** Firman Tuhan: Roma 8:26 A ** 
"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa."



       Seorang bapak berkisah, ketika ia masih kanak-kanak di desa, ia sangat terpesona pada pesawat terbang. Sambil menggembalakan kerbau di kaki bukit, ia sering menengadah melihat pesawat melintas di langit. Lalu ia berdoa dengan sungguh-sungguh, "Tuhan, izinkanlah aku naik pesawat satu kali saja. Setelah itu bolehlah aku mati."

       Nantinya ia menikah dan punya anak. Salah seorang anaknya kuliah di perguruan tinggi ternama di Jawa dan lulus dengan nilai baik. Ia diminta menghadiri acara wisuda anaknya. Tiket pesawat sudah tersedia. Seharusnya, ia patut bersukacita. Nyatanya, tidak! Ia teringat akan doanya dulu. Ia takut doanya terkabul: mati setelah diizinkan Tuhan naik pesawat.

       Bagaimana seandainya Tuhan mengabulkan semua doa kita? Apakah permintaan kita akan selalu mendatangkan kebaikan bagi kita dan orang-orang di sekitar kita? Atau, justru sebaliknya? Rasul Paulus berkali-kali menegaskan bahwa semua orang telah berdosa. Dosa menjadi tabiat kita, melucuti kekuatan kita sehingga tidak mampu meminta, apalagi berbuat, apa yang baik di mata Allah. Karena itu, Allah menyelamatkan kita melalui Kristus sehingga kita beroleh pengharapan (Roma 8:24). Dia mengaruniakan Roh Kudus, yang memampukan kita hidup bagi Allah.
        Tanpa Roh Allah, bahkan berdoa (meminta sesuatu) kepada Allah saja pun kita tidak tahu. Syukurlah Dia tinggal di dalam kita sehingga kita pun mampu mengimani bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Roma 8:28)


--------------------------------------------------------------


**  Scripture: Romans 8:26 A ** 
"Likewise the Spirit also helprth our infirmities: for we know not what we should pray for as we ought."


       A father recounts, when he was a child in the village, he was fascinated by airplanes. While herding buffalo in the foothills, he often looked up at aircraft passing in the sky. Then he prayed earnestly, "Lord, let me get on a plane one time only. After that so-so I die."

       
Later he married and had children. One of his lectures at leading universities in Java and graduated with good grades. He was asked to attend the graduation ceremony of his son. Tickets are already available. Supposedly, he should celebrate. In fact, no! He remembered the first prayer. He was afraid prayers had been answered: God died after being allowed on a plane.

       
What if God answered all our prayers? What we demand is always good for us and those around us? Or, just the opposite? The Apostle Paul repeatedly insists that all have sinned. Sin into our character, our forces disarmed and unable to ask, let alone do, what is good in God's eyes. Therefore, God save us through Christ so that we may have hope (Romans 8:24). She gave the Holy Spirit, who enables us to live for God.Without the Spirit of God, even praying (asking for something) Allah alone was we do not know. 


       Thank God he lives in us so that we are able to believe that God works all things together for our good (Romans 8:28).

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO







** Firman Tuhan: Kolose 3:5-6 **
"Karena itu, matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang yang tidak taat]" 



       Di beberapa daerah di Indonesia, kita dapat menjumpai pemandangan seperti ini: sesajen berbentuk makanan dan minuman diletakkan di nisan-nisan. Keluarga orang yang meninggal memperlakukan almarhum seolah-olah masih hidup. Tetapi, seenak apa pun makanan yang disajikan, orang yang meninggal itu tak tergoda sedikit pun untuk menikmatinya. Mengapa? Karena ia sudah mati terhadap kehidupan dunia ini, termasuk makanan lezat sekali pun.

       Sebagai orang percaya, kita diperintahkan untuk mematikan segala sesuatu yang duniawi, hal-hal yang berlawanan dengan kehendak Allah, seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan, dan penyembahan berhala. 

       Sehebat apa pun hal itu menggoda, seharusnya kita tidak meresponnya lagi. Mengapa? Karena sekarang di dalam Kristus, kita adalah ciptaan baru, pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya. Kita dipanggil untuk melakukan perbuatan-perbuatan kasih dan bukan perbuatan-perbuatan kegelapan.

       Sebagai manusia baru, kita tak perlu lagi merespons godaan hal-hal duniawi dan perbuatan kegelapan. Sebaliknya, kita harus membuangnya dan, sebagai gantinya, mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, pengampunan, dan damai sejahtera.

       Biarlah perkataan Kristus dan segala kekayaannya berdiam dalam diri kita. Dikuasai Kristus memungkinkan kita mengatakan "tidak" terhadap segala sesuatu yang duniawi. Ya, ingatlah identitas kita sebagai ciptaan baru, dan hiduplah sesuai dengan identitas tersebut! 


--------------------------------------------------------------


**  Scripture: Colossians 3:5-6 ** 
"Mortify therefore your members which are upon the earth; fornication, uncleaness, inordinate affection, evil concupiscence, and covetousness, which is idolarty: For which things' sake the wrath of God cometh on the children of disobedience." 


        In some areas in Indonesia, we can see a view like this: in the form of food and beverage offerings placed on tombstones. Families of people who died treating the deceased as if it were alive. But, as good as any of the food served, the person who died was not tempted at all to enjoy it. Why? Because he was dead against the life of this world, including tasty foods once.

       
As believers, we are instructed to turn off everything earthly, things are contrary to the will of God, such as sexual immorality, impurity, lust, evil desires, greed, and idolatry. No matter how tempting it is, we should not respond anymore. Why? Because now in Christ, we are a new creation, of God, holy and beloved. We are called to perform deeds of love and not the deeds of darkness.

       
As the new man, we do not need to respond to the temptation of worldly things and deeds of darkness. Instead, we have to throw it and, instead, put on compassion, kindness, humility, gentleness, patience, forgiveness, and peace.

       
Let the word of Christ and all its richness dwell in us. Mastered Christ enables us to say "no" to everything earthly. Yes, remember our identity as a new creation, and live in accordance with that identity!

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO






** Firman Tuhan: 1 Raja-Raja 11:4 ** 
Sebab pada waktu Salomo sudah tua, istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya." 



       Merawat sesuatu biasanya tidak mudah, seperti dialami kolektor tanaman hias langka berharga mahal. Begitu sayang kepada tanamannya, ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk merawatnya. Membersihkan daun, menyirami, memberikan pupuk, bahkan mengamati dengan teliti setiap lembar daun kalau-kalau ada hama, dilakukannya dengan tekun. "Tanaman-tanaman ini begitu berharga, sedikit saja kita lalai, tanaman itu bisa rusak!" ujarnya.

       Hati yang semula tulus tidak dijamin akan tulus terus seumur hidup bila tidak dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Merawat hati memerlukan ketegasan untuk hidup berdasarkan prinsip firman Tuhan. 

       Salomo mungkin merasa yakin bahwa imannya tak akan goyah bila ia bergaul dan menikahi perempuan kafir. Bahkan, Salomo mungkin juga yakin bahwa dirinya yang akan memengaruhi istri-istrinya. Ternyata, ia keliru! Istri-istrinyalah yang memengaruhi dirinya. Salomo tidak sanggup mempertahankan ketulusan hatinya. Hatinya mulai condong kepada ilah lain setelah ia menjadi tua. Ia jatuh dalam dosa karena mengabaikan petunjuk Tuhan (Kel 34:16, UL 7:3-4).

       Firman Tuhan adalah terang dan pelita yang akan menerangi hati dan langkah kita. Tindakan mengabaikan firman-Nya adalah celah bagi Iblis untuk mencondongkan hati kita kepada dosa. Marilah membuang jauh-jauh pikiran bahwa diri kita begitu kuat dan kebal terhadap pengaruh dosa. 


Kehadiran firman Tuhan setiap harilah yang mampu menjaga 
dan merawat hati kita tetap benar di hadapan-Nya. 


--------------------------------------------------------------



**  Scripture: 1 Kings 11:4 **
 "For came it came to pass, when Salomon was old, that his wives turned away his heart after other gods: and his heart was not perfect with the LORD his God, as was the heart of David his father." 
       Caring something usually not easy, as experienced collectors of rare ornamental plants expensive. So dear to the plants, he could spend hours to take care of him. Cleaning the leaves, watering, provide fertilizer, even watching carefully every case leaves no pests, done diligently. "These plants are so precious, little we fail, the plant can be damaged!" he said.

       
Sincere heart which was originally not guaranteed to be genuine continue for a lifetime if not treated properly by their owners. Caring heart requires firmness to live by the principles of God's word.

       
Solomon may feel confident that his faith will not falter when he hangs out and marry unbelievers. In fact, Solomon may also believes that it would affect his wives. Apparently, he was wrong! Wife-his wife that affect him. Solomon could not maintain his sincerity. His heart began to gravitate to other gods after he became older. He fell into sin by ignoring the instructions of the Lord (Exodus 34:16, UL 7: 3-4).

       
The Word of God is the light and the light that will illuminate the hearts and move us. Act of disregard His word is a gap for Satan to incline our hearts to sin. Let's throw away the thought that we are so strong and immune to the effects of sin.



The presence of the word of God every day are able to keep
and taking care of our hearts right before Him.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
Firman Tuhan: 1 SamueL 2:11-36 **


       Bagian ini menjelaskan salah satu alasan mengapa Allah memanggil Samuel, yaitu karena bobroknya para imam, terutama kedua anak Eli. Tuhan tengah mempersiapkan pengganti mereka, yaitu Samuel. Sebenarnya salah satu tema dari Kitab Samuel adalah bagaimana Tuhan mempersiapkan orang yang lebih baik untuk mengganti pelayan-Nya yang sudah tidak lagi setia kepada-Nya. Suatu tema yang seharusnya memberikan peringatan kepada kita semua untuk tidak main-main dengan panggilan yang Tuhan sudah berikan. 

       Betapa celakanya jika seseorang merasa dia penting bagi Tuhan. Betapa kekanak-kanakannya orang yang karena tersinggung mau berhenti melayani Tuhan. Seolah-olah kalau dia tidak melayani lagi pekerjaan Tuhan akan terbengkalai. Tetapi pekerjaan Tuhan tidak mungkin gagal. Tuhan sudah mempersiapkan pengganti yang lebih baik dari orang yang disingkirkan itu. Siapakah yang lebih baik? Eli atau Samuel? Hofni dan Pinehas (anak-anak Eli), atau Samuel? 

       Semua sepakat bahwa Samuel adalah seorang nabi dan hakim yang sangat dipakai Tuhan, melebihi semua nama yang disebut tadi. Demikian juga pada pertengahan kitab ini kita melihat Tuhan memanggil Daud untuk menggantikan Saul. Tuhan tidak mengizinkan rencananya rusak karena ketidakberesan hidup hamba-Nya. Jika kesabaran-Nya habis, Dia akan menyingkirkan mereka yang tidak lagi mau hidup benar dan menggantikan mereka dengan orang-orang yang lebih baik. Mari dengan gentar kita mengingat hal ini dan belajar lebih bertanggungjawab dalam melayani Tuhan.
 
       Bagian ini membahas tentang kejahatan anak-anak Eli. Kita dapat menyimpulkan kejahatan mereka dalam dua hal. Yang pertama: mereka menghina kekudusan ibadah kepada Tuhan. Mereka menganggap perut mereka lebih perlu dipuaskan daripada menjalankan ibadah untuk Tuhan! Yang kedua: mereka melakukan kekerasan. Mereka berani mengancam orang-orang yang datang untuk beribadah kepada Tuhan. Bahkan mereka mengancam akan menyakiti orang yang mau menaati cara Tuhan untuk beribadah kepada-Nya (1 SamueL 2:16). Seorang hamba Tuhan mengancam jemaat yang mau taat kepada Tuhan?! Betapa rusaknya keadaan Israel pada waktu itu.

       Ayat 18-21 kita melihat ada pemberitaan yang mau membandingkan Samuel dengan anak-anak Eli. Samuel dikasihi oleh Tuhan dan ibunya pun mendapatkan penyertaan Tuhan, sedangkan anak-anak Eli sudah dibuang oleh Tuhan. Tetapi ternyata kesalahan bukan hanya pada anak-anak Eli. Tuhan pun marah kepada Eli yang menghormati anak-anaknya lebih daripada menghormati Tuhan (1 SamueL 2:29). Dalam ayat 23-25 dicatat bagaimana Eli memberikan teguran yang terlalu sopan kepada anak-anaknya, padahal anak-anaknya sudah bertindak seperti orang kafir. Bahkan kata dalam bahasa asli yang dipakai untuk menggambarkan mereka adalah “anak-anak belial”, yaitu orang-orang yang kejahatannya sedemikian memuakkan bagi Tuhan sehingga disamakan dengan penyembah berhala yang jahat dan menjijikkan. Orang-orang yang tidak lagi diberi kesempatan untuk bertobat karena kebejatan mereka yang memuakkan bagi Tuhan. 

       Lalu bagaimanakah Eli menegur “anak-anak belial” ini? Eli mengatakan kalimat-kalimat tegurannya dengan cara yang terlalu halus. Seperti seorang bawahan hendak memberi masukan kepada atasannya. Seperti seorang rakyat biasa menegur raja dengan segala perasaan tidak layak yang dia miliki. Anak-anak Eli tidak lagi seharusnya ditegur. Mereka seharusnya dihukum sangat berat. Bukankah anak-anak Harun dibunuh oleh Tuhan ketika mereka mempersembahkan api yang tidak Tuhan perintahkan (Im. 10:1-7)? Eli tidak mempunyai jiwa yang menyala-nyala untuk membela kekudusan Tuhan. Dia mengizinkan anak-anaknya melakukan penghinaan yang sedemikian besar kepada Tuhan. Perlakuan halus sang ayah yang mengasihi dengan buta ini membuat anak-anaknya akhirnya dihukum mati oleh Tuhan (ayat 25). Para orang tua yang memanjakan anak dan tidak pernah melatih anak untuk takut akan Tuhan pada akhirnya akan menyebabkan kematian anaknya!

       Tuhan menginginkan adanya kesucian hidup, baik di dalam beribadah kepada-Nya maupun di dalam kesopanan moral dalam berelasi dengan orang lain. Itu sebabnya orang tua yang bijak juga akan membuat “takut akan Tuhan” dan “kasih kepada sesama” menjadi tujuan utama membesarkan anak. Dia tidak mau mengganti kesuksesan studi, kekayaan, karier, kedudukan di dalam masyarakat menjadi pencapaian yang lebih penting daripada takut akan Tuhan dan kasih akan sesama. Siapa yang meremehkan takut akan Tuhan tidak mungkin mendidik anaknya untuk takut akan Tuhan. Dan anak yang tidak pernah dididik untuk takut akan Tuhan akan menjadi orang-orang dursila yang hidup seenaknya sendiri.

       Alkitab menyatakan di dalam bacaan kita (1 SamueL 2:22) bahwa kebobrokan rohani anak-anak Eli juga tercermin dari kerusakan moral mereka. Mereka melampiaskan hawa nafsu mereka tanpa memedulikan apa pun juga. Mereka menjadi binatang liar yang tidak lagi bisa dikekang. Maukah engkau pada suatu hari melihat anakmu menjadi binatang liar yang tidak bisa dikekang? Takutlah akan Tuhan! Ajar anak-anak kita untuk takut akan Tuhan! Ini hal yang paling utama dalam kehidupan manusia. 

       Ada orang tua yang begitu panik kalau nilai matematika anaknya jelek tetapi tidak pernah peduli kalau anaknya tidak mengenal Kitab Suci. Ada orang tua yang mencari sekolah yang terbaik untuk anak berdasarkan standar dunia tetapi tidak pernah menggubris standar Tuhan. Ada orang tua yang sediakan jam demi jam membimbing anak belajar agar dia lulus ujian sekolah tetapi tidak sekali pun mendampingi dia mempelajari Alkitab. Orang tua macam apa ini? Orang tua sedemikian akan dihakimi dengan berat oleh Tuhan dan jikalau dia tidak juga bertobat, maka dia akan menyaksikan sendiri anak-anaknya berubah menjadi orang dursila yang akhirnya dibuang oleh Tuhan. Mari tekankan rasa takut akan Tuhan. Jadikan itu bagian utama dari kehidupanmu! Jadikan itu bagian utama dari kehidupan rumah tanggamu! Jadikan itu bagian utama dalam kehidupan anak-anakmu!

       Tuhan tidak akan membiarkan rencana-Nya gagal, dan karena itu Ia memanggil Samuel dengan menyingkirkan Eli dan anak-anaknya. Ini pun suatu pelajaran yang sangat penting bagi kita, yaitu bahwa tidak seorang pun yang tak tergantikan. Meskipun seorang imam dalam kehidupan berbangsa Israel sangat penting karena mempunyai otoritas yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan umat Tuhan, tetapi tidak satu pun dari mereka yang tidak tergantikan. 

       Di dalam Kitab Keluaran Tuhan telah memilih anak-anak sulung sebagai imam untuk melayani Dia. Tetapi setelah kasus anak lembu emas, Tuhan menggantikan mereka dengan orang-orang Lewi. Di dalam Kitab Suci Tuhan memilih Israel untuk menjadi umat-Nya supaya seluruh dunia mengenal ada Tuhan yang berdaulat mutlak dan harus disembah. Tetapi setelah mereka menolak Dia berkali-kali maka Tuhan memanggil Paulus dan mengutus dia untuk pergi jauh kepada bangsa-bangsa lain. Tuhan memakai Yerusalem untuk menyatakan kehadiran-Nya. Tetapi ketika mereka terus-menerus menolak, maka Tuhan mengirim Titus, seorang Jendral Romawi, untuk mengepung kota itu, menaklukkannya dan merobohkan tembok-temboknya. 

       Tuhan memanggil saudara dan saya untuk melayani Dia. Marilah kita gentar! Dengan rendah hati dan sungguh-sungguh kita menjalankan panggilan melayani Dia. Kita sebagai hamba Tuhan, atau majelis, pengurus, aktivis, guru Sekolah Minggu, atau menjadi saksi-saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat, atau yang menjalankan panggilan mandat budaya di bidang pekerjaan masing-masing, mari kita gentar! Mari kita belajar takut akan Tuhan. Mari kita minta kekuatan kepada Tuhan untuk setia kepada Dia dan berjanji untuk mengikuti Dia dengan tepat. Mari kita berjuang untuk menaati Dia! 

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Song