Filsafat Jawa mengatakan bahwa guru adalah digugu dan ditiru (ajarannya dipercayai dan hidupnya menjadi teladan) oleh muridnya. Jepang, negeri yang terkenal sangat maju teknologinya, juga mengakui betapa pentingnya peran guru. Ketika porak-poranda dalam perang dunia kedua, yang menjadi perhatian Kaisar Hirohito adalah: “Masih ada berapa banyak guru yang tersisa di Jepang?” Peran guru memang sangat sentral dalam peradaban hidup manusia di mana saja. Guru-guru yang berkualitas jelas akan menghasilkan generasi yang berkualitas pula.
Menarik sekali apa yang dikatakan Alkitab tentang guru: “...janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru...” Apa maksudnya? Apakah Alkitab tidak menganjurkan pengikut Kristus menjadi guru? Kalimat selanjutnya memberi penjelasan. Yakobus sedang memberikan peringatan agar orang tidak memandang ringan peran guru dan sembarangan saja mengajar orang lain. Jika seseorang mengajarkan hal yang salah, yang diajar jadi ikut sesat, karena itu Tuhan menuntut pertanggungjawaban yang lebih dari mereka yang menyebut dirinya sebagai guru (bandingkan peringatan ini dengan Matius 18:6).
Adakah dalam hari-hari ini kita diberi kesempatan untuk mengajar orang lain? Mungkin sebagai pemimpin, gembala, orangtua, atau bahkan seorang pengajar profesional. Mari memeriksa diri, apakah kita sudah pantas untuk digugu dan ditiru.
Tindakan dan perkataan kita, dapat
membawa orang-orang makin mengenal dan memuliakan Tuhan, atau
sebaliknya, menjauh dan melakukan apa yang mendukakan hati-Nya. Bagikanla tidak hanya tumpukan pengetahuan, tetapi juga kehidupan yang mneyenangkan hati Tuhan,
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0 komentar:
Posting Komentar