- Renungan Pagi -
Mazmur 126:5 "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."
Ada pepatah mengatakan: "Palu menghancurkan kaca, palu membentuk baja." Apa maksudnya? Kaca memiliki sifat mudah sekali retak, pecah dan hancur apabila terkena benturan. Sedangkan baja itu kuat, kokoh dan tidak mudah pecah. Ini berbicara tentang reaksi seseorang terhadap masalah. Apakah kita bersifat seperti kaca yang rentan terhadap benturan (masalah), sehingga mudah sekali kita kecewa, hancur, putus asa, marah, tersinggung, sakit hati, frustasi, mengasihani diri sendiri dan menyalahkan orang lain? Sedikit benturan saja sudah lebih dari cukup untuk merampas sukacita kita. Sebagai orang percaya seharusnya kita memiliki sikap seperti baja yang berkarakter kuat dan tangguh. Seseorang yang bermental baja akan selalu berpikiran positif, optimis dan tetap bisa mengucap syukur meski berada dalam tekanan dan himpitan. Ia bisa mengambil sebuah pelajaran berharga dari setiap masalah yang terjadi. Masalah baginya adalah sebuah proses yang membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Kita tahu bahwa sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yang berguna bagi kehidupan manusia setelah terlebih dahulu dibentuk dan ditempa dengan palu. Memang setiap pukulan terasa menyakitkan dan terkadang kita harus bercucuran air mata, namun semua itu akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Sebaliknya jika kita seperti kaca maka kita akan melihat palu sebagai musuh yang menakutkan dan menghancurkan. Masalah adalah salah satu cara yang dipakai Tuhan untuk membentuk, memproses, memurnikan dan menguji kualitas iman kita.
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Karena itu jangan pernah lari dari masalah, namun hadapilah masalah dengan iman. Perhatikan Daud! Ia tidak gentar sedikit pun ketika harus berhadapan dengan Goliat, bahkan dengan penuh iman berkata, "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu." (1 Samuel 17:45).
Jadilah orang Kristen yang bermental baja, yang tetap kuat meski diterpa masalah.
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun
Ulangan 6: 6-7
Banyak anak-anak yang hidupnya tidak karuan, terlibat narkoba, pergaulan bebas, melawan orang tua, termasuk juga orang-orang dewasa yang hidupnya tidak beda dengan anak-anak tersebut dan kalau kita renungkan, semuanya merupakan produk atau hasil pendidikan yang keliru dalam keluarga.
Dan sudah bukan rahasia lagi bahwa terlalu banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, usahanya bahkan pelayanan gerejanya dan mengabaikan pendidikan kepada anak-anaknya
Mereka pikir, cukup dengan menyediakan semua keperluan anak-anaknya, menyekolahkan ke sekolah unggulan, tapi tidak pernah mengajarkan kebenaran firman Tuhan atau menanamkan nilai-nilai kristiani kepada anak-anaknya.
Padahal firman Tuhan sudah mengingatkan kita agar kita mengajarkan kepada anak-anak kita untuk mengasihi Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Yang terlalu sering kita tekankan dan ajarkan kepada anak-anak kita adalah, belajar agar sukses, hidup makmur dan itu bukan sesuatu yang salah, namun ada hal yang jauh lebih penting adalah mengajarkan mereka untuk mengasihi Tuhan, agar hidup mereka sepenuhnya bergantung kepada Tuhan, bukan kepada hal-hal yang sementara.
Padahal manusia itu hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah, roti memang membuat kita hidup secara jasmani, namun firman Tuhan yang membuat kita memperoleh hidup yang kekal.
Dan yang tidak kalah penting adalah, sebagai orang tua kita harus menjadi teladan yang baik dan benar bagi anak-anak kita .
" Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat:
Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.
Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar firman Allah jangan dihujat orang.
Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,
sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. ( Titus 2:1-8 )
Ulangan 6: 6-7
Banyak anak-anak yang hidupnya tidak karuan, terlibat narkoba, pergaulan bebas, melawan orang tua, termasuk juga orang-orang dewasa yang hidupnya tidak beda dengan anak-anak tersebut dan kalau kita renungkan, semuanya merupakan produk atau hasil pendidikan yang keliru dalam keluarga.
Dan sudah bukan rahasia lagi bahwa terlalu banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, usahanya bahkan pelayanan gerejanya dan mengabaikan pendidikan kepada anak-anaknya
Mereka pikir, cukup dengan menyediakan semua keperluan anak-anaknya, menyekolahkan ke sekolah unggulan, tapi tidak pernah mengajarkan kebenaran firman Tuhan atau menanamkan nilai-nilai kristiani kepada anak-anaknya.
Padahal firman Tuhan sudah mengingatkan kita agar kita mengajarkan kepada anak-anak kita untuk mengasihi Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Yang terlalu sering kita tekankan dan ajarkan kepada anak-anak kita adalah, belajar agar sukses, hidup makmur dan itu bukan sesuatu yang salah, namun ada hal yang jauh lebih penting adalah mengajarkan mereka untuk mengasihi Tuhan, agar hidup mereka sepenuhnya bergantung kepada Tuhan, bukan kepada hal-hal yang sementara.
Padahal manusia itu hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah, roti memang membuat kita hidup secara jasmani, namun firman Tuhan yang membuat kita memperoleh hidup yang kekal.
Dan yang tidak kalah penting adalah, sebagai orang tua kita harus menjadi teladan yang baik dan benar bagi anak-anak kita .
" Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat:
Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.
Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar firman Allah jangan dihujat orang.
Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu,
sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita. ( Titus 2:1-8 )
"Tetapi Saul berkata
kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu
untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa
mudanya telah menjadi prajurit."
Kisah
pertempuran Daud melawan Goliat bukan sesuatu yang baru bagi mayoritas
orang Kristen. Kebanyakan orang tentu sudah mendengar kisah kehebatan
Daud, yang mengalahkan jagoan Filistin itu dalam hitungan detik. Kisah
kepahlawanan Daud pun menempati daftar teratas dalam kisah-kisah Alkitab
yang saya sukai. Sosok yang masih muda, sempat diremehkan oleh
saudara-saudaranya, termasuk diremehkan oleh raja Saul, tetapi semuanya
itu tak mengurungkan niat Daud untuk maju ke medan pertempuran.
"Tidak
mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia."
Perkataan ini meluncur dari mulut Saul, raja Israel saat itu. Perkataan
yang segera disusul dengan pernyataan Saul bahwa pengalaman Goliat jauh
lebih unggul dari anak Isai itu. Namun, perkataan Saul tak melemahkan
iman Daud. Ia segera bersaksi mengenai pengalaman pribadinya ketika
menggembalakan kambing domba milik ayahnya. Daud pun menutup percakapan
hari itu dengan keyakinan akan penyertaan Allah (1 Samuel 17:37). Saul yang tak
lagi punya alas an untuk melemahkan semangat Daud, akhirnya hanya bisa
berkata, "Pergilah! Tuhan menyertai engkau."
Memang
tak enak jika ada orang meremehkan atau kurang yakin dengan kemampuan
kita. Perkataan "tidak mungkin" berpotensi melemahkan keyakinan,
pengharapan, bahkan iman kita. Apalagi ketika perkataan tersebut
disampaikan oleh orang-orang yang dekat dengan kita.
Dalam kondisi
demikian, kita perlu tetap memandang
kepada Allah dan meyakini
penyertaan-Nya.
--------------------------------------------------------------
** Scripture: 1 Samuel 17:33 **
"And Saul said to David, Thou art not able to go against this Philistine
to fight with him: for thou art but a youth, and he a man of war from
his youth."
The story of David and Goliath battle is not something new for the majority of Christians. Most people have heard the story of the greatness of David, who defeated the Philistine hero in a matter of seconds. Epic David also occupy the top list in the stories of the Bible that I like. A figure that is still young, was underestimated by his brothers, including underrated by King Saul, but all it did not deter David to go forward into battle.
"No way you can deal Philistine to fight him." These words out of his mouth Saul, king of Israel at that time. Words were immediately followed by the statement Saul that Goliath experience far superior to the son of Jesse. However, the words of Saul did not weaken the faith of David. He immediately testify about his personal experience when tending the flock of his father. David was closed conversation that day with confidence in the presence of God (1 Samuel 17:37). Saul, who no longer have a reason to weaken the spirit of David, finally could say, "Go! The Lord is with you."
It's not bad if people underestimate or less confident with our ability. The word "impossible" has the potential to weaken the faith, hope, even our faith. Especially when those words delivered by people who are close to us.
The story of David and Goliath battle is not something new for the majority of Christians. Most people have heard the story of the greatness of David, who defeated the Philistine hero in a matter of seconds. Epic David also occupy the top list in the stories of the Bible that I like. A figure that is still young, was underestimated by his brothers, including underrated by King Saul, but all it did not deter David to go forward into battle.
"No way you can deal Philistine to fight him." These words out of his mouth Saul, king of Israel at that time. Words were immediately followed by the statement Saul that Goliath experience far superior to the son of Jesse. However, the words of Saul did not weaken the faith of David. He immediately testify about his personal experience when tending the flock of his father. David was closed conversation that day with confidence in the presence of God (1 Samuel 17:37). Saul, who no longer have a reason to weaken the spirit of David, finally could say, "Go! The Lord is with you."
It's not bad if people underestimate or less confident with our ability. The word "impossible" has the potential to weaken the faith, hope, even our faith. Especially when those words delivered by people who are close to us.
In such circumstances, we need to keep looking to God
and believe in His inclusion.
** Firman Tuhan: Ibrani 12:2 a**
"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan."
Pernahkah
Anda merasa pelayanan Anda di gereja semakin menurun atau merosot?
Biasanya Anda ikut terlibat dalam sebuah pelayanan setiap minggu, namun
sudah beberapa bulan Anda bahkan tidak pernah dijadwalkan dalam
pelayanan apa pun. Namun demikian, Anda hanya berdiam diri dan malah
merasa beruntung nama Anda tidak tertera sebagai petugas pelayanan
ibadah di gereja.
Mungkin Anda merasa majelis penatalayanan menganggap Anda tidak layak untuk ikut terlibat dalam pelayanan tertentu? Atau, Anda mengeluh karena nama Anda hanya tercantum sebagai petugas penyambutan? Saya pernah merasakan salah satunya. Tetapi, ketika membaca kembali sebuah catatan khotbah yang pernah saya tuliskan beberapa tahun silam, saya merasa ditegur. Di situ tertera: Bagaimana caranya agar pelayanan kita jangan sampai merosot?
Paling tidak ada dua langkah. Pertama, untuk siapa kita melayani (Ibrani 12:2)? Tidak ada pelayanan yang kecil atau besar di hadapan Tuhan. Segala sesuatu yang kita lakukan untuk Tuhan, berharga di mata-Nya. Kedua, buanglah pandangan yang salah terhadap saudara seiman dan arahkanlah pandangan kita hanya kepada Tuhan Yesus. Ayat 3 menekankan bahwa kita seyogyanya mengingat pengurbanan Yesus, agar kita tidak menjadi lemah dan putus asa.
Saya pun kembali merenungkan. Apa tujuan saya melayani? Saya melayani untuk diri sendiri, jemaat, atau untuk Tuhan? Hal itu menolong saya untuk menyikapi pelayanan dengan sepatutnya.
--------------------------------------------------------------
** Scripture: Hebrew 12: 2 a**
"Looking unto Jesus the author and finisher of our faith; who for the joy that was set before him endured the cross."
Have you ever felt your ministry in the church diminishing or slump? Usually you get involved in a service every week, but already a few months you never even scheduled in the service of anything. However, you just keep silent and even feel lucky your name is not listed as an officer in the church worship services.
Perhaps you feel assemblies stewardship assume you do not deserve to be involved in certain services? Or, you complain because your name is listed only as a reception clerk? I've never tasted one. However, when reading back a note sermon I ever wrote a few years ago, I was reprimanded. There are listed: How do we care not to degenerate?
There are at least two steps. First, to whom we serve (Hebrews 12: 2)? No small or large service before God. Everything we do for God, precious in His eyes. Second, get rid of the view that one of the brothers and sisters and we are just fixing your gaze on the Lord Jesus. Paragraph 3 emphasizes that we should remember the sacrifice of Jesus, so that we do not become weak and desperate.
I was again contemplating. What is the purpose I serve? I served for yourself, the church, or to God? It helps me to address services with duly.
Have you ever felt your ministry in the church diminishing or slump? Usually you get involved in a service every week, but already a few months you never even scheduled in the service of anything. However, you just keep silent and even feel lucky your name is not listed as an officer in the church worship services.
Perhaps you feel assemblies stewardship assume you do not deserve to be involved in certain services? Or, you complain because your name is listed only as a reception clerk? I've never tasted one. However, when reading back a note sermon I ever wrote a few years ago, I was reprimanded. There are listed: How do we care not to degenerate?
There are at least two steps. First, to whom we serve (Hebrews 12: 2)? No small or large service before God. Everything we do for God, precious in His eyes. Second, get rid of the view that one of the brothers and sisters and we are just fixing your gaze on the Lord Jesus. Paragraph 3 emphasizes that we should remember the sacrifice of Jesus, so that we do not become weak and desperate.
I was again contemplating. What is the purpose I serve? I served for yourself, the church, or to God? It helps me to address services with duly.
** Firman Tuhan: Markus 2:4 B **
"Lalu mereka membuka atap di atas Yesus; sesudah terbuka mereka menurunkan tikar, tempat orang lumpuh itu terbaring."
Iman dan usaha untuk berbuat sesuatu adalah ibarat dua sisi dari sekeping mata uang yang tak terpisahkan. Tanpa ada perbuatan yang dilakukan, diragukan bahwa di situ ada iman (Yakobus 2:14-18). Bukankah perbuatan kita merupakan penampakan dari apa yang kita imani?
Sekumpulan orang yang beriman kepada Yesus menyaksikan bagaimana Yesus mengajar dengan kuasa dan mukjizat, serta menyembuhkan orang sakit (Markus 1:21-28). Dari situ, hati mereka tergerak untuk menolong teman sekampung mereka yang sejak kecil lumpuh dan tersisih hidupnya. Mereka beriman Yesus mampu menyembuhkan maka mereka tidak diam saja. Meski banyak rintangan: mungkin rumah si lumpuh jauh, mungkin tubuhnya berat. Ditambah lagi, ketika sampai di tempat Yesus, ternyata rumah itu penuh sesak dan orang-orang tak mau memberi jalan. Namun, sekali lagi iman itu mereka wujudkan dengan usaha yang pantang menyerah. Mereka membuka atap rumah, dengan risiko si empunya rumah marah. Iman yang besar kepada Yesus memampukan mereka mengatasi segala hambatan. Ketika si lumpuh diturunkan, Yesus melihat iman mereka yang mau berusaha itu dan memberi kesembuhan. Iman itu menjadi kenyataan karena anugerah Allah di dalam Kristus, bukan karena kemampuan mereka sendiri.
Apabila kita sedang menghadapi sebuah tugas atau tantangan hidup yang butuh iman dan perjuangan keras, ingatlah kisah ini. Teguhkan iman dengan memandang kebesaran Allah yang sanggup menolong sehingga menguatkan kita untuk berjuang pantang menyerah. Serahkan ketidakberdayaan kita ke alamat yang tepat, yakni Yesus yang mampu membuat iman kita menjadi kenyataan
IMAN MENGARAHKAN MATA KITA KEPADA YESUS YANG HEBAT
AGAR DENGAN IMAN ITU KITA MEMBERI USAHA TERBAIK KITA
--------------------------------------------------------------
AGAR DENGAN IMAN ITU KITA MEMBERI USAHA TERBAIK KITA
--------------------------------------------------------------
** Scripture: Mark 2:4 B **
"and when they had brokem it up, they let down the bed wherein the sick of the palsy lay."
Faith and effort to do something is like two sides of a coin are inseparable. Without any action committed, it is doubtful that there is no faith (James 2: 14-18). Are not our actions is the appearance of what we believe?
A group of people who believe in Jesus watched how Jesus taught with power and miracles and heal the sick (Mark 1: 21-28). From there, their hearts were moved to help their compatriots from childhood paralysis and marginalized life. They believed Jesus was able to heal so they do not say anything. Despite many hurdles: the house may be paralyzed much, maybe his body weight. Plus, when Jesus came to the place, the house was packed and people were not willing to give way. However, once again the faith that they embodied the effort unyielding. They opened the roof of the house, at the risk of the owner of the house angry. Great faith in Jesus enabled them to overcome all obstacles. When the paralytic lowered, Jesus saw their faith who want to try it and give healing. Faith is a reality because of the grace of God in Christ, not because of their own ability.
If we are facing a task or life challenges that need faith and hard struggle, remember this story. Affirm faith by seeing the greatness of God's power to aid that empowers us to fight unyielding. Submit our powerlessness to the right address, that Jesus is able to make a reality of our faith.
A group of people who believe in Jesus watched how Jesus taught with power and miracles and heal the sick (Mark 1: 21-28). From there, their hearts were moved to help their compatriots from childhood paralysis and marginalized life. They believed Jesus was able to heal so they do not say anything. Despite many hurdles: the house may be paralyzed much, maybe his body weight. Plus, when Jesus came to the place, the house was packed and people were not willing to give way. However, once again the faith that they embodied the effort unyielding. They opened the roof of the house, at the risk of the owner of the house angry. Great faith in Jesus enabled them to overcome all obstacles. When the paralytic lowered, Jesus saw their faith who want to try it and give healing. Faith is a reality because of the grace of God in Christ, not because of their own ability.
If we are facing a task or life challenges that need faith and hard struggle, remember this story. Affirm faith by seeing the greatness of God's power to aid that empowers us to fight unyielding. Submit our powerlessness to the right address, that Jesus is able to make a reality of our faith.
FAITH STEER OUR EYES TO JESUS THE GREAT ORDER BY FAITH
THAT WE GIVE OUR BEST BUSINESS
** Firman Tuhan: Yakobus 4:15 B **
"Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
Hidup di dunia itu singkat. Kata pepatah Jawa, “urip mung mampir ngombe” [hidup itu hanya mampir minum]. Gambaran hidup manusia dalam Alkitab juga sama singkatnya. Seperti suatu giliran jaga malam, seperti mimpi, seperti bunga dan rumput, seperti angin dan bayangan (Mazmur 90:4-5; 103:15; 144:4). Bacaan hari ini melengkapinya. Seperti uap! Sebentar ada lalu lenyap (Yakobus 4:14).
Bagaimana harus menata hidup dalam waktu yang seperti “uap” ini? Rasul Yakobus menasihatkan agar umat percaya tak mengandalkan diri sendiri, tetapi memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan (Yakobus 4:15-16). Kita melakukan ini dan itu “jika Tuhan menghendakinya ....” Ungkapan ini jelas bukan hanya bagian dari sopan santun agar seseorang terlihat rendah hati dan rohani atau alasan menghibur diri menghadapi berbagai ketidakpastian. Namun, merupakan ekspresi ketundukan pada kedaulatan Tuhan mengakui bahwa Dialah pemegang kendali atas hidup ini. Kehendak-Nya, isi hati-Nya penting bagi kita.
Dr. Michael Griffiths, dalam buku Ambillah Aku Melayani Engkau, berkata: “Kita punya satu hidup untuk ditempuh. Mungkin sudah kita lalui seperempat, sepertiga, setengah, bahkan mungkin lebih dari itu. Apa yang sudah kita lalui itu sudah lampau, dan takkan kembali lagi. Tetapi bagaimana dengan yang masih sisa? Apakah yang akan kita lakukan dengan itu?” Hidup itu singkat; tak terduga. Mari membuat perencanaan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan pekerjaan di awal tahun ini, dengan sungguh-sungguh mengakui kedaulatan Tuhan dan menundukkan diri pada kehendak-Nya
YA TUHAN, MESKI HIDUPKU SEPERTI UAP YANG MUDAH BERLALU.
BIARLAH HIDUPKU BERHARGA BAGIMU
--------------------------------------------------------------
BIARLAH HIDUPKU BERHARGA BAGIMU
--------------------------------------------------------------
** Scripture: James 4: 15 B **
"if the Lord will, we shall live, amd do this, or that."
Life on earth is short. Javanese proverb says, "urip mung stop by ngombe" [life was just stopping by to drink]. Picture of human life in the Bible as well as short. Such as a night shift, like a dream, like flowers and grasses, such as wind and shadow (Psalm 90: 4-5; 103: 15; 144: 4). Reading today complete. Such as steam! There briefly and then disappear (James 4:14).
How to organize life in the time like "steam" is? The Apostle James advises believers not to rely on yourself, but think of what God (James 4: 15-16). We do this and that "if God wills ...." The phrase is obviously not the only part of the courtesy that someone looks humble and spiritual or reason to entertain themselves facing many uncertainties. However, an expression of submission to the rule of God recognizes that He is in control over life. His will, His heart is important for us.
Dr. Michael Griffiths, in the book Take I serve thee, saying: "We've got a life to be taken. Perhaps we have been through a quarter, a third, a half, maybe even more than that. What we have been through it already past, and will not come back again. But what is still the rest? What shall we do with it? "Life is short; unexpected. Let's make plans in your personal life, family, and work at the beginning of this year, solemnly acknowledge the sovereignty of God and submit ourselves to His will
How to organize life in the time like "steam" is? The Apostle James advises believers not to rely on yourself, but think of what God (James 4: 15-16). We do this and that "if God wills ...." The phrase is obviously not the only part of the courtesy that someone looks humble and spiritual or reason to entertain themselves facing many uncertainties. However, an expression of submission to the rule of God recognizes that He is in control over life. His will, His heart is important for us.
Dr. Michael Griffiths, in the book Take I serve thee, saying: "We've got a life to be taken. Perhaps we have been through a quarter, a third, a half, maybe even more than that. What we have been through it already past, and will not come back again. But what is still the rest? What shall we do with it? "Life is short; unexpected. Let's make plans in your personal life, family, and work at the beginning of this year, solemnly acknowledge the sovereignty of God and submit ourselves to His will
OH MY GOD, ALTOUGH MU LIFE JUST LIKE AS FUMES WHICH PASSED SO EASY, BUT LET MY LIFE PRECIOUS TO YOU
** Firman Tuhan: Mazmur 90:12 **
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."
Pernah suatu kali saya ketinggalan pesawat gara- gara keasyikan ngobrol dan lupa lihat jam ketika sedang berkunjung ke rumah teman di Malang sehabis pelayanan. Ketika saya menyadari sudah hampir telat, saya segera menuju bandara dengan kecepatan tinggi. Tapi sia- sia karena ketika saya sampai, pesawat menuju ke Jakarta sudah diberangkatkan. Akibatnya saya harus membeli tiket baru dan menunggu penerbangan berikutnya walaupun hanya terlambat beberapa menit. Ketika menunggu, saya disadarkan betapa berharganya waktu. Terlambat beberapa menit saja, saya sudah kehilangan tiket pesawat dan kesempatan tiba di Jakarta lebih awal.
Kalau untuk penerbangan saja, waktu begitu berharga, apalagi untuk kehidupan yang kekal setelah kita menutup mata. 70 tahun rata-rata umur manusia kalau dibandingkan dengan kekekalan, tidak terhingga, tidak bisa dibandingkan. Artinya betapa singkatnya hidup ini sehingga setiap detik, menit dan jam yang kita lewati begitu berharga. Ketika saya menyadari singkatnya hidup ini, saya menjadi lebih menghargai waktu. Saya menyadari, perjalanan 70 tahun di sekolah kehidupan ini adalah perjalanan waktu mendapatkan kesempatan- kesempatan yang berharga untuk mempersiapkan diri memasuki langit dan bumi yang baru. Pada akhirnya, kualitas hidup ini bukan diukur dari gelar, jabatan, harta dan sebagainya, tapi hidup ini berkualitas ketika waktu yang ada kita gunakan secara maksimal untuk mengenal Tuhan dan melakukan kehendakNya sehingga Dia berkenan untuk melayakkan kita menjadi anakNya, bukan hanya status tapi sungguh- sungguh berkeadaan menjadi anak Tuhan untuk tinggal bersama denganNya.
Saya cukup sering melayani di kota- kota kecil yang bandaranya tidak memiliki landasan pacu yang panjang. Ketika pesawat mendarat, biasanya terasa kurang nyaman karena landasan pacunya pendek sehingga pesawat harus berhenti secara mendadak. Saya membayangkan, hidup manusia bisa digambarkan seperti landasan pacu. Semakin bertambahnya usia, landasannya semakin pendek. Kalau di masa muda seseorang tidak menggunakan waktunya dengan baik, maka kesempatan untuk berubah akan semakin pendek dan prosesnya akan semakin tidak nyaman sehingga hasilnya pun tidak maksimal. Selama kita masih muda dan memiliki kesehatan, penglihatan, pendengaran yang sempurna, kita memiliki landasan pacu yang panjang untuk dibentuk Tuhan dan kesempatan ini tidak akan bisa terulang. Melalui segala peristiwa hidup setiap hari, Tuhan sedang berbicara dan membentuk kita sehingga kita bisa bertumbuh sesuai dengan agendaNya.
Hidup ini luar biasa karena melalui kehidupan kita diberi kesempatan untuk mengenal Tuhan yang Maha Mulia. Kita diberi kesempatan untuk mengikuti jejakNya, hidup bagiNya dan dilayakkan untuk menjadi anakNya. Hidup bagi Tuhan bukan berarti harus menjadi pelayan Tuhan sepenuh waktu di gereja tapi berusaha untuk mengikuti kehendak Tuhan di setiap pikiran, ucapan dan tindakan dalam keseharian hidup kita. Oleh sebab itu, kita harus mengatur waktu dengan serius untuk gali potensi, sekolah, kuliah, bekerja, berkumpul dengan keluarga, olahraga dan yang terpenting dari semuanya adalah kita harus menyiapkan waktu khusus setiap hari untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi, membaca Alkitab dan buku rohani, mendengar Firman Tuhan, ikut pendalaman Alkitab, sehingga kita semakin mengenal Tuhan dan memiliki kepekaan untuk mengerti kehendakNya. Bukan berarti tidak boleh jalan- jalan, melakukan hobi atau bersenang- senang. Kalau ada kesempatan, nikmatilah waktu- waktu tersebut, tapi bukan itu yang menjadi porsi utama waktu kita.
Walaupun harus menunggu lebih lama dan membayar tiket lebih, tapi masih ada kesempatan untuk saya kembali ke Jakarta dengan pesawat berikutnya. Seorang teman saya, setelah menderita sakit cukup parah, ketika pulang dari rumah sakit pola hidupnya langsung berubah. Dia menjaga makan, olahraga dan jam istirahatnya dengan teratur. Seorang saudara saya, sempat jatuh miskin lalu gaya hidupnya berubah menjadi lebih bijaksana mengelola uang, jujur, dan bekerja cerdas. Untuk setiap kegagalan di kehidupan yang sementara ini, kemungkinan masih ada kesempatan untuk berbalik dan berubah. Tapi jika seseorang gagal mempersiapkan diri untuk kehidupan yang sesungguhnya, ketika dia membuka mata di kekekalan, tidak akan ada kesempatan untuk berbalik. Gelar, jabatan, harta bahkan orang- orang yang selalu setia di sekitarnya tidak akan bisa menolong. Menyadari hal ini, kiranya berbagai kesibukan dan kesenangan hidup tidak mengalihkan fokus kita untuk mengumpulkan harta di Surga. Ketika kita mengenal Tuhan dengan baik dan mentaati kebenaranNya, kita akan menjadi orang- orang yang produktif, jujur, berpotensi dan bekerja dengan maksimal sehingga kita diberkati secara materi di bumi untuk memperluas kerajaan Tuhan. Melalui segala peristiwa hidup, Tuhan membentuk kita sehingga memiliki karakterNya. Kita menjadi orang- orang yang unggul dalam segala aspek, terutama karakter yang bersinar karena memancarkan karakter Kristus.
--------------------------------------------------------------
** Scripture: Psalm 90:12 **
Mari gunakan waktu dan kesempatan emas kita
dengan bijaksana.
--------------------------------------------------------------
** Scripture: Psalm 90:12 **
"So teach us to number our days, that we may apply our hearts unto wisdom."
Once
I missed the plane because of a preoccupation gara- chatting and forget
see the hours when you're visiting a friend's house in Malang after
service. When I realized it was almost too late, I rushed to the airport at high speed. But in vain because when I arrived, the plane headed to Jakarta has been dispatched. As a result I had to buy new tickets and wait for the next flight, although only a few minutes late. When waiting, I was made aware of the preciousness of time. A few minutes late, I've lost a plane ticket and a chance to arrive in Jakarta early.
If for any flight, so precious time, let alone for eternal life after we close our eyes. 70 years of the average human lifespan when compared to eternity, infinity, can not be compared. That is how short life is that every second, minute and hour we passed so valuable. When I realized this short life, I have become more appreciative of time. I am aware, the journey of 70 years in the school of life is the trip time gain valuable opportunities to prepare themselves to enter heaven and a new earth. In the end, the quality of life is not measured by the title, position, wealth, and so on, but this life quality when we use the time available to the maximum to get to know God and do His will so that He deigned to bring up to standard we become His children, not only status but sungguh- berkeadaan truly become a child of God to live with Him.
I quite often serve in small towns that its airports do not have a long runway. When the plane landed, it usually feels less comfortable because of the short runway so planes have to stop suddenly. I imagine, human life can be described as a runway. The more we age, the shorter runway. If at a young age a person does not use his time well, then the opportunity for change will become shorter and the process will be more uncomfortable so the results are not optimal. As long as we are young and have health, vision, hearing is perfect, we have a long runway to be formed God and this opportunity will not be repeated. Through all the events of daily life, God is speaking and mold us so that we can grow according to its agenda.
Life is remarkable because through life we are given the opportunity to know God the Exalted. We are given the opportunity to follow in his steps, to live for Him and be fitted for His children. Living for God does not mean to be a servant of God full-time in the church but trying to follow God's will in every thought, word and action in our daily lives. Therefore, we must set the time seriously to explore the potential of, school, college, work, gather with family, sport and most important of all is that we have to prepare a special time each day to fellowship with God personally, to read the Bible and spiritual books , hear the Word of God, joined Bible study, so we get to know God and have the sensitivity to understand His will. Not that the streets should not, do a hobby or fun. If there is a chance, enjoy time- this time, but that's not the main portion of our time.
While we must wait longer and pay more tickets, but there was a chance for me to return to Jakarta on the next flight. A friend of mine, after suffering pain severe enough, when I got home from the hospital immediately changed the pattern of his life. He keep eating, exercise and rest with regular hours. My brothers, had become poor and his lifestyle changed to be more prudent with money, honest, and intelligent work. For every failure in this temporal life, the possibility is still a chance to turn around and change. But if someone failed to prepare for real life, when he opened his eyes in eternity, there will be no chance to turn around. Title, job title, property and even people who are always faithful around it will not be able to help. Realizing this, presumably busy schedule and pleasures of life do not shift our focus to collect treasures in Heaven. When we know God well and obey the truth, we will be the people who are productive, honest, and work with the maximum potential so that we are blessed materially in the earth to expand the kingdom of God. Through all the events of life, God shapes us so it has character. We become people who excel in all aspects, especially the character of shining because it exudes the character of Christ.
If for any flight, so precious time, let alone for eternal life after we close our eyes. 70 years of the average human lifespan when compared to eternity, infinity, can not be compared. That is how short life is that every second, minute and hour we passed so valuable. When I realized this short life, I have become more appreciative of time. I am aware, the journey of 70 years in the school of life is the trip time gain valuable opportunities to prepare themselves to enter heaven and a new earth. In the end, the quality of life is not measured by the title, position, wealth, and so on, but this life quality when we use the time available to the maximum to get to know God and do His will so that He deigned to bring up to standard we become His children, not only status but sungguh- berkeadaan truly become a child of God to live with Him.
I quite often serve in small towns that its airports do not have a long runway. When the plane landed, it usually feels less comfortable because of the short runway so planes have to stop suddenly. I imagine, human life can be described as a runway. The more we age, the shorter runway. If at a young age a person does not use his time well, then the opportunity for change will become shorter and the process will be more uncomfortable so the results are not optimal. As long as we are young and have health, vision, hearing is perfect, we have a long runway to be formed God and this opportunity will not be repeated. Through all the events of daily life, God is speaking and mold us so that we can grow according to its agenda.
Life is remarkable because through life we are given the opportunity to know God the Exalted. We are given the opportunity to follow in his steps, to live for Him and be fitted for His children. Living for God does not mean to be a servant of God full-time in the church but trying to follow God's will in every thought, word and action in our daily lives. Therefore, we must set the time seriously to explore the potential of, school, college, work, gather with family, sport and most important of all is that we have to prepare a special time each day to fellowship with God personally, to read the Bible and spiritual books , hear the Word of God, joined Bible study, so we get to know God and have the sensitivity to understand His will. Not that the streets should not, do a hobby or fun. If there is a chance, enjoy time- this time, but that's not the main portion of our time.
While we must wait longer and pay more tickets, but there was a chance for me to return to Jakarta on the next flight. A friend of mine, after suffering pain severe enough, when I got home from the hospital immediately changed the pattern of his life. He keep eating, exercise and rest with regular hours. My brothers, had become poor and his lifestyle changed to be more prudent with money, honest, and intelligent work. For every failure in this temporal life, the possibility is still a chance to turn around and change. But if someone failed to prepare for real life, when he opened his eyes in eternity, there will be no chance to turn around. Title, job title, property and even people who are always faithful around it will not be able to help. Realizing this, presumably busy schedule and pleasures of life do not shift our focus to collect treasures in Heaven. When we know God well and obey the truth, we will be the people who are productive, honest, and work with the maximum potential so that we are blessed materially in the earth to expand the kingdom of God. Through all the events of life, God shapes us so it has character. We become people who excel in all aspects, especially the character of shining because it exudes the character of Christ.
Let's use the time and opportunity wisely
** Firman Tuhan: Pengkhotbah 3 : 11 **
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
Mungkin dari kita pernah mengalami pengalaman kisah putus cinta. Terkadang kita mungkin menyesali apa yang telah terjadi. Mengapa hal ini terjadi pada diri kita.
Mungkin dari kita pernah mengalami pengalaman kisah putus cinta. Terkadang kita mungkin menyesali apa yang telah terjadi. Mengapa hal ini terjadi pada diri kita.
Kecewa, putus asa, marah, sedih, mungkin ingin mati juga. Tapi hidup kita belum berakhir, justru itulah awal dari petualangan hidup kita. Hidup ini bukanlah pertunjukan bioskop, yang bisa kita tebak jalan ceritanya.
Jika hidup ini selalu berakhir dengan indah, maka kita tidak akan pernah mengenal dekat dengan kesabaran dan keikhlasan. Ketika kita jatuh cinta pada seseorang dan kita tahu bahwa tidak mungkin bisa bersama, tidak perlu bersedih. Cinta bukan tentang memiliki tetapi cinta itu tentang kasih sayang.
Disaat kita bisa merelakan orang yang kita sayangi, disaat itulah kita menunjukkan kasih sayang yang sebenarnya. Terasa sangat berat kita melepas dengan ikhlas, tetapi percayalah Tuhan tidak akan memisahkan sesuatu yang baik, kecuali digantikan dengan yang lebih baik.
Jika setiap yang kita inginkan selalu dikabulkan, kita tidak pernah tahu indahnya rencana Tuhan untuk kita. "Dan jika setiap harapan kita selalu berjalan sesuai dengan rencana, maka kita tidak akan pernah belajar kalau kecewa itu menguatkan." Karena alangkah lebih baik kita menunggu orang yang tepat daripada menghabiskan waktu dengan orang yang salah. Bersabarlah dan tetap setia.
--------------------------------------------------------------
** Scripture: Ecclesiastes 3: 11**
--------------------------------------------------------------
** Scripture: Ecclesiastes 3: 11**
"He hath made every thing beautiful in his time: also he hat set the world in their heart, so that no man can find out the work that God maketh from the beggining to the end."
Perhaps of us have had experiences breakup story. Sometimes we may regret what has happened. Why does this happen to us.Disappointed, frustrated, angry, sad, may want to die too. But life is not over, that's the beginning of the adventure of our lives. Life is not a movie theater performances, we can guess the plot.
If life always ends with a beautiful, then we will never know close with patience and sincerity. When we fall in love with someone and we know that it is impossible to be together, no need to be sad. Love is not about owning but love is about affection.
When we can let go of a loved one, that's when we show real affection. Very heavy we release it with sincerity, but trust God will not separate the good thing, unless superseded by a better one.
If all we want is always granted, we never know the beauty of God's plan for us. "And if any of our expectations always go according to plan, then we will never be disappointed to learn that it strengthens." Because it would be better to wait for the right person rather than spending time with the wrong people. Be patient and remain faithful.
If life always ends with a beautiful, then we will never know close with patience and sincerity. When we fall in love with someone and we know that it is impossible to be together, no need to be sad. Love is not about owning but love is about affection.
When we can let go of a loved one, that's when we show real affection. Very heavy we release it with sincerity, but trust God will not separate the good thing, unless superseded by a better one.
If all we want is always granted, we never know the beauty of God's plan for us. "And if any of our expectations always go according to plan, then we will never be disappointed to learn that it strengthens." Because it would be better to wait for the right person rather than spending time with the wrong people. Be patient and remain faithful.
Langganan:
Postingan (Atom)