** Firman Tuhan: Nehemia 1:11 ** 
"Ketika itu aku ini juru minuman raja."


Pernah membayangkan bekerja sebagai juru minum raja? Mencicipi minuman terbaik dari seluruh penjuru negeri sebelum dinikmati raja, ikut ke mana pun raja pergi, tinggal di istananya, menjadi orang kepercayaannya, tampaknya menyenangkan, ya? Itulah profesi Nehemia. Cukup mengherankan mengingat nenek moyang Nehemia berasal dari Yehuda, yang dijajah Babel, dan kemudian dikuasai kerajaan Persia 
(2 Tawarikh 36:20). Jika raja Persia hendak memilih orang kepercayaan, mengapa memilih dari kaum jajahan, yang bisa saja ingin meraih kemerdekaan sendiri?

Menarik untuk memperhatikan bagaimana kesempatan ini diberikan Tuhan untuk menggenapi rencana-Nya (ayat 9). Dia tidak menempatkan Nehemia menjadi seorang imam atau pemuka agama. Tetapi justru sebagai juru minum dan nantinya juga sebagai bupati (Nehemia 5:14). Firman Tuhan membuat Nehemia mengerti bahwa rencana Tuhan bagi bangsanya belum selesai. Dengan kerinduan membawa bangsanya kembali beribadah pada Tuhan, ia pun mohon pertolongan Tuhan untuk bertindak. Kesempatan dan kemampuan yang ia miliki tidak dipakai untuk mengejar kenyamanan hidup, tapi untuk melayani Tuhan.

Banyak orang merasa baru “melayani” Tuhan jika ikut paduan suara, mengajar sekolah minggu, atau menjadi pendeta. Jika Tuhan berencana agar semua bangsa mengenal dan menyembah-Nya (Matius 28:19-20), tentu Dia tidak menghendaki anak-anak-Nya melayani hanya di dalam gedung-gedung gereja. Namun, Dia juga ingin kita memengaruhi dunia melalui berbagai bidang profesi: pemerintahan, pen­didikan, media, dan sebagainya. Di manakah Dia menempatkan Anda?


TUHAN MEMBERI KITA BERBAGAI KESEMPATAN DAN KEMAMPUAN
AGAR NAMA-NYA DIMULIAKAN DI SEGALA BIDANG KEHIDUPAN


Jesus bLess us :)

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


** Firman Tuhan: Ibrani 11:36 ** 
"Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan."


Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata “beriman”? Bagi banyak orang, itu artinya memercayai Tuhan sanggup mengerjakan hal-hal yang luar biasa, seperti memberikan keturunan bagi Abraham yang sudah lanjut usia, membelah Laut Merah, atau meruntuhkan tembok Yerikho.

Namun, kitab Ibrani juga mencatat bahwa “beriman” termasuk memercayai Tuhan ketika Dia bekerja “di balik layar”. Misalnya dalam kasus Rahab yang tidak binasa karena sudah menolong para mata-mata, atau Daud yang mengalahkan kerajaan lain dengan tentaranya. Dari sisi manusia tak ada mukjizat yang mencolok, tetapi jelas ada campur tangan Tuhan di dalamnya. Yang mengejutkan, ternyata “beriman” juga termasuk memercayai Tuhan ketika Dia mengizinkan penderitaan. Ada orang-orang yang disebut beriman ketika mereka dipenjara, dibunuh, hidup dalam kekurangan, dan sebagainya.

Hidup beriman tidak menjanjikan kita untuk selalu mengalami mukjizat dan keberhasilan. John Piper menyimpulkan, “Tuhan memiliki tujuan-tujuan-Nya sendiri yang tidak kita ketahui. Dan, iman berarti kita percaya bahwa tujuan-tujuan Tuhan itu baik .... Iman berarti mengasihi Tuhan lebih dari hidup, dari keluarga, dari pekerjaan, dari rencana pensiun, ... dari impian membangun rumah, atau mengumpulkan uang. Iman berkata, ‘Baik Tuhan memelihara hidupku atau mengizinkan aku menderita, aku tetap mengasihi-Nya.’” Tuhanlah upah kita, yang menyediakan tempat tinggal kekal kita, harta yang kekal dan lebih berharga daripada segalanya. Apakah ini menggambarkan iman Anda?


MAKIN SULIT KEADAAN, MAKIN BESAR IMAN YANG DINYATAKAN,
BAHWA TUHAN ADALAH YANG PALING BERHARGA DAN MULIA DALAM KEHIDUPAN.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


** Firman Tuhan: Lukas 23:52-53 **  
"Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Sesudah menurunkan mayat itu, ia mengafani-Nya dengan kain lenan, lalu membaringkan-Nya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat."


Dalam dunia bisnis ada pepatah “High risk high gain”, makin besar risiko yang diambil, makin besar pula hasil yang diperoleh. Dalam pengambilan keputusan, ada orang yang bertipe “risk taker” [pengambil risiko], ada pula yang “safety player” [pemain aman]. Hal yang sama rupanya bisa dijumpai juga dalam menyatakan iman. Ada yang memilih bermain aman, tetapi ada pula yang berani mengambil risiko.

Yusuf dari Arimatea termasuk orang beriman yang berani ambil risiko. Perhatikan apa yang ia lakukan: ia mengurus segala sesuatu agar Yesus menerima penguburan yang layak. Sebelum peristiwa ini, nama Yusuf dari Arimatea tidak pernah disebutkan, apalagi dinyatakan sebagai pengikut Kristus. Ia adalah anggota Majelis Besar, sutradara di balik drama penyaliban Yesus. Bertentangan dengan putusan Majelis yang membuat Yesus tampak sebagai penjahat, Yusuf memperlakukan Yesus sebagai Pribadi terhormat. Tindakannya memperlihatkan iman, kasih, dan keberpihakan pada Yesus di tengah komunitas yang membenci-Nya. Tidakkah itu berisiko merusak reputasi dan kedudukannya?

Dipandang dari keseluruhan kisah, peran Yusuf dari Arimatea tampak kecil dan sederhana. Namun, bandingkanlah sikapnya dengan murid-murid lain yang justru bersembunyi karena takut disangkutpautkan dengan Yesus (Matius 26:56). Iman membuat Yusuf berani mengambil risiko dalam bertindak. Apabila iman kita membuat kita harus mempertaruhkan nama baik, harga diri, jabatan, bahkan nyawa kita, beranikah kita mengambil sikap seperti murid Yesus ini? Selamat beriman!


APA YANG KITA YAKINI MENDATANGKAN KEBERANIAN DALAM BERSIKAP.
APA YANG ANDA YAKINI TENTANG YESUS?


God bLess us

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

** Firman Tuhan: Lukas 22:70 ** 
“Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan bahwa Akulah Anak Allah.”


Pernah melihat atau mengikuti proses persidangan? Anda mungkin pernah mengamati bahwa banyak pertanyaan hakim yang sifatnya menggiring atau menjebak terdakwa untuk memberikan jawaban yang diinginkan.

Situasi yang sama rupanya terjadi juga dalam persidangan yang dihadapi Yesus. Musuh-musuh-Nya meminta penjelasan apakah Yesus benar Sang Mesias, Penyelamat yang dijanjikan Tuhan. Namun, ini bukan pertanyaan yang muncul dari keingintahuan yang tulus, melainkan upaya mencari-cari kesalahan agar mereka dapat menuduh Yesus melakukan tindak kejahatan. Ironis sekali! Ucapan benar malah dipahami sebagai pernyataan yang ditunggu-tunggu untuk menyalahkan Yesus. Apakah Yesus menyadari motivasi di balik pertanyaan mereka? Sangat tahu! Dan, Dia tetap menyatakan kebenaran, sekalipun Dia tahu risiko yang harus ditanggung-Nya.

Sampai kini, masih ada banyak orang mengeraskan hati melawan dan mendakwa Yesus. Kita mungkin mengalami juga situasi-situasi sulit karena status kita sebagai pengikut Yesus. Orang-orang mencari kesalahan dan memakai kesaksian kita sebagai senjata untuk menyerang. Setiap kita menderita sebagai akibat pelayanan dan kesaksian kita tentang Yesus, ingatlah bahwa Dia telah lebih dulu menanggungnya. Tetaplah menyatakan kebenaran dengan berhikmat. Ketika Yesus datang kembali kelak, kita tidak akan menghadap-Nya dalam penyesalan. 


Jadikan Kristus teLadan, daLam SegaLa Keadaan, Tetap nyatakan kebenaran. 


God bLess us :)

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO


** Firman Tuhan: Yakobus 4:15 **
"Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."


Hidup di dunia itu singkat. Kata pepatah Jawa, “urip mung mampir ngombe” [hidup itu hanya mampir minum]. Gambaran hidup manusia dalam Alkitab juga sama singkatnya. Seperti suatu giliran jaga malam, seperti mimpi, seperti bunga dan rumput, seperti angin dan bayangan (Mazmur 90:4-5; 103:15; 144:4). Bacaan hari ini melengkapinya. Seperti uap! Sebentar ada lalu lenyap.

Bagaimana harus menata hidup dalam waktu yang seperti “uap” ini? Rasul Yakobus menasihatkan agar umat percaya tak mengandalkan diri sendiri, tetapi memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan. Kita melakukan ini dan itu “jika Tuhan menghendakinya ....” Ungkapan ini jelas bukan hanya bagian dari sopan santun agar seseorang terlihat rendah hati dan rohani atau alasan menghibur diri menghadapi berbagai ketidakpastian. Namun, merupakan ekspresi ketundukan pada kedaulatan Tuhan mengakui bahwa Dialah pemegang kendali atas hidup ini. Kehendak-Nya, isi hati-Nya penting bagi kita.

Dr. Michael Griffiths, dalam buku Ambillah Aku Melayani Engkau, berkata: “Kita punya satu hidup untuk ditempuh. Mungkin sudah kita lalui seperempat, sepertiga, setengah, bahkan mungkin lebih dari itu. Apa yang sudah kita lalui itu sudah lampau, dan takkan kembali lagi. Tetapi bagaimana dengan yang masih sisa? Apakah yang akan kita lakukan dengan itu?” Hidup itu singkat; tak terduga. Mari membuat perencanaan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan pekerjaan di awal tahun ini, dengan sungguh-sungguh mengakui kedaulatan Tuhan dan menundukkan diri pada kehendak-Nya.

God bLess us :)
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Song