** Firman Tuhan: 1 Petrus 5:2 ** 
" Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri."

       Apakah Anda tahu "abdi dalem"? Abdi dalem adalah hamba yang mengabdi kepada raja, membantu mengerjakan urusan rumah tangga istana sesuai dengan bidang pelayanannya. Tidak sembarang orang dapat menjadi abdi dalem. Mereka harus lolos seleksi, memiliki dedikasi, loyalitas, dan integritas. Syarat yang tidak mudah, bukan?

       Jika kita berpikir bahwa mereka mendapatkan imbalan yang besar, itu salah. Jika kita menilainya berdasarkan gaji yang mereka dapatkan, upah mereka sangatlah kecil. Toh keadaan itu tidak mengalangi mereka untuk terus mengabdi. Mereka bersedia mengabdi kepada raja dengan motivasi untuk mendedikasikan hidup mereka. Dengan itu, mereka mendapatkan kepuasaan batin dan ketenteraman hidup. Mereka menjadi abdi dalem sebagai sebuah kebanggaan terhadap diri mereka karena bisa melayani seorang raja.

       Rasul Petrus mengingatkan kita supaya memiliki motivasi yang benar dalam melayani Tuhan. Kita melayani berdasarkan kerelaan dan kerinduan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan (1 Petrus 5:2)

Kita melayani bukan untuk memerintah orang lain, melainkan untuk menjadi teladan hidup (1 Petrus 5:3). Jika seorang abdi dalem dapat mengabdi kepada rajanya tanpa memikirkan keuntungan pribadi, terlebih lagi kita. Upah sejati yang disediakan bagi kita sesungguhnya tidak dapat dibandingkan dengan harta dunia sebesar apa pun. Ya, Tuhan memberikan kepada kita mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu (1 Petrus 5:4)


Marilah kita menjalankan pelayanan dengan sikap dan motivasi yang benar tersebut. 



--------------------------------------------------------------


**  Scripture: 1 Peter 5:2 **
"Feed the flock of God which is among you, taking the oversight thereof, not by constraint, but willingly, not for lucre, but of a ready mind."


       Do you know the "courtiers"? Courtiers is the servant who served the king, help with household affairs palace in accordance with the field ministry. Not just anyone can become courtiers. They must pass the selection, dedication, loyalty, and integrity. Terms were not easy, is not it?

       
If we think that they are getting big rewards, it's wrong. If we judge it based on the salary they get, their wages are very small. Yet the situation is not mengalangi them to continue to serve. They are willing to serve the king with the motivation to dedicate their lives. With that, they get inner satisfaction and peace of life. They became courtiers as a pride in themselves because they can serve a king.      

       The Apostle Peter reminds us to have the right motivation in serving the Lord. We serve based on willingness and desire to devote ourselves to God (1 Peter 5: 2). 
       We serve not to rule over others, but to be an example of life (1 Peter 5: 3). If a royal servant can serve his king without thought of personal gain, especially us. Real wages actually available to us can not be compared with the treasures of the world amounted to anything. Yes, God gives us the crown of glory that does not fade away (1 Peter 5: 4).


Let us run the service with the right attitude and motivation is.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO









** Firman Tuhan: 1 Petrus 1:18-19 **
"Sebab kamu tahu,bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." 

 
       Betapa Luar biasa Penderitaan-Nya buat kita. Secara medis, penyebab kematian Tuhan Yesus bukan hanya dimulai saat ia disiksa oleh tentara Romawi. Sebelum itu, setelah peristiwa perjamuan terakhir, Tuhan Yesus berdoa di Taman Getsemani. Ketika Yesus berdoa, Injil Lukas merekam bahwa peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah" (Lukas 22:44b). Bisa jadi, hal ini memang hanya Lukas yang menyadarinya karena Lukas adalah seorang tabib sehingga ia bisa memperhatikan keadaan fisik Tuhan Yesus. Yang sesungguhnya dilihat Lukas pada malam itu sebenarnya bukanlah seperti, melainkan memang itu bisa terjadi dan dapat diterangkan secara medis. Peristiwa ini adalah sebuah kejadian langka yang dapat terjadi pada diri seseorang saat ia mengalami emosi yang sangat berat.

       Kitab Markus mencatat Ia mengatakan, "mau mati rasanya". Kesedihan yang dialami-Nya begitu luar biasa sehingga Ia nyaris tak dapat menanggungnya. Emosi yang sedemikian berat itu menyebabkan pecahnya pembuluh darah di kulit. Kemudian, darah keluar melalui kelenjar keringat bersama dengan keringat. Keadaan ini disebut hematidrosis atau hemahidrosis yang bila keluar banyak sekali dapat menyebabkan hipovolemi. Mulai dari sinilah, proses kematian Tuhan Yesus sebenarnya sudah dimulai. Dari Taman Getsemani, Tuhan Yesus ditangkap. Dalam kesendirian- Nya (murid- murid-Nya lari kocar kacir), Ia menghadap Hanas, setelah itu Kayafas.

Emosinya terasa makin berat karena Ia merasa sendiri, ditinggalkan oleh orang-orang yang amat dikasihi-Nya. Ditambah lagi, ia mulai mendapat siksaan fisik. Di pengadilan agama, muka-Nya ditampar (Yohanes 18:23) dan dipukuli (Lukas 22:63) mulai pukul 01.00 sampai dini hari.

       Sebelum Ia dihukum mati, Ia dibawa ke pengadilan Romawi. Keadaan fisik Tuhan Yesus saat itu sudah makin lemah karena ia tidak tidur semalaman, tidak makan atau minum, juga dipaksa berjalan dari satu tempat ke tempat lain-padahal jaraknya cukup jauh - ditambah pukulan-pukulan serta ejekan, plus kesendirian- Nya. Di depan pengadilan Romawi, Tuhan Yesus mulai mendapat aniaya yang luar biasa lewat hukuman cambuk. Pada waktu itu dikenal dua macam cambuk dera. Yang satu berupa sebatang tongkat atau ranting-ranting yang digunakan untuk warga negara Romawi. Yang kedua berupa cambuk bergagang kayu dengan satu sampai tiga helai kulit atau tali. Ujungnya ada yang diberi bulatan keras atau paku kecil. Jenis ini dipakai untuk mereka yang bukan warga negara Romawi.

       Jenis kedua inilah yang dipakai untuk mendera Tuhan Yesus. Menurut undang-undang kerajaan Romawi, yang memberi perintah penyesahan adalah Pontius Pilatus.
Itu artinya Tuhan Yesus tidak dicambuk 39 kali seperti yang diperkirakan orang selama ini. Menurut buku Manusia Kain Kafan, penyesahan ini dilakukan sebanyak 21 kali dari kanan dan 21 kali dari kiri. Dengan demikian, jumlah luka yang terdapat pada tubuh Tuhan Yesus sampai di kaki-Nya adalah 726 buah dengan kulit, daging dan otot yang pasti ikut tercabik. Namun demikian, para 'algojo' yang mendera itu amat mahir sehingga mereka tidak memukul daerah-daerah tubuh yang mematikan, seperti wilayah jantung, misalnya.
Luka-luka ini akan menimbulkan rasa nyeri dan pendarahan yang banyak.
Kondisi ini dapat membawa Tuhan Yesus pada keadaan pre-shock. Dari sini, Tuhan Yesus harus membawa bagian horisontal dari salib (patibulum) yang beratnya kurang lebih 50 kg ke Bukit Golgota yang terletak di luar kota.

       Dalam perjalanan, Yesus memikul patibulum pada pundaknya dengan kedua lengan terentang serta diikat pada ujung kanan-kiri patibulum. Bila jumlah terhukum lebih dari satu, mereka akan dihubungkan satu sama lain dengan mengikatkan seutas tali. Ujung kiri dari patibulum masih diikat lagi dengan pergelangan kaki kirinya. Ini untuk mencegah agar terhukum tidak lari atau memukul tentara dengan patibulum mereka. Dalam buku Manusia Kain Kafan disebut Yesus adalah terhukum yang diletakkan paling belakang. Padahal kondisi tubuhnya lemah dibanding dua orang terhukum lainnya. Dengan kondisi yang paling lemah, tentu Ia berjalan lambat. Akibatnya kedua penjahat yang berjalan di depannya sering menghentakkan patibulum untuk memaksa Tuhan Yesus mempercepat jalan-Nya. Hentakan ini menyebabkan patibulum Yesus yang sebelah kanan Tersentak ke depan sedang yang kiri akan terlempar ke belakang dan ini membuat kaki kirinya tertahan, bahkan tertarik ke belakang pula. Keadaan ini membuat Tuhan Yesus jatuh terduduk pada lututnya atau terjerembab dengan muka terbentur batu. Hal ini terjadi berkali-kali.

       Daripada Yesus mati, para pengawal itu segera memanggil Simon dari Kirene.
Sampai di Golgota, Yesus disalib. Paku yang digunakan ukuran kepalanya 1 X 1 cm dan panjangnya 13-18 cm. Paku ini ditempatkan pada bagian tangan yang diperkirakan dapat menahan tubuh si terhukum supaya tidak sampai melorot ke bawah, tepatnya di pergelangan tangan. Setelah kedua lengan direntangkan dan dipaku, patibulum bersama terhukum diangkat oleh para pengawal untuk memasukkan lubang patibulum ke bagian vertikal. Berikut, yang dipaku adalah kakinya, dimana sudah disediakan tempat berpijak. Tempat ini ada agar si terhukum lebih lama menderita sebelum mati. Perdarahan di pergelangan lengan ini memang tidak banyak, tapi pasti menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat. Mengapa? Ada beberapa syaraf yang terkena. Demikian pula halnya dengan kaki-Nya. Rasa nyeri akan terus menerus dirasakan bila Ia bergerak selama tergantung di salib. Selain itu, gesekan punggung yang penuh luka-luka dengan kayu salib yang kasar akan menambah nyeri dari luka bekas penderaan.

       Otomatis, darah yang tadinya sudah mengering akan kembali mengalir. Akibat rasa nyeri ini, Yesus mengalami kesulitan saat mengambil nafas. Akibat perdarahan yang dialaminya ini, Yesus akan masuk dalam kondisi gagal jantung. Keadaan inilah yang menyebabkan kematian-Nya di kayu salib. Keadaan lain yang mempercepat kematian-Nya adalah kondisi tubuh-Nya yang sudah sangat lemah saat Ia digantung di kayu salib. Hal ini ditambah lagi dengan penikaman di bagian sela tulang iga. Tikaman ini menembus paru-paru kanan menuju bilik kanan dan serambi kanan jantung.



TerpujiLah Tuhan Yesus yang karena kasih-Nya rela berkorban bagi kita manusia, 
darah-Nya tercurah untuk menebus dosa kita semua. 
Agar setiap yang percaya kepada-Nya tidak binasa 
meLainkan beroLeh keselamatan hidup yang kekaL.



-------------------------------------------------------------------------------------------------------


** Scripture: 1 Peter 1:18-19 ** 
"Forasmuch as ye know that ye were not redeemed with corruptible things, as silver and gold, from your vain conversation received by tradition from your fathers; but with the precious blood of Christ, as of a lamb without blemish and without spot."


       
What a Wonderful His passion for us. Medically, the cause of death of the Lord Jesus not only started when he was tortured by the Romans. Prior to that, after the events of the Last Supper, the Lord Jesus prayed in the Garden of Gethsemane. When Jesus prayed, the Gospel of Luke records that His sweat became like drops of blood that dripped to the ground. (Luke 22:44 b). Could be, it is only Luke who realize it because Luke was a physician so that he could observe the physical state Lord Jesus. Which actually seen Luke at night it is not really like, but it can happen and it can be explained medically. event this is a rare occurrence that can happen to a person when he suffered a very heavy emotions.

       
Mark noted he says, "unto death". His grief experienced was so great that he could hardly bear it. Emotion so severe it causes rupture of blood vessels in the skin. Then, the blood out through the sweat glands along with sweat. This situation is called hematidrosis or hemahidrosis out that when a lot can lead to hypovolemia. Starting from here, the death of the Lord Jesus had actually begun. From the Garden of Gethsemane, Jesus was arrested. In his solitude (His disciples ran topsy turvy), went to the Annas, Caiaphas afterwards.Emotions all the more acute because he felt alone, abandoned by the very people he loves. Plus, she began to receive physical punishment. In religious courts, slapped him in the face (John 18:23) and beaten (Luke 22:63) starting at 01.00 until the early hours.

       
Before he was executed, he was taken to the Roman court. The physical state of the Lord Jesus was already getting weak because he did not sleep all night, do not eat or drink, is also forced to walk from one place to another-but quite far - plus punches and taunts, plus his solitude. In front of the Roman court, the Lord Jesus began to gain tremendous persecution by flogging. At that time there are two kinds of flogging whip. Which is one form of a stick or twigs used for Roman citizens. The second form of wooden-handled whip with one to three strands of leather or rope. End of which is a given hard spheres or small nails. This type is used for those who were not Roman citizens.

       
The second type is used to whack the Lord Jesus. According to the law of the Roman empire, who gave the order scourging was Pontius Pilate. It means that the Lord Jesus was flogged 39 times as one might expect for this. According to the book Man of the Shroud, scourging was performed 21 times on the right and 21 times on the left. Thus, the number of injuries found on the body of the Lord Jesus up on his feet is 726 pieces with the skin, flesh and muscle torn definitely participate. However, the 'executioner' who was very proficient whack so they do not hit regions deadly body, such as heart region, for example. These injuries will cause pain and heavy bleeding. This condition can bring the Lord Jesus in the pre-shock state. From here, the Lord Jesus had to carry the horizontal part of the cross (patibulum) weighing approximately 50 kg to the hill of Golgotha ​​is situated outside the city.

       
On the way, Jesus took patibulum on his shoulders with both arms outstretched and bound on the left and right ends patibulum. When the number of the condemned more than one, they will be connected to each other by tying a piece of string. Left end of patibulum still tied again with his left ankle. This is to prevent the inmate does not run or hit the soldiers with their patibulum. In a book called Man of the Shroud of Jesus is the most laid back of the convicts. Though her condition is weaker than the other two condemned men. With the weakest condition, he would run slowly. As a result, the two criminals who run in front of him often stomp patibulum to force the Lord Jesus accelerate his path. This buffeting caused patibulum Jerks Jesus right next to the left being thrown back and will this make her left leg stuck, even pulled back anyway. This situation makes the Lord Jesus sat down on his knees or fall to hit rock face. This happens many times.

       
Instead Jesus died, the guards were immediately called Simon of Cyrene. Until at Golgotha, Jesus was crucified. Used nail head size 1 X 1 cm and a length of 13-18 cm. This nail is placed in the hands of the body which is expected to hold the prisoner so as not to sag downward, precisely on the wrist. After both arms stretched and nailed, patibulum with inmate appointed by the guards to enter into the vertical hole patibulum. Following, which are nailed his feet, which had supplied a beachhead. This place is no longer that of the condemned suffer before dying. Bleeding in the arm wrist is not much, but it definitely raises a very severe pain. Why? There are a few nerves exposed. Similarly with his feet. The pain will continue to be felt when He hung on the cross to move during. In addition, the full backs friction wounds with rough wooden cross that will add to the pain of scars penderaan.

       
Auto, blood that had already dried up going back flow. As a result of this pain, he had trouble when taking a breath. This is due to bleeding that happened, he would go in a state of heart failure. This condition led to his death on the cross. Other circumstances which accelerate his death is the condition of his body was very weak when he hung on the cross. This coupled with the stabbing in part between the ribs. This thrust penetrated the right lung to the right ventricle and the right atrium of the heart.




Blessed be the Lord Jesus because of His love  
for us human sacrifice, His blood shed to atone for our sins.  
For any who believes in him will not perish 
but have eternal salvation and life.









Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO







** Firman Tuhan : Lukas 6:38 ** 
"Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."



       Seorang anak sedang menemani ibunya berjualan di pasar. Pagi itu ada seorang pembeli yang meminta gula batu. Untuk menentukan harga, maka ibu itu harus menimbang beratnya terlebih dahulu. Anaknya pun menjadi penasaran.

“Bu, mengapa harus ditimbang?”
“Karena gula batu ini ada yang besar dan kecil nak, maka ibu harus menimbangnya terlebih dahulu. Kalau berat dan besar, maka harganya mahal, dan jika kecil dan ringan maka harganya murah.”
“Bu, apakah Tuhan juga mempunyai timbangan? Dan apakah jika dosaku kecil maka bisa masuk surga?”
“Nak, ibu menimbang gula batu. Besar atau kecil ukurannya tetap saja namanya gula batu, begitu juga dengan dosa. Entah dosa itu kecil atau besar, tetap saja itu buruk di mata Tuhan. Tuhan Yesus akan menimbang seberapa besar kebaikanmu, ketaatanmu, kesetiaanmu dan akan menggantinya dengan berkat yang jauh lebih besar.”

       Terkadang kita mempunyai pikiran seperti anak kecil itu. Dimana kita akan menganggapnya sebagai hal yang biasa lantaran dosa yang kita lakukan adalah dosa kecil. Di hadapan Tuhan tidak ada dosa kecil ataupun dosa besar karena upahnya sama yaitu “upah dosa adalah maut” (Roma 6:23).

       Jangan berlomba-lomba untuk memperberat timbangan dosa kita, namun berlombalah untuk menjadi yang terbaik di mata Allah. Berlombalah untuk bisa menjadi berkat bagi orang lain. Allah mempunyai timbangan berkat-Nya sendiri. 


Semakin kita mengasihi orang lain, 
maka Tuhan juga akan memperberat timbangan berkat-Nya bagi kita.

--------------------------------------------------------------


**  Scripture: Luke 6:38 ** 
"Give, and it shall be given unto you; good measure, pressed down, and shaken together, and running over, shall men give into your bosom. For with the same measure that ye mete withal it shall be measured to you again." 


       A child was accompanying his mother to sell in the market. That morning there was a buyer who asked for sugar cubes. To determine the price, then it must weigh the severity of the mother first. His son became curious. 

"Mom, why should be weighed?" 
"Because of this rock sugar there is a large and a small boy, the mother should be weighed first. If heavy and bulky, it is expensive, and if small and lightweight so it's cheap." 
"Mom, if God also has scales? And what if my sin small then can go to heaven?" 
"Son, mother weigh sugar cubes. Large or small in size still name a sugar cube, as well as sin. Whether it is small or big sin, nonetheless it was bad in the eyes of God. The Lord Jesus will weigh how much kindness, obedience, loyalty, and will replace it with a far greater blessing."

       
Sometimes we have a mind like a little boy. Where we will regard it as a matter of course because of the sins we commit is a small sin. In the presence of God is no small sin or big sin because the wages are the same that "the wages of sin is death" (Romans 6:23).

       
Do not vying for the scales aggravate our sins, but Race to be the best in the eyes of God. Race to be a blessing to others.
God has His own blessing scales.



The more we love others,
then God will also aggravate the scales of His blessings to us.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO






** Firman Tuhan: Kisah Para Rasul 2:45 ** 
"Dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing."


       "Ketika menyangkut uang, semua orang sama agamanya"--demikian komentar pedas seorang ateis. Meskipun tidak nyaman di telinga, ini bukan komentar sembarangan, melainkan lahir dari pengamatan dan pengalaman. Kenyataan membuktikan: orang boleh beragama apa saja, tetapi kalau sudah berurusan dengan uang, tahu-tahu keyakinannya seakan menguap. Tidak berpengaruh apa-apa. Satu saja yang mereka puja: uang!

       Kisah Para Rasul melukiskan buah-buah pertobatan dari jemaat Kristen perdana di Yerusalem. Mereka menampakkan perubahan hati: berserah diri untuk dibaptis, beribadah bersama dengan bersehati, tekun, dan tulus hati (Kisah Para Rasul 2:41, 46, 47). Selain itu, mereka menunjukkan perubahan pikiran: gemar dan tekun belajar menjadi ciri kental mereka (Kisah Para Rasul 2:42). Akhirnya, terjadi pula perubahan cara memandang dan menggunakan harta: saling berbagi milik menjadi cara hidup mereka yang baru (Kisah Para Rasul 2:44-45). Sungguh, pertobatan yang utuh!

       Reformator gereja, Martin Luther, memerinci pertobatan menjadi tiga aspek: pertobatan hati, pertobatan pikiran, dan pertobatan dompet. Sejujurnya, yang terakhir adalah wujud yang paling kentara. Dapat dilihat dan dirasakan dampaknya oleh orang-orang di sekitar kita. Tanpa pertobatan dompet, bisa jadi akan menimbulkan pertanyaan tentang kesungguhan pertobatan kita. Pertobatan yang belum terwujud dalam perilaku. 


Karena itu, marilah kita membuktikan bahwa iman kita memberikan pengaruh yang besar pada cara kita memandang dan mengelola serta menggunakan uang. 


--------------------------------------------------------------


**  Scripture: Acts 2:45 ** 
"And sold their possessions and goods, and parted them to all men, as every man had need"


       "When it comes to money, everyone is the same religion" - spicy commented an atheist. Although uncomfortable in the ear, this is not a comment at random, but is born of observation and experience. The fact is: the religious may be anything, but when it comes to money, knew his confidence evaporated. Does not affect anything. One course they worship: money!

       
Acts describe the fruits of conversion of the early Christians in Jerusalem. They revealed a change of heart: surrender to be baptized, worship with Bersehati, diligent, and sincere heart (Acts 2:41, 46, 47). In addition, they show a change of mind: love and diligently studied to characterize their viscous (Acts 2:42). Finally, there is also a change of ways of looking at and using the property: share owned into their new way of life (Acts 2: 44-45). Indeed, the conversion of intact!

       
Church reformer, Martin Luther, detailing the conversion into three aspects: conversion of heart, mind repentance, and repentance wallet. To be honest, the last is the most obvious manifestation. Can be seen and felt the impact by the people around us. Without repentance wallet, may be raised questions about the sincerity of our repentance. Repentance is not yet manifested in behavior.



  Therefore, let us prove that our faith gives a great influence 
on the way we perceive and manage and use money.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO






** Firman Tuhan: 1 Petrus 5:2 ** 
" Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri." 


       Apakah Anda tahu "abdi dalem"? Abdi dalem adalah hamba yang mengabdi kepada raja, membantu mengerjakan urusan rumah tangga istana sesuai dengan bidang pelayanannya. Tidak sembarang orang dapat menjadi abdi dalem. Mereka harus lolos seleksi, memiliki dedikasi, loyalitas, dan integritas. Syarat yang tidak mudah, bukan?
     
       Jika kita berpikir bahwa mereka mendapatkan imbalan yang besar, itu salah. Jika kita menilainya berdasarkan gaji yang mereka dapatkan, upah mereka sangatlah kecil. Toh keadaan itu tidak mengalangi mereka untuk terus mengabdi. Mereka bersedia mengabdi kepada raja dengan motivasi untuk mendedikasikan hidup mereka. Dengan itu, mereka mendapatkan kepuasaan batin dan ketenteraman hidup. Mereka menjadi abdi dalem sebagai sebuah kebanggaan terhadap diri mereka karena bisa melayani seorang raja.
    
       Rasul Petrus mengingatkan kita supaya memiliki motivasi yang benar dalam melayani Tuhan. Kita melayani berdasarkan kerelaan dan kerinduan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan (1 Petrus 5:2).  Kita melayani bukan untuk memerintah orang lain, melainkan untuk menjadi teladan hidup (1 Petrus 5:3). Jika seorang abdi dalem dapat mengabdi kepada rajanya tanpa memikirkan keuntungan pribadi, terlebih lagi kita. Upah sejati yang disediakan bagi kita sesungguhnya tidak dapat dibandingkan dengan harta dunia sebesar apa pun. Ya, Tuhan memberikan kepada kita mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu (1 Petrus 5:4)


Marilah kita menjalankan pelayanan dengan sikap dan motivasi yang benar tersebut. 




--------------------------------------------------------------


**  Scripture: 1 Peter 5: 2 ** 
"Feed the flock of God which is among you, taking the oversight thereof, not by constraint, but willingly; not for filthy lucre, but of a ready mind."


       
Do you know the "courtiers"? Courtiers is the servant who served the king, help with household affairs palace in accordance with the field ministry. Not just anyone can become courtiers. They must pass the selection, dedication, loyalty, and integrity. Terms were not easy, is not it?

       
If we think that they are getting big rewards, it's wrong. If we judge it based on the salary they get, their wages are very small. Yet the situation is not mengalangi them to continue to serve. They are willing to serve the king with the motivation to dedicate their lives. With that, they get inner satisfaction and peace of life. They became courtiers as a pride in themselves because they can serve a king.

       
The Apostle Peter reminds us to have the right motivation in serving the Lord. We serve based on willingness and desire to devote ourselves to God (1 Peter 5: 2).We serve not to rule over others, but to be an example of life (1 Peter 5: 3). If a royal servant can serve his king without thought of personal gain, especially us. Real wages actually available to us can not be compared with the treasures of the world amounted to anything. Yes, God gives us the crown of glory that does not fade away (1 Peter 5: 4).


Let us run the service with the right attitude and motivation is







Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
 




** Firman Tuhan : Mazmur 3:5 ** 
"Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus."  


       Daud adalah seorang tokoh pemuji yang inspiratif. Ia merupakan penulis sebagian besar kitab Mazmur. Karier pelayanannya berawal dari seorang pemain musik kerajaan sebelum ia dipercaya memimpin Israel. Bernyanyi bagi Tuhan menjadi gaya hidupnya sejak ia muda dan masih dikenal sebagai penggembala.

       Mazmur 3 melukiskan nyanyian pagi Daud ketika lari dari Absalom. Dalam kondisi dikejar musuh, ia ingat untuk datang kepada Tuhan dengan nyanyian yang nyaring (ay. 2-5). Bukannya terintimidasi oleh ejekan yang mempertanyakan pertolongan Tuhan, ia justru mengimani penyertaan Tuhan lewat pujian. Ia tidak menghabiskan waktu dengan mengeluh dan khawatir, tetapi ia dapat menghadapi ancaman itu dengan ringan hati karena keyakinannya pada janji Tuhan (ay. 6). Ia menyadari bahwa pembelaan Tuhan akan segera dinyatakan sehingga satu-satunya hal yang mendesak untuk dilakukan adalah memuji Tuhan dengan sepenuh hati. Ya, dalam kesesakan, ia justru bernyanyi!

       Tuhan selalu menjanjikan penyertaan dan pertolongan sesuai dengan keperkasaan-Nya. Jika kita mengenal-Nya sebagai Pribadi yang peduli, hal pertama yang patut kita nyatakan saat menghadap Tuhan adalah keyakinan, yang diikuti dengan pujian dan nyanyian syukur. Mengapa kita memuji Tuhan? Karena Dia layak menerima penghormatan setiap waktu. 


Pujian dan nyanyian syukur menolong kita menyadari perlindungan Tuhan, 
meningkatkan semangat hidup, dan juga memberkati pendengar.


--------------------------------------------------------------


**  Scripture: PsaLm 3:4 ** 
"I cried unto the LORD with my voice, and He heard me out of His holy hill. Selah."


       David was an inspirational figure flatterer. He is the author of most of the Psalms. Career services originated from a royal music player before he is believed to lead Israel. Singing for God becomes his lifestyle since he was young and still known as the shepherd.

       
3 depicts the singing psalms of David morning when run from Absalom. In conditions pursued the enemy, he remembers to come to the Lord with loud singing (Psalm 3: 2-5). Not intimidated by ridicule questioning God's help, he actually believe the inclusion of God through praise. He did not spend time with complaining and worrying, but he can confront this threat with a light heart because of his belief in the promise of God (Psalm 3: 6). He realized that the defense of God will soon be declared so that the only thing to do is urging praise the Lord with all his heart. Yes, in distress, he actually sings!

       
God always promised investments and aid in accordance with his courage. If we know Him as the One who cares, the first thing we ought to declare when facing God is the conviction, which was followed by praise and thanksgiving. Why do we praise God? Because He deserves respect every time.  



Praise and thanksgiving helps us realize God's protection, 
improve the spirit of life, and also bless the listener.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Song