** Firman Tuhan: Mazmur 90:12 ** 
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."


       Pernah suatu kali saya ketinggalan pesawat gara- gara keasyikan ngobrol dan lupa lihat jam ketika sedang berkunjung ke rumah teman di Malang sehabis pelayanan. Ketika saya menyadari sudah hampir telat, saya segera menuju bandara dengan kecepatan tinggi. Tapi sia- sia karena ketika saya sampai, pesawat menuju ke Jakarta sudah diberangkatkan. Akibatnya saya harus membeli tiket baru dan menunggu penerbangan berikutnya walaupun hanya terlambat beberapa menit. Ketika menunggu, saya disadarkan betapa berharganya waktu. Terlambat beberapa menit saja, saya sudah kehilangan tiket pesawat dan kesempatan tiba di Jakarta lebih awal.

       Kalau untuk penerbangan saja, waktu begitu berharga, apalagi untuk kehidupan yang kekal setelah kita menutup mata. 70 tahun rata-rata umur manusia kalau dibandingkan dengan kekekalan, tidak terhingga, tidak bisa dibandingkan. Artinya betapa singkatnya hidup ini sehingga setiap detik, menit dan jam yang kita lewati begitu berharga. Ketika saya menyadari singkatnya hidup ini, saya menjadi lebih menghargai waktu. Saya menyadari, perjalanan 70 tahun di sekolah kehidupan ini adalah perjalanan waktu mendapatkan kesempatan- kesempatan yang berharga untuk mempersiapkan diri memasuki langit dan bumi yang baru. Pada akhirnya, kualitas hidup ini bukan diukur dari gelar, jabatan, harta dan sebagainya, tapi hidup ini berkualitas ketika waktu yang ada kita gunakan secara maksimal untuk mengenal Tuhan dan melakukan kehendakNya sehingga Dia berkenan untuk melayakkan kita menjadi anakNya, bukan hanya status tapi sungguh- sungguh berkeadaan menjadi anak Tuhan untuk tinggal bersama denganNya. 

       Saya cukup sering melayani di kota- kota kecil yang bandaranya tidak memiliki landasan pacu yang panjang. Ketika pesawat mendarat, biasanya terasa kurang nyaman karena landasan pacunya pendek sehingga pesawat harus berhenti secara mendadak. Saya membayangkan, hidup manusia bisa digambarkan seperti landasan pacu. Semakin bertambahnya usia, landasannya semakin pendek. Kalau di masa muda seseorang tidak menggunakan waktunya dengan baik, maka kesempatan untuk berubah akan semakin pendek dan prosesnya akan semakin tidak nyaman sehingga hasilnya pun tidak maksimal. Selama kita masih muda dan memiliki kesehatan, penglihatan, pendengaran yang sempurna, kita memiliki landasan pacu yang panjang untuk dibentuk Tuhan dan kesempatan ini tidak akan bisa terulang. Melalui segala peristiwa hidup setiap hari, Tuhan sedang berbicara dan membentuk kita sehingga kita bisa bertumbuh sesuai dengan agendaNya.

       Hidup ini luar biasa karena melalui kehidupan kita diberi kesempatan untuk mengenal Tuhan yang Maha Mulia. Kita diberi kesempatan untuk mengikuti jejakNya, hidup bagiNya dan dilayakkan untuk menjadi anakNya. Hidup bagi Tuhan bukan berarti harus menjadi pelayan Tuhan sepenuh waktu di gereja tapi berusaha untuk mengikuti kehendak Tuhan di setiap pikiran, ucapan dan tindakan dalam keseharian hidup kita. Oleh sebab itu, kita harus mengatur waktu dengan serius untuk gali potensi, sekolah, kuliah, bekerja, berkumpul dengan keluarga, olahraga dan yang terpenting dari semuanya adalah kita harus menyiapkan waktu khusus setiap hari untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi, membaca Alkitab dan buku rohani, mendengar Firman Tuhan, ikut pendalaman Alkitab, sehingga kita semakin mengenal Tuhan dan memiliki kepekaan untuk mengerti kehendakNya. Bukan berarti tidak boleh jalan- jalan, melakukan hobi atau bersenang- senang. Kalau ada kesempatan, nikmatilah waktu- waktu tersebut, tapi bukan itu yang menjadi porsi utama waktu kita.

       Walaupun harus menunggu lebih lama dan membayar tiket lebih, tapi masih ada kesempatan untuk saya kembali ke Jakarta dengan pesawat berikutnya. Seorang teman saya, setelah menderita sakit cukup parah, ketika pulang dari rumah sakit pola hidupnya langsung berubah. Dia menjaga makan, olahraga dan jam istirahatnya dengan teratur. Seorang saudara saya, sempat jatuh miskin lalu gaya hidupnya berubah menjadi lebih bijaksana mengelola uang, jujur, dan bekerja cerdas. Untuk setiap kegagalan di kehidupan yang sementara ini, kemungkinan masih ada kesempatan untuk berbalik dan berubah. Tapi jika seseorang gagal mempersiapkan diri untuk kehidupan yang sesungguhnya, ketika dia membuka mata di kekekalan, tidak akan ada kesempatan untuk berbalik. Gelar, jabatan, harta bahkan orang- orang yang selalu setia di sekitarnya tidak akan bisa menolong. Menyadari hal ini, kiranya berbagai kesibukan dan kesenangan hidup tidak mengalihkan fokus kita untuk mengumpulkan harta di Surga. Ketika kita mengenal Tuhan dengan baik dan mentaati kebenaranNya, kita akan menjadi orang- orang yang produktif, jujur, berpotensi dan bekerja dengan maksimal sehingga kita diberkati secara materi di bumi untuk memperluas kerajaan Tuhan. Melalui segala peristiwa hidup, Tuhan membentuk kita sehingga memiliki karakterNya. Kita menjadi orang- orang yang unggul dalam segala aspek, terutama karakter yang bersinar karena memancarkan karakter Kristus. 



 Mari gunakan waktu dan kesempatan emas kita
 dengan bijaksana.


--------------------------------------------------------------


**  Scripture: Psalm 90:12 **
"So teach us to number our days, that we may apply our hearts unto wisdom."  

Once I missed the plane because of a preoccupation gara- chatting and forget see the hours when you're visiting a friend's house in Malang after service. When I realized it was almost too late, I rushed to the airport at high speed. But in vain because when I arrived, the plane headed to Jakarta has been dispatched. As a result I had to buy new tickets and wait for the next flight, although only a few minutes late. When waiting, I was made aware of the preciousness of time. A few minutes late, I've lost a plane ticket and a chance to arrive in Jakarta early.


       
If for any flight, so precious time, let alone for eternal life after we close our eyes. 70 years of the average human lifespan when compared to eternity, infinity, can not be compared. That is how short life is that every second, minute and hour we passed so valuable. When I realized this short life, I have become more appreciative of time. I am aware, the journey of 70 years in the school of life is the trip time gain valuable opportunities to prepare themselves to enter heaven and a new earth. In the end, the quality of life is not measured by the title, position, wealth, and so on, but this life quality when we use the time available to the maximum to get to know God and do His will so that He deigned to bring up to standard we become His children, not only status but sungguh- berkeadaan truly become a child of God to live with Him.


       
I quite often serve in small towns that its airports do not have a long runway. When the plane landed, it usually feels less comfortable because of the short runway so planes have to stop suddenly. I imagine, human life can be described as a runway. The more we age, the shorter runway. If at a young age a person does not use his time well, then the opportunity for change will become shorter and the process will be more uncomfortable so the results are not optimal. As long as we are young and have health, vision, hearing is perfect, we have a long runway to be formed God and this opportunity will not be repeated. Through all the events of daily life, God is speaking and mold us so that we can grow according to its agenda.


       
Life is remarkable because through life we ​​are given the opportunity to know God the Exalted. We are given the opportunity to follow in his steps, to live for Him and be fitted for His children. Living for God does not mean to be a servant of God full-time in the church but trying to follow God's will in every thought, word and action in our daily lives. Therefore, we must set the time seriously to explore the potential of, school, college, work, gather with family, sport and most important of all is that we have to prepare a special time each day to fellowship with God personally, to read the Bible and spiritual books , hear the Word of God, joined Bible study, so we get to know God and have the sensitivity to understand His will. Not that the streets should not, do a hobby or fun. If there is a chance, enjoy time- this time, but that's not the main portion of our time.


       
While we must wait longer and pay more tickets, but there was a chance for me to return to Jakarta on the next flight. A friend of mine, after suffering pain severe enough, when I got home from the hospital immediately changed the pattern of his life. He keep eating, exercise and rest with regular hours. My brothers, had become poor and his lifestyle changed to be more prudent with money, honest, and intelligent work. For every failure in this temporal life, the possibility is still a chance to turn around and change. But if someone failed to prepare for real life, when he opened his eyes in eternity, there will be no chance to turn around. Title, job title, property and even people who are always faithful around it will not be able to help. Realizing this, presumably busy schedule and pleasures of life do not shift our focus to collect treasures in Heaven. When we know God well and obey the truth, we will be the people who are productive, honest, and work with the maximum potential so that we are blessed materially in the earth to expand the kingdom of God. Through all the events of life, God shapes us so it has character. We become people who excel in all aspects, especially the character of shining because it exudes the character of Christ.

 Let's use the time and opportunity wisely

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO







** Firman Tuhan: Pengkhotbah 3 : 11 ** 
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."

 
       Mungkin dari kita pernah mengalami pengalaman kisah putus cinta. Terkadang kita mungkin menyesali apa yang telah terjadi. Mengapa hal ini terjadi pada diri kita. 
Kecewa, putus asa, marah, sedih, mungkin ingin mati juga. Tapi hidup kita belum berakhir, justru itulah awal dari petualangan hidup kita. Hidup ini bukanlah pertunjukan bioskop, yang bisa kita tebak jalan ceritanya. 

Jika hidup ini selalu berakhir dengan indah, maka kita tidak akan pernah mengenal dekat dengan kesabaran dan keikhlasan. Ketika kita jatuh cinta pada seseorang dan kita tahu bahwa tidak mungkin bisa bersama, tidak perlu bersedih. Cinta bukan tentang memiliki tetapi cinta itu tentang kasih sayang. 

Disaat kita bisa merelakan orang yang kita sayangi, disaat itulah kita menunjukkan kasih sayang yang sebenarnya. Terasa sangat berat kita melepas dengan ikhlas, tetapi percayalah Tuhan tidak akan memisahkan sesuatu yang baik, kecuali digantikan dengan yang lebih baik.

Jika setiap yang kita inginkan selalu dikabulkan, kita tidak pernah tahu indahnya rencana Tuhan untuk kita. "Dan jika setiap harapan kita selalu berjalan sesuai dengan rencana, maka kita tidak akan pernah belajar kalau kecewa itu menguatkan." Karena alangkah lebih baik kita menunggu orang yang tepat daripada menghabiskan waktu dengan orang yang salah. Bersabarlah dan tetap setia.

--------------------------------------------------------------


**  Scripture: Ecclesiastes 3: 11** 
"He hath made every thing beautiful in his time: also he hat set the world in their heart, so that no man can find out the work that God maketh from the beggining to the end."
 
        Perhaps of us have had experiences breakup story. Sometimes we may regret what has happened. Why does this happen to us.Disappointed, frustrated, angry, sad, may want to die too. But life is not over, that's the beginning of the adventure of our lives. Life is not a movie theater performances, we can guess the plot.
If life always ends with a beautiful, then we will never know close with patience and sincerity. When we fall in love with someone and we know that it is impossible to be together, no need to be sad. Love is not about owning but love is about affection.
When we can let go of a loved one, that's when we show real affection. Very heavy we release it with sincerity, but trust God will not separate the good thing, unless superseded by a better one.
If all we want is always granted, we never know the beauty of God's plan for us. "And if any of our expectations always go according to plan, then we will never be disappointed to learn that it strengthens." Because it would be better to wait for the right person rather than spending time with the wrong people. Be patient and remain faithful.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO








** Firman Tuhan: 2 Timotius 3:16 **
"Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." 


       Seorang ibu pusing memikirkan anaknya yang masih SD. Ia ingin anaknya mengkonsumsi makanan sehat. Setiap hari ia menyediakan menu seimbang. Namun, anaknya susah makan nasi, sayur, dan buah, lebih suka pada makanan instan. Ada saja alasan si kecil, mulai dari rasanya tidak enak, sudah kenyang, atau jijik melihat bentuknya. Akibatnya, pertumbuhannya terganggu karena ia kurus dan gampang sakit.

       Bukan hanya tubuh jasmani, kerohanian kita pun memerlukan menu yang seimbang. Ada empat fungsi firman Tuhan, yaitu mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran. Adapun tujuannya adalah memperlengkapi setiap orang percaya untuk setiap perbuatan baik. Karena itu, kita perlu bertekun merenungkan kebenaran firman Tuhan. 

       Semestinya kita bukan hanya mencermati ayat-ayat tertentu yang kita sukai. Misalnya, kita menyukai ayat yang bicara tentang kemakmuran, berkat Tuhan, atau panjang umur. Namun, kita menghindari ayat-ayat yang bicara tentang dosa, kewajiban atau komitmen seorang Kristen. Kita hanya menyimak dan mengerjakan bagian yang kita sukai, dan mengabaikan bagian lain yang tidak nyaman bagi kita. Sikap semacam itu menjadikan kerohanian kita tidak stabil.

       Orang percaya yang sehat suka merenungkan firman, agar mendapatkan gambaran yang utuh akan kebenaran-Nya. Dikuatkan oleh Roh Kudus, ia akan tetap semangat melakukannya meski mengalami aniaya, dan tetap berpegang pada kebenaran firman meskipun harus melawan arus dunia. 


--------------------------------------------------------------


**  Scripture:2 Timothy 3:16 ** 
"All scripture is given by inspiration of God, and is profitable for doctrine, for rproof, for correction, for instruction in righteousness." 
 
 
     A mommy is dizziness thinking her child who was in grade school. He wanted his son to eat healthy foods. Every day it provides a balanced diet. However, his hard-eat rice, vegetables, and fruit, much like the instant food. There are reasons the child, ranging from bad taste, it is full, or disgusted look at its shape. As a result, growth is impaired because he was thin and easy to get sick.

       
Not only the physical body, spirituality we also need a balanced diet. There are four functions of the Word of God, namely teaching, rebuking, correcting and training in righteousness. The objective is to equip every believer for every good work. Therefore, we need to persevere reflect on the truth of God's word.

       
We should not only look at certain passages that we like. For example, we liked the verses that speak of prosperity, thanks to God, or longevity. However, we avoid the verses that talk about sin, obligation or commitment of a Christian. We just listening and working that we like, and ignore the other parts that are not convenient for us. Such an attitude makes us spiritually unstable.

       
People believed that a healthy love meditating on the word, in order to get a full picture of the truth of his. Strengthened by the Holy Spirit, he will keep the spirit to do it even persecuted, and stick to the truth of the word although it should be against the current world.
 

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO





** Firman Tuhan: Roma 8:26 A ** 
"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa."



       Seorang bapak berkisah, ketika ia masih kanak-kanak di desa, ia sangat terpesona pada pesawat terbang. Sambil menggembalakan kerbau di kaki bukit, ia sering menengadah melihat pesawat melintas di langit. Lalu ia berdoa dengan sungguh-sungguh, "Tuhan, izinkanlah aku naik pesawat satu kali saja. Setelah itu bolehlah aku mati."

       Nantinya ia menikah dan punya anak. Salah seorang anaknya kuliah di perguruan tinggi ternama di Jawa dan lulus dengan nilai baik. Ia diminta menghadiri acara wisuda anaknya. Tiket pesawat sudah tersedia. Seharusnya, ia patut bersukacita. Nyatanya, tidak! Ia teringat akan doanya dulu. Ia takut doanya terkabul: mati setelah diizinkan Tuhan naik pesawat.

       Bagaimana seandainya Tuhan mengabulkan semua doa kita? Apakah permintaan kita akan selalu mendatangkan kebaikan bagi kita dan orang-orang di sekitar kita? Atau, justru sebaliknya? Rasul Paulus berkali-kali menegaskan bahwa semua orang telah berdosa. Dosa menjadi tabiat kita, melucuti kekuatan kita sehingga tidak mampu meminta, apalagi berbuat, apa yang baik di mata Allah. Karena itu, Allah menyelamatkan kita melalui Kristus sehingga kita beroleh pengharapan (Roma 8:24). Dia mengaruniakan Roh Kudus, yang memampukan kita hidup bagi Allah.
        Tanpa Roh Allah, bahkan berdoa (meminta sesuatu) kepada Allah saja pun kita tidak tahu. Syukurlah Dia tinggal di dalam kita sehingga kita pun mampu mengimani bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28)


--------------------------------------------------------------


**  Scripture: Romans 8:26 A ** 
"Likewise the Spirit also helprth our infirmities: for we know not what we should pray for as we ought."


       A father recounts, when he was a child in the village, he was fascinated by airplanes. While herding buffalo in the foothills, he often looked up at aircraft passing in the sky. Then he prayed earnestly, "Lord, let me get on a plane one time only. After that so-so I die."

       
Later he married and had children. One of his lectures at leading universities in Java and graduated with good grades. He was asked to attend the graduation ceremony of his son. Tickets are already available. Supposedly, he should celebrate. In fact, no! He remembered the first prayer. He was afraid prayers had been answered: God died after being allowed on a plane.

       
What if God answered all our prayers? What we demand is always good for us and those around us? Or, just the opposite? The Apostle Paul repeatedly insists that all have sinned. Sin into our character, our forces disarmed and unable to ask, let alone do, what is good in God's eyes. Therefore, God save us through Christ so that we may have hope (Romans 8:24). She gave the Holy Spirit, who enables us to live for God.Without the Spirit of God, even praying (asking for something) Allah alone was we do not know. 


       Thank God he lives in us so that we are able to believe that God works all things together for our good (Romans 8:28).

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO







** Firman Tuhan: Kolose 3:5-6 **
"Karena itu, matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang yang tidak taat]" 



       Di beberapa daerah di Indonesia, kita dapat menjumpai pemandangan seperti ini: sesajen berbentuk makanan dan minuman diletakkan di nisan-nisan. Keluarga orang yang meninggal memperlakukan almarhum seolah-olah masih hidup. Tetapi, seenak apa pun makanan yang disajikan, orang yang meninggal itu tak tergoda sedikit pun untuk menikmatinya. Mengapa? Karena ia sudah mati terhadap kehidupan dunia ini, termasuk makanan lezat sekali pun.

       Sebagai orang percaya, kita diperintahkan untuk mematikan segala sesuatu yang duniawi, hal-hal yang berlawanan dengan kehendak Allah, seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan, dan penyembahan berhala. 

       Sehebat apa pun hal itu menggoda, seharusnya kita tidak meresponnya lagi. Mengapa? Karena sekarang di dalam Kristus, kita adalah ciptaan baru, pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya. Kita dipanggil untuk melakukan perbuatan-perbuatan kasih dan bukan perbuatan-perbuatan kegelapan.

       Sebagai manusia baru, kita tak perlu lagi merespons godaan hal-hal duniawi dan perbuatan kegelapan. Sebaliknya, kita harus membuangnya dan, sebagai gantinya, mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, pengampunan, dan damai sejahtera.

       Biarlah perkataan Kristus dan segala kekayaannya berdiam dalam diri kita. Dikuasai Kristus memungkinkan kita mengatakan "tidak" terhadap segala sesuatu yang duniawi. Ya, ingatlah identitas kita sebagai ciptaan baru, dan hiduplah sesuai dengan identitas tersebut! 


--------------------------------------------------------------


**  Scripture: Colossians 3:5-6 ** 
"Mortify therefore your members which are upon the earth; fornication, uncleaness, inordinate affection, evil concupiscence, and covetousness, which is idolarty: For which things' sake the wrath of God cometh on the children of disobedience." 


        In some areas in Indonesia, we can see a view like this: in the form of food and beverage offerings placed on tombstones. Families of people who died treating the deceased as if it were alive. But, as good as any of the food served, the person who died was not tempted at all to enjoy it. Why? Because he was dead against the life of this world, including tasty foods once.

       
As believers, we are instructed to turn off everything earthly, things are contrary to the will of God, such as sexual immorality, impurity, lust, evil desires, greed, and idolatry. No matter how tempting it is, we should not respond anymore. Why? Because now in Christ, we are a new creation, of God, holy and beloved. We are called to perform deeds of love and not the deeds of darkness.

       
As the new man, we do not need to respond to the temptation of worldly things and deeds of darkness. Instead, we have to throw it and, instead, put on compassion, kindness, humility, gentleness, patience, forgiveness, and peace.

       
Let the word of Christ and all its richness dwell in us. Mastered Christ enables us to say "no" to everything earthly. Yes, remember our identity as a new creation, and live in accordance with that identity!

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO






** Firman Tuhan: 1 Raja-Raja 11:4 ** 
Sebab pada waktu Salomo sudah tua, istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya." 



       Merawat sesuatu biasanya tidak mudah, seperti dialami kolektor tanaman hias langka berharga mahal. Begitu sayang kepada tanamannya, ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk merawatnya. Membersihkan daun, menyirami, memberikan pupuk, bahkan mengamati dengan teliti setiap lembar daun kalau-kalau ada hama, dilakukannya dengan tekun. "Tanaman-tanaman ini begitu berharga, sedikit saja kita lalai, tanaman itu bisa rusak!" ujarnya.

       Hati yang semula tulus tidak dijamin akan tulus terus seumur hidup bila tidak dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Merawat hati memerlukan ketegasan untuk hidup berdasarkan prinsip firman Tuhan. 

       Salomo mungkin merasa yakin bahwa imannya tak akan goyah bila ia bergaul dan menikahi perempuan kafir. Bahkan, Salomo mungkin juga yakin bahwa dirinya yang akan memengaruhi istri-istrinya. Ternyata, ia keliru! Istri-istrinyalah yang memengaruhi dirinya. Salomo tidak sanggup mempertahankan ketulusan hatinya. Hatinya mulai condong kepada ilah lain setelah ia menjadi tua. Ia jatuh dalam dosa karena mengabaikan petunjuk Tuhan (Kel 34:16, UL 7:3-4).

       Firman Tuhan adalah terang dan pelita yang akan menerangi hati dan langkah kita. Tindakan mengabaikan firman-Nya adalah celah bagi Iblis untuk mencondongkan hati kita kepada dosa. Marilah membuang jauh-jauh pikiran bahwa diri kita begitu kuat dan kebal terhadap pengaruh dosa. 


Kehadiran firman Tuhan setiap harilah yang mampu menjaga 
dan merawat hati kita tetap benar di hadapan-Nya. 


--------------------------------------------------------------



**  Scripture: 1 Kings 11:4 **
 "For came it came to pass, when Salomon was old, that his wives turned away his heart after other gods: and his heart was not perfect with the LORD his God, as was the heart of David his father." 
       Caring something usually not easy, as experienced collectors of rare ornamental plants expensive. So dear to the plants, he could spend hours to take care of him. Cleaning the leaves, watering, provide fertilizer, even watching carefully every case leaves no pests, done diligently. "These plants are so precious, little we fail, the plant can be damaged!" he said.

       
Sincere heart which was originally not guaranteed to be genuine continue for a lifetime if not treated properly by their owners. Caring heart requires firmness to live by the principles of God's word.

       
Solomon may feel confident that his faith will not falter when he hangs out and marry unbelievers. In fact, Solomon may also believes that it would affect his wives. Apparently, he was wrong! Wife-his wife that affect him. Solomon could not maintain his sincerity. His heart began to gravitate to other gods after he became older. He fell into sin by ignoring the instructions of the Lord (Exodus 34:16, UL 7: 3-4).

       
The Word of God is the light and the light that will illuminate the hearts and move us. Act of disregard His word is a gap for Satan to incline our hearts to sin. Let's throw away the thought that we are so strong and immune to the effects of sin.



The presence of the word of God every day are able to keep
and taking care of our hearts right before Him.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
Firman Tuhan: 1 SamueL 2:11-36 **


       Bagian ini menjelaskan salah satu alasan mengapa Allah memanggil Samuel, yaitu karena bobroknya para imam, terutama kedua anak Eli. Tuhan tengah mempersiapkan pengganti mereka, yaitu Samuel. Sebenarnya salah satu tema dari Kitab Samuel adalah bagaimana Tuhan mempersiapkan orang yang lebih baik untuk mengganti pelayan-Nya yang sudah tidak lagi setia kepada-Nya. Suatu tema yang seharusnya memberikan peringatan kepada kita semua untuk tidak main-main dengan panggilan yang Tuhan sudah berikan. 

       Betapa celakanya jika seseorang merasa dia penting bagi Tuhan. Betapa kekanak-kanakannya orang yang karena tersinggung mau berhenti melayani Tuhan. Seolah-olah kalau dia tidak melayani lagi pekerjaan Tuhan akan terbengkalai. Tetapi pekerjaan Tuhan tidak mungkin gagal. Tuhan sudah mempersiapkan pengganti yang lebih baik dari orang yang disingkirkan itu. Siapakah yang lebih baik? Eli atau Samuel? Hofni dan Pinehas (anak-anak Eli), atau Samuel? 

       Semua sepakat bahwa Samuel adalah seorang nabi dan hakim yang sangat dipakai Tuhan, melebihi semua nama yang disebut tadi. Demikian juga pada pertengahan kitab ini kita melihat Tuhan memanggil Daud untuk menggantikan Saul. Tuhan tidak mengizinkan rencananya rusak karena ketidakberesan hidup hamba-Nya. Jika kesabaran-Nya habis, Dia akan menyingkirkan mereka yang tidak lagi mau hidup benar dan menggantikan mereka dengan orang-orang yang lebih baik. Mari dengan gentar kita mengingat hal ini dan belajar lebih bertanggungjawab dalam melayani Tuhan.
 
       Bagian ini membahas tentang kejahatan anak-anak Eli. Kita dapat menyimpulkan kejahatan mereka dalam dua hal. Yang pertama: mereka menghina kekudusan ibadah kepada Tuhan. Mereka menganggap perut mereka lebih perlu dipuaskan daripada menjalankan ibadah untuk Tuhan! Yang kedua: mereka melakukan kekerasan. Mereka berani mengancam orang-orang yang datang untuk beribadah kepada Tuhan. Bahkan mereka mengancam akan menyakiti orang yang mau menaati cara Tuhan untuk beribadah kepada-Nya (1 SamueL 2:16). Seorang hamba Tuhan mengancam jemaat yang mau taat kepada Tuhan?! Betapa rusaknya keadaan Israel pada waktu itu.

       Ayat 18-21 kita melihat ada pemberitaan yang mau membandingkan Samuel dengan anak-anak Eli. Samuel dikasihi oleh Tuhan dan ibunya pun mendapatkan penyertaan Tuhan, sedangkan anak-anak Eli sudah dibuang oleh Tuhan. Tetapi ternyata kesalahan bukan hanya pada anak-anak Eli. Tuhan pun marah kepada Eli yang menghormati anak-anaknya lebih daripada menghormati Tuhan (1 SamueL 2:29). Dalam ayat 23-25 dicatat bagaimana Eli memberikan teguran yang terlalu sopan kepada anak-anaknya, padahal anak-anaknya sudah bertindak seperti orang kafir. Bahkan kata dalam bahasa asli yang dipakai untuk menggambarkan mereka adalah “anak-anak belial”, yaitu orang-orang yang kejahatannya sedemikian memuakkan bagi Tuhan sehingga disamakan dengan penyembah berhala yang jahat dan menjijikkan. Orang-orang yang tidak lagi diberi kesempatan untuk bertobat karena kebejatan mereka yang memuakkan bagi Tuhan. 

       Lalu bagaimanakah Eli menegur “anak-anak belial” ini? Eli mengatakan kalimat-kalimat tegurannya dengan cara yang terlalu halus. Seperti seorang bawahan hendak memberi masukan kepada atasannya. Seperti seorang rakyat biasa menegur raja dengan segala perasaan tidak layak yang dia miliki. Anak-anak Eli tidak lagi seharusnya ditegur. Mereka seharusnya dihukum sangat berat. Bukankah anak-anak Harun dibunuh oleh Tuhan ketika mereka mempersembahkan api yang tidak Tuhan perintahkan (Im. 10:1-7)? Eli tidak mempunyai jiwa yang menyala-nyala untuk membela kekudusan Tuhan. Dia mengizinkan anak-anaknya melakukan penghinaan yang sedemikian besar kepada Tuhan. Perlakuan halus sang ayah yang mengasihi dengan buta ini membuat anak-anaknya akhirnya dihukum mati oleh Tuhan (ayat 25). Para orang tua yang memanjakan anak dan tidak pernah melatih anak untuk takut akan Tuhan pada akhirnya akan menyebabkan kematian anaknya!

       Tuhan menginginkan adanya kesucian hidup, baik di dalam beribadah kepada-Nya maupun di dalam kesopanan moral dalam berelasi dengan orang lain. Itu sebabnya orang tua yang bijak juga akan membuat “takut akan Tuhan” dan “kasih kepada sesama” menjadi tujuan utama membesarkan anak. Dia tidak mau mengganti kesuksesan studi, kekayaan, karier, kedudukan di dalam masyarakat menjadi pencapaian yang lebih penting daripada takut akan Tuhan dan kasih akan sesama. Siapa yang meremehkan takut akan Tuhan tidak mungkin mendidik anaknya untuk takut akan Tuhan. Dan anak yang tidak pernah dididik untuk takut akan Tuhan akan menjadi orang-orang dursila yang hidup seenaknya sendiri.

       Alkitab menyatakan di dalam bacaan kita (1 SamueL 2:22) bahwa kebobrokan rohani anak-anak Eli juga tercermin dari kerusakan moral mereka. Mereka melampiaskan hawa nafsu mereka tanpa memedulikan apa pun juga. Mereka menjadi binatang liar yang tidak lagi bisa dikekang. Maukah engkau pada suatu hari melihat anakmu menjadi binatang liar yang tidak bisa dikekang? Takutlah akan Tuhan! Ajar anak-anak kita untuk takut akan Tuhan! Ini hal yang paling utama dalam kehidupan manusia. 

       Ada orang tua yang begitu panik kalau nilai matematika anaknya jelek tetapi tidak pernah peduli kalau anaknya tidak mengenal Kitab Suci. Ada orang tua yang mencari sekolah yang terbaik untuk anak berdasarkan standar dunia tetapi tidak pernah menggubris standar Tuhan. Ada orang tua yang sediakan jam demi jam membimbing anak belajar agar dia lulus ujian sekolah tetapi tidak sekali pun mendampingi dia mempelajari Alkitab. Orang tua macam apa ini? Orang tua sedemikian akan dihakimi dengan berat oleh Tuhan dan jikalau dia tidak juga bertobat, maka dia akan menyaksikan sendiri anak-anaknya berubah menjadi orang dursila yang akhirnya dibuang oleh Tuhan. Mari tekankan rasa takut akan Tuhan. Jadikan itu bagian utama dari kehidupanmu! Jadikan itu bagian utama dari kehidupan rumah tanggamu! Jadikan itu bagian utama dalam kehidupan anak-anakmu!

       Tuhan tidak akan membiarkan rencana-Nya gagal, dan karena itu Ia memanggil Samuel dengan menyingkirkan Eli dan anak-anaknya. Ini pun suatu pelajaran yang sangat penting bagi kita, yaitu bahwa tidak seorang pun yang tak tergantikan. Meskipun seorang imam dalam kehidupan berbangsa Israel sangat penting karena mempunyai otoritas yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan umat Tuhan, tetapi tidak satu pun dari mereka yang tidak tergantikan. 

       Di dalam Kitab Keluaran Tuhan telah memilih anak-anak sulung sebagai imam untuk melayani Dia. Tetapi setelah kasus anak lembu emas, Tuhan menggantikan mereka dengan orang-orang Lewi. Di dalam Kitab Suci Tuhan memilih Israel untuk menjadi umat-Nya supaya seluruh dunia mengenal ada Tuhan yang berdaulat mutlak dan harus disembah. Tetapi setelah mereka menolak Dia berkali-kali maka Tuhan memanggil Paulus dan mengutus dia untuk pergi jauh kepada bangsa-bangsa lain. Tuhan memakai Yerusalem untuk menyatakan kehadiran-Nya. Tetapi ketika mereka terus-menerus menolak, maka Tuhan mengirim Titus, seorang Jendral Romawi, untuk mengepung kota itu, menaklukkannya dan merobohkan tembok-temboknya. 

       Tuhan memanggil saudara dan saya untuk melayani Dia. Marilah kita gentar! Dengan rendah hati dan sungguh-sungguh kita menjalankan panggilan melayani Dia. Kita sebagai hamba Tuhan, atau majelis, pengurus, aktivis, guru Sekolah Minggu, atau menjadi saksi-saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat, atau yang menjalankan panggilan mandat budaya di bidang pekerjaan masing-masing, mari kita gentar! Mari kita belajar takut akan Tuhan. Mari kita minta kekuatan kepada Tuhan untuk setia kepada Dia dan berjanji untuk mengikuti Dia dengan tepat. Mari kita berjuang untuk menaati Dia! 

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO






** Firman Tuhan: Daniel 3:18 ** 
Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." 


       Ketika menyanyikan lagu, "Berserah kepada Yesus, tubuh roh dan jiwaku, " saya teringat akan pergumulan ayah saya dengan suatu penyakit terminal. Dokter mengatakan bahwa sudah tidak ada harapan untuk berumur panjang. Kami berdoa untuk kesembuhan beliau. Namun, titik terjadinya mukjizat berlangsung ketika ayah berdoa, "Jadilah kehendak-Mu, aku berserah kepada-Mu." Jamahan Tuhan terjadi. Ayah saya merasakan rasa hangat pada organ-organ tubuh yang sakit dan ia pun sembuh sempurna seketika.

       Ketika menghadapi ancaman hukuman mati karena tidak mau menyembah berhala, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego berserah pada Tuhan. Mereka mengatakan bahwa sekalipun Tuhan tidak menyelamatkan mereka, mereka tetap tidak mau menyembah berhala yang didirikan oleh raja Nebukadnezar. Pada akhirnya Tuhan menolong mereka. Sikap berserah mereka pada gilirannya membuat raja Nebukadnezar menyaksikan kuasa Tuhan dan berbalik memuliakan nama-Nya. Tuhan Yesus mengajarkan kita berdoa, "Jadilah kehendak-Mu" (Matius 6:10)

       Rolland Baker, seorang pendeta, mengatakan bahwa iman bukanlah soal meminta Tuhan memberikan kepada kita sesuatu yang kita inginkan. Sebaliknya, beriman berarti percaya pada Tuhan dan pada kehendak-Nya. Meskipun mungkin berbeda dari keinginan kita, kehendak Tuhan itu baik dan sempurna, melampaui kehendak kita. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, tetapi Tuhan mengetahui semuanya. Marilah beriman pada-Nya! 

--------------------------------------------------------------


**  Scripture:Daniel 3:8 ** 
" But if not, be it known unto thee, O king, that we will not serve thy gods, nor worship the golden image which thou hast set up." 
 

       When singing the song, "Surrender to Jesus, body spirit and soul," I am reminded of my father struggle with a terminal illness. Doctors say that there is no hope for a long life. We pray for his recovery. However, the point of the miracle took place when the father pray, "Your will be done, I surrender to You." The touch of God occurred. My father felt a sense of warmth in the organs sick and he was perfectly healed instantly.

       
When facing the death penalty for refusing to worship idols, Shadrach, Meshach, and Abednego surrender to God. They say that even if God did not save them, they still would not worship idols set up by King Nebuchadnezzar. In the end, God help them. Submissive attitude they in turn make the king Nebuchadnezzar witnessed the power of God and turned to glorify His name. Jesus taught us to pray, "Your will be done" (Matthew 6:10).

       
Rolland Baker, a pastor, said that faith is not a matter of asking God to give us something we want. Instead, faith is to believe in God and to His will. Although it may differ from our desire, the will of God is good and perfect, exceeded our will. We do not know what will happen in the future, but God knows all. Let faith in Him!

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Song