Firman Tuhan: (1 Yoh 3:14) **
"Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut."
Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee, AS. Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang kedua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya.
Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya di perut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih di perut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu.
Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi di luar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi. Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.
Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus,
“Mama, ... aku mau nyanyi buat adik kecil!” Ibunya kurang tanggap.
“Mama, ... aku pengen nyanyi!” Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.
“Mama, ... aku kepengen nyanyi!”
Ini berulang kali diminta Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak. Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup!
Namun ia dicegat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk! Karen ragu-ragu.
“Tapi, suster.... “ Suster tak mau tahu.
“Ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!”
Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: “Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya!” Suster terdiam menatap Michael dan berkata, “Tapi tidak boleh lebih dari lima menit!”
Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek. Michael menatap lekat adiknya, lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring,
"...You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey ..."
Ajaib! Si adik tiba-tiba langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.
“You never know, dear, How much I love you. Please don't take my sunshine away.” Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan, “Terus, ... terus Michael! Teruskan sayang...” bisik ibunya.
“ ... The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands ...“ dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur.
“... I'll always love you and make you happy, if you will only stay the same ...” Sang adik kelihatan begitu tenang, sangat tenang.
Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan..
adiknya kelihatan semakin tenang, relaks dan damai, lalu tertidur lelap. Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah terapi ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai mujizat kasih Allah yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang kasih Allah yang menolongnya. Dan ingat kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan "How much I love you". Dan ternyata kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil "Michael" untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNya bila Ia menghendaki terjadi.
Kadang hal-hal yang menentukan, dalam diri orang lain. Datang dari seseorang yang kita anggap lemah. Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan.
Jesus bLess us abundantLy :)
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar