diri dan selanjutnya akan memikirkan kejelekan orang lain. Hal yang paling membahayakan dari ketersinggungan adalah habisnya waktu kita menjadi buah roh.

Efek yang biasa ditimbulkan oleh rasa tersinggung adalah kemarahan. Jika kita marah, kata-kata jadi tidak terkendali, stress meningkat, dan lainnya. Karena itu, kegigihan kita untuk tidak tersinggung menjadi suatu keharusan.

Apa yang menyebabkan orang tersinggung? Ketersinggungan seseorang timbul karena menilai dirinya lebih dari kenyataan, merasa pintar, berjasa, baik, tampan, dan merasa sukses.

Setiap kali kita menilai diri lebih dari kenyataan bila ada yang menilai kita kurang sedikit saja akan langsung tersinggung. Peluang tersinggung akan terbuka jika kita salah dalam menilai diri sendiri. Karena itu, ada sesuatu yang harus kita perbaiki, yaitu proporsional menilai diri.

Teknik pertama agar kita tidak mudah tersinggung adalah tidak menilai lebih kepada diri kita. Misalnya, jangan banyak mengingat-ingat bahwa saya telah berjasa, saya seorang guru, saya seorang pemimpin, saya ini orang yang sudah berbuat. Semakin banyak kita mengaku-ngaku tentang diri kita, akan membuat kita makin tersinggung.

Ada beberapa cara yang cukup efektif untuk meredam ketersinggungan

Pertama, belajar melupakan.

Jika kita seorang sarjana maka lupakanlah kesarjanaan kita. Jika kita seorang direktur lupakanlah jabatan itu. Jika kita pemuka agama lupakan kepemukaagamaan kita. Jika kita seorang pimpinan lupakanlah hal itu, dan seterusnya. Anggap semuanya ini berkat dari Allah agar kita tidak tamak terhadap penghargaan. Kita harus melatih diri untuk merasa sekadar hamba Allah yang tidak memiliki apa-apa kecuali berkat ilmu yang dipercikkan oleh Allah sedikit. Kita lebih banyak tidak tahu. Kita tidak mempunyai harta sedikit pun kecuali sepercik titipan berkat dari Allah. Kita tidak mempunyai jabatan ataupun kedudukan sedikit pun kecuali sepercik yang Allah telah berikan dan dipertanggung jawabkan. Dengan sikap seperti ini hidup kita akan lebih ringan. Semakin kita ingin dihargai, dipuji, dan dihormati, akan kian sering kita sakit hati.

Kedua, kita harus melihat bahwa apa pun yang dilakukan orang kepada kita akan bermanfaat jika kita dapat menyikapinya dengan tepat.

Kita tidak akan pernah rugi dengan perilaku orang kepada kita, jika bisa menyikapinya dengan tepat. Kita akan merugi apabila salah menyikapi kejadian dan sebenarnya kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat sesuai dengan keinginan kita. Yang bisa kita lakukan adalah memaksa diri sendiri menyikapi orang lain dengan sikap terbaik kita. Apa pun perkataan orang lain kepada kita, tentu itu terjadi dengan izin Allah. Anggap saja ini episode atau ujian yang harus kita alami untuk menguji keimanan kita.

Ketiga, kita harus berempati.

Yaitu, mulai melihat sesuatu tidak dari sisi kita. Perhatikan kisah seseorang yang tengah menuntun gajah dari depan dan seorang lagi mengikutinya di belakang Gajah tersebut.

Yang di depan berkata, "Oh indah nian pemandangan sepanjang hari". Kontan ia didorong dan dilempar dari belakang karena dianggap menyindir. Sebab, sepanjang perjalanan, orang yang di belakang hanya melihat pantat gajah.

Karena itu, kita harus belajar berempati. Jika tidak ingin mudah tersinggung cari seribu satu alasan untuk bisa memaklumi orang lain. Namun yang harus diingat, berbagai alasan yang kita buat semata-mata untuk memaklumi, bukan untuk membenarkan kesalahan, sehingga kita dapat mengendalikan diri.

Keempat, jadikan penghinaan orang lain kepada kita sebagai ladang peningkatan kwalitas diri dan kesempatan untuk mempraktekkan buah-buah roh Yaitu, dengan memaafkan orang yang menyakiti dan membalasnya dengan kebaikan.


Tuhan Yesus mengasihi kita semua :)
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


** Firman Tuhan: (Daniel 4:27-30 ) **


Dari seluruh ranjau rohani yang dapat menyerang kita adalah kesombongan. Ini merupakan ranjau paling berbahaya dan sulit dideteksi. Itu terjadi karena kesombongan biasanya merupakan pembungkus untuk menutupi kelemahan kita. Sering terjadi bahwa orang sombong sebenarnya sedang berusaha untuk mendapatkan perhatian guna menutupi kekosongan pribadinya.

Seperti ranjau-ranjau lainnya, kesombongan menimbulkan berbagai akibat yang tidak kita kehendaki. Salah satunya adalah kesombongan menghalangi persekutuan kita dengan Allah. Amsal 16:5, berkata "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi Tuhan; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." Allah dengan keras menegur orang yang sombong, sebab Ia tahu bahwa sikap ini adalah batu sandungan bagi orang percaya lainnya. Kita tidak dapat melayani Dia, bila kita selalu mencari pujian dari manusia. Kesombongan akan mendorong Tuhan keluar dari kehidupan kita. Karya Roh Kudus dipadamkan di dalam hidup kita., dan kita jadi sangat bergantung pada hikmat kita sendiri dan mengabaikan Firman Allah.

Sudah selayaknya tidak boleh ada tempat untuk kesombongan di dalam hidup kita. Keberhasilan yang kita raih bukanlah untuk kebangga diri, melainkan sebagai alasan untuk bersyukur kepada Allah, oleh karena anugrah dan berkat-berkat-Nya (Yakobus 1:17; Yesaya 26:12).

Bacaan hari ini mengajarkan kita bahwa Tuhan tidak pernah main-main dengan janj-Nya. Di kisah ini Tuhan memakai Daniel untuk mengingatkan raja Nebukadnezar yang mulai sombong, untuk mengartikan mimpi sang raja. Semua rencana Tuhan di sampaikannya, untuk menyatakan kepada raja, bahwa yang maha tinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya (ayat 33).
Kiranya pelajaran ini juga berguna bagi kita, kesombongan sangat dibenci Tuhan, itu sebabnya hati-hatilah dengan ranjau ini!


SeLamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati kita :)
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


Yang lebih mencerminkan kedewasaan seseorang adalah sikap. Jadi sikap kita mewarnai cara berpikir dan tindakan kita dalam menghadapi hidup ini. Kedewasaan dapat diukur dengan berapa matangnya sikap kita ini dalam menghadapi hidup.

Sudah tentu kedewasaan sangat dipengaruhi oleh :
Pengalaman hidup, jadi orang yang mau belajar dari hidup ini, dari apa yang dialaminya akan lebih mudah dewasa.

Tempaan hidup, kesusahan, penderitaan. Hal ini akan sangat mempercepat atau mematangkan seseorang menjadi lebih dewasa. Kedewasaan bertunas dari jiwa yang telah mengalami tempaan.

Kita dapat belajar dari kisah Yusuf yang dicatat dalam Kejadian 50:15-21. Kita bisa memetik beberapa pelajaran atau ciri kedewasaan seseorang yaitu:

Orang yang dewasa ialah orang yang menghadapi tantangan hidup dan tidak lari dan menghindarinya. Yusuf dibuang pada usia yang relatif muda sebagai seorang remaja dijadikan budak, difitnah oleh istri majikannya dan dipenjarakan, namun ia menghadapi semuanya itu.

Orang yang dewasa adalah orang yang tidak cepat menyalahkan orang lain termasuk Tuhan atas kemalangan yang dideritanya. Kemalangan atau penderitaan menjadi ukuran yang sangat baik untuk menilai kedewasaan kita. Kalau kita semuanya cukup, tidak ada masalah, kita hidup dalam kemakmuran, sukar untuk mengukur kedewasaan kita. Yusuf tidak menyalahkan Tuhan sewaktu dia menderita dan setelah bebas dari penjara ia pun tidak menyalahkan saudara-saudaranya.

Orang yang dewasa adalah orang yang tabah dan sabar karena tahu bahwa Tuhan mengatur segalanya untuk kebaikan. Kalau Yusuf membatasi matanya hanya pada apa yang dilihat dan dirasakannya dia akan hanya melihat penderitaannya, betapa malang hidup yang harus dilewatinya. Tapi Yusuf berhasil melebarkan perspektifnya dan melihat semua permasalahan hidupnya dari kaca mata Tuhan bahwa Tuhan mempunyai rencana dan bahwa dia adalah bagian kecil dari rencana Tuhan yang besar. Nah, itulah tanda orang yang dewasa, sabar dan tabah.

Orang yang dewasa ialah orang yang mampu membebaskan diri dari kepahitan hidup ini. Dengan kata lain orang yang dewasa tidak menyimpan dendam dan tidak mengingat-ingat kekurangan orang. Kita lihat contoh Yusuf, Yusuf tidak mendendam, dia malah memilih melihat hidup dari sisi baiknya yakni ia dapat bersama lagi dengan keluarganya. Kenapa Yusuf bisa begitu baik membalas kejahatan dengan kebaikan, sekali lagi adalah dia orang yang mampu membebaskan diri dari kepahitan hidup. Kalau orang terus memelihara kepahitan hidup dia tidak mungkin dewasa, karena kepahitan itu akan mewarnai sikapnya dalam mengambil tindakan atau dalam mengeluarkan reaksi sehingga sikapnya itu akan sangat mengotori apa yang dia lakukan.

Orang yang dewasa adalah orang yang tidak menempatkan diri di posisi Tuhan. Dia tidak menganggap dirinya tahu segala hal dan sadar bahwa dia tidak mempunyai hak untuk berbuat semaunya. Jadi orang yang dewasa orang yang tahu batasnya, tahu dirinya. Orang yang juga mengerti batas antara benar dan tidak benar, kehendak Tuhan dan dosa, sehingga dia tidak memasuki daerah yang berdosa yang Tuhan larang.

Orang yang dewasa ialah orang yang melihat fakta apa adanya. Orang yang dewasa adalah orang yang memikul tanggung jawab atas tindakannya. Yusuf bisa menjadi orang yang sinis dan jahat karena hidup telah begitu menyakitkan dan tidak adil untuknya. Namun Yusuf memilih menjadi pekerja yang baik sewaktu di rumah Potifar, dia menjadi tahanan yang baik tatkala di penjara karena difitnah.

JADILAH PRIBADI YG DEWASA & SABARLAH DLM PROSES PEMBENTUKAN YG DILAKUKAN TUHAN.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


** Firman Tuhan: (Matius 27:1-10) **


Kesombongan itu menipu. Orang yang sombong itu seringkali tidak sadar akan kesombongannya. Orang yang sombong selalu ingin menjadi orang yang nomor satu. Kita akan didorong untuk menjadi yang lebih baik dibandingkan orang lain, dan sayangnya kita jadi menghalalkan segala cara.

Untuk mendapatkan posisi puncak, orang sombong akan selalu menunjuk bahwa dirinyalah yang terbaik, ia selalu berusaha mencari pujian dari orang lain. Ia akan lebih bangga dan sering ingin berada di antara orang-orang penting dan populer, dan biasanya menghindari mereka yang kurang penting dan dihargai. Sikap ini sungguh bertentangan dengan sikap Tuhan Yesus bukan? Pelacur, pengemis, buta, pemungut cukai, orang berdosa selalu ada bersama dan menjadi fokus pelayanan-Nya.

Biasanya kita tidak akan sadar kalau sedang mengejar keunggulan lahiriah, padahal biasanya pasti ada pemberontakan di dalam roh kita. Kita cenderung menolak untuk dinasehati dan menaati Allah, karena kita merasa bahwa kita tidak membutuhkan nasehat-Nya lagi, apalagi manusia. Kisah Yudas yang kita baca hari ini adalah sebuah contoh tentang kebodohan itu.

Untuk itulah, pertama-tama kita harus mengenali bagian-bagian mana dari hidup kita yang sudah terpengaruh olehnya. Bila kita mengakui arena-arena itu,artinya kita telah mengambil langkah yang tepat untuk kembali taat kepada-Nya, karena kita telah mengarahkan kembali perhatian kita kepada Allah. Kita harus terus berjaga-jaga terhadap sikap sombong ini. Ingatlah selalu apa yang telah diperbuagt Allah di dalam hidup kita. Ingatlah akan karya-Nya yang telah menyelamatkan kita dari kehidupan kotor dan hina.

Kesombongan seringkali membuat kita membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Kita memang mudah menemukan seseorang yang dapat kita kalahkan, namun sesungguhnya hanya ada satu orang yang kepadanya kita harus membandingkan diri, yaitu Yesus Kristus. Bandingkanlah diri kita dengan Dia, niscaya kita akan selalu melihat kekurangan kita.


SeLamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


“Es teh tawar, jangan manis ya bu”, jawabku kepada ibu penjual bakmi. Saat itu aku sedang berada di tempat makan bakmi ayam di daerah Riau bersama beberapa temanku, aku tidak suka terlalu manis, jadi aku pilihlah minuman es teh saja. Lalu ibu itu berkata “tidak ada pak, adanya es teh manis”. Kemudian temanku melihat ke arahku seakan bingung dan aku pun terus terang bingung juga, kok es teh tidak ada, tapi es teh manis ada ?.
Kemudian kita bilang ama ibunya, gini bu, waktu buat es teh, jangan dipakaikan gula, jadi ngak manis. Tapi si ibu ini tetap bilang ngak bisa pak, pasti manis, kemudian logikaku berpikir, oh mungkin dia udah buat dalam jumlah banyak dan sudah dicampur gula, jadinya semuanya manis. Karena penasaran temanku bilang, gini deh bu, bawa kesini tehnya, kami ingin lihat cara buatnya.

Si ibu ke dalam dan kembali dengan beberapa buah gelas berisikan es batu dan beberapa botol ‘Teh Botol Sosro’. Mengertilah kami, dan kami pun tertawa akan hal ini, ternyata es teh itu yah ‘teh botol sosro’ itu, yah otomatis manis, gimana buat jadi ngak manis.
Kami katakan kepada ibunya, “bilang donk bu, kalau ini teh botol namanya, jadi kami mengerti kenapa ngak bisa ngak manis”. Lalu kami meminumnya dan menyantap bakmi ayam itu.

Kadang kala kita ingin memaksakan suatu kehendak kepada orang lain, seperti halnya sewaktu saya ingin meminta eh teh tawar itu, kita sudah punya pikiran sendiri bagaimana es teh itu dibuat. Tapi dilain hal ternyata yang tersedia itu justru teh yang sudah dalam kemasan botol. Apa yang ternyata kita pikirkan itu berbeda sekali dengan apa yang ada.

Dalam berdoa kita juga sering memaksakan kehendak kita dan merasa kecewa jika doa kita tidak terkabul, seperti seseorang yang curhat padaku beberapa waktu lalu, dimana dia mendoakan kesehatan ayahnya, dan ia rela memberikan setengah umurnya kepada kehidupan sang ayah. Tapi ternyata sang ayah meninggal, dan dia kecewa kepada Tuhan kenapa Tuhan tidak mendengarkan doanya padahal ia telah memberikan setengah umurnya untuk umur sang ayah.
Temanku mungkin beranggapan ia bisa mengatur melalui doa yang ia panjatkan tapi kehendak Tuhan berbeda, mungkin saja si ayah itu juga berdoa hal yang sama, sehingga si ayah rela memberikan juga umurnya untuk anak-anaknya, dan semuanya itu kembali kepada kehendak Tuhan.

Begitu juga pemahaman kita akan Yesus Kristus, dalam pikiran kita sebagai manusia kita pun tidak bisa mengerti akan kedatanganNya dan juga mengapa Ia mau rela disalib sampai mati dan ternyata dengan menunjukkan bahwa Ia bangkit dari kematian, itu suatu petunjuk bahwa Ia berkuasa atas kematian.
Iman para rasul saat itu sangat terguncang, seperti juga para pengawal yang mengatakan ‘Orang lain Ia selamatkan, tapi DiriNya sendiri tidak bisa’. Hal ini mungkin menjadi pemikiran kita saat itu, dimana kita memikirkan sesuai dengan pola pikiran kita manusia, kita seakan memaksakan kehendak pikiran kita, tetapi ternyata Tuhan sudah mempunyai rencana yang sangat indah, semua sudah dibentukNya.

Dengan berjalannya waktu dan iman kita kepadaNya, kita percayakan semuanya ini kepada kehendakNya.


Tuhan Yesus memberkati kita sekaLian :)
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


** Firman Tuhan: (Matius 7:1) **
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi."



Ketika Yesus memerintahkan, "Jangan menghakimi." Dia tidak mengartikan bahwa kita harus naif atau tidak berhati-hati. Tentu saja kita perlu berpikir kritis dan analitis dalam dunia ini di mana kita sering diperhadapkan dengan kesalahan dan tindakan yang salah. Sebaliknya Yesus bermaksud bahwa seharusnya kita tidak boleh mengutuk atau menuduh, seperti yang dituliskan Paulus: "Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati"(1 Kor 4:5).

Penyair Robert Burns menekankan hal yang sama, menuliskan tentang mereka yang bertindak dalam keraguan:"Satu hal yang masih sangat gelap adalah motivasinya. Mengapa mereka melakukannya."Tidak ada yang mengetahui motivasi orang lain. Hanya Allah yang dapat memberikan pencerahan tentang apa yang tersembunyi dalam kegelapan; hanya Allah yang dapat menyingkapkan niatan dalam hati.

Yesus mengetahui kekuatan terpendam yang saling memotivasi: awal yang jahat, ketakutan, kekecewaan, hati yang hancur, dosa yang ditentang. Terlebih lagi Dia bekerja dalam setiap hati yang taat dan membimbingnya dalam kedewasaan. Hingga pada akhirnya -- seringkali berlawanan dengan pengharapan kita -- Dia akan memberikan pujian bagi mereka yang telah selesai dibentuk-Nya.

Hanya Tuhan yang dapat menguji hati. Hingga Dia datang kembali, mari kita memita-Nya untuk menolong kita dalam menguji hati kita sendiri.

Jesus Lord bLess us abundantLy :)
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


Hidup ini memang penuh dengan kemunafikan. Janganlah berduka karena itu. Kenyataan yang kita hadapi, yang kita alami dan kita saksikan seringkali bukanlah kebenaran yang kita inginkan. Tetapi apakah kebenaran itu? Tidakkah kita sering, sadar maupun tidak, harus mengambil sikap untuk munafik? Pada saat kita ingin didengarkan, kita harus mendengarkan. Pada saat kita sedang sedih, kita harus tertawa. Pada saat kita ingin pergi, kita harus tinggal. Pada saat kita ingin menemani, kita meninggalkan.

Pengalaman-pengalaman hidup telah mengajarkan kita mengenai hal-hal tersebut: seringkali kita harus melakukan hal yang bertentangan dengan keinginan kita sendiri. Tetapi haruskah kenyataan yang terjadi saat ini membuat kita gusar? Atau malah putus asa dan pasrah diri? Layakkah kita hanya mengeluh atas apa yang kita alami? Jika memang demikian yang kita lakukan maka betapa sianya hidup ini. Kenyataannya memang kita semua adalah manusia yang lemah. Dan hidup tidaklah mudah. Tetapi bagaimana pun kehidupan berlangsung terus, suka atau tidak, dan selama kita masih sanggup untuk berkelakar, menertawai diri dan kehidupan kita, kemanusiaan kita tetap eksis.

Memang banyak penderitaan yang kita saksikan atau kita alami sendiri tetapi “janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (Mat. 6:34), demikian sabda Yesus kepada kita. Di tengah segala penderitaan hidup ini, kita mencari kebahagiaan bukan dengan merasa sedih karena keinginan kita tidak tercapai tetapi dengan melakukan hal yang dapat membahagiakan orang lain di sekeliling kita karena “Mereka cermin wajahku” (TS Eliott). Yah, dalam tawa orang lainlah kita akan menemukan kebahagiaan kita. Demikianlah jalannya kehidupan. Sering kita harus melakukan apa yang bertentangan dengan keinginan kita sendiri agar dapat membahagiakan orang lain.

Dengan melihat orang lain tertawa, duka kita pun terlipur. Sebab itu, saat kita merasa gusar karena merasa tidak dipercayai, cobalah merenung, apakah kita telah melakukan hal-hal yang dapat membuat orang lain mempercayai kita? Jangan-jangan karena perbuatan kita sendiri maka orang-orang tidak dapat percaya kepada kita. Juga saat kita mengeluh mengenai segala hal yang bertentangan dengan keinginan kita, tidakkah sebenarnya kita ingin memaksakan keinginan kita sendiri terhadap orang lain? Juga saat kita mempersalahkan orang-orang lain, apakah bukannya kitalah sebenarnya yang terlalu bangga akan kemampuan kita dan karena itu buta terhadap kelemahan diri sendiri?

Hidup memang dipenuhi kemunafikan, jika kita ingin menamakan hal itu dengan kemunafikan, karena kita memang harus mengurbankan keinginan dan perasaan kita sendiri demi orang lain. Tetapi ingatlah ‘aturan emas’ dari Kristus sendiri: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat. 7:12). Bagaimana pun, orang-orang adalah insan yang hidup. Yang memiliki perasaan dan cara berpikir yang belum tentu sama dengan kita.

Dalam perjalanan dari Jogya ke Surabaya, di sampingku duduk seorang nenek. Kami terlibat dalam obrolan yang lama, walau kebanyakan saya hanya mendengarkan saja. Nenek itu bertutur mengenai banyak hal, riwayatnya, keluarga dan segala unek-uneknya mengenai masa kini. Tidak banyak saya menyimpan kenangan atas apa yang diceritakannya selain satu kata ini: “Semua karena keinginan. Saat keinginan kita buru, kita dikuasai hasrat. Saat keinginan kita miliki, kita dikuasai hak. Jadi kita tak pernah menjadi manusia bebas” Apakah kalimat dari nenek tersebut dapat bergema di hati kita semua? Saya harapkan demikian.

Begitulah, kita tidak dapat dengan bebas melakukan segala hal yang kita ingini karena dengan kebebasan itu nanti kita malah akan memenjarakan orang lain. Mungkin kita kadang harus berlaku munafik, tetapi bagiku itu bukanlah suatu kemunafikan. Melainkan pengurbanan yang kita lakukan demi sesuatu yang lebih besar. Demi kebersamaan kita sebagai saudara. Keinginan kita bukan keinginan Tuhan. Dia sendiri tak pernah memaksakan keinginanNya tetapi mengharapkan agar kita, sebagai manusia, mampu memilih apa yang baik dan apa yang tidak baik.

Dalam proses keputusan itulah kita akan dinilai apakah kita layak menjadi umatNya atau tidak. “Jadilah kepadamu menurut imanmu” firman Yesus saat mata dua orang buta dimelekanNya. Maka apakah mata kita akan melek atau tidak, semuanya terserah pada kita sendiri.


Jesus Lord BLess us abundantLy
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


Firman Tuhan: (Roma 12:17-21)

Bila seseorang menyakiti hati kita, biasanya salah satu pikiran yang muncul ialah membalas sebab kita merasa telah diperlakukan tidak adil. Kita ingin membalas untuk memperoleh keadilan. Sebaliknya dengan membalas, kita masuk dalam perangkap kemarahan dan kebencian.

Banyak orang berpikir bahwa pembalasan akan melegakan dan membebaskannya. Tetapi sebetulnya pembalasan itu justru memenjarakan kita. Sebaliknya, pengampunanlah yang dapat membebaskan kita. Bila kita membalas dendam, maka kita dikuasai, terikat dan terpenjara oleh perasaan sakit, marah dan benci itu. Akibatnya, kita hidup sepeti orang tahanan. Ikatan itu hanya bisa dipatahkan dengan pengampunan.

Pengampunan yaitu "letting go" -- melepaskan dan membebaskan. Forgiveness is setting the prisoner free. Prisoner atau orang tahanan itu yaitu diri kita sendiri, bukan orang yang telah menyakiti hati kita. Pengampunan sangat menguntungkan dan menyembuhkan orang yang telah disakiti.

Hanya ada satu pembalasan yang baik. Satu pepatah berkata "the best revenge is to live well." Pembalasan yang terbaik yaitu dengan hidup baik dan hidup sebaik-baiknya. Bila seseorang melakukan sesuatu yang tidak baik, misalnya berbuat jahat atau menyakiti; janganlah kita meniru tindakan yang tidak baik. Tetapi justru kita dapat pakai kesempatan itu untuk memberikan contoh yang benar dengan bertindak benar, tidak membalas atau bahkan membalas dengan kebaikan. Tuhan mau agar karakter kita dimurnikan dan tidak mudah digoyahkan oleh apa pun juga, termasuk pembalasan.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Song