** Firman Tuhan:  Kisah Para Rasul 10: 1-48 ** 
"...Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi,..."  

       Menjadi kesaksian bagi orang lain adalah tugas dan tanggung jawab setiap orang percaya.  Melalui kehidupan kita yang menjadi berkat bagi orang lain nama Tuhan dipermuliakan.  Contohnya adalah Kornelius.  Alkitab menyatakan,  "Ia  (Kornelius)  saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah."  (Kisah 10:2)Tidak hanya saleh dan takut akan Tuhan, Kornelius juga seorang yang murah hati, suka menolong dan memberikan banyak sedekah kepada orang lain.  Kornelius juga tekun berdoa kepada Allah bukan hanya waktu-waktu tertentu, tapi setiap saat.  Kornelius juga seorang yang tulus hatinya, tidak ada kepura-puraan dalam hidupnya sehingga ia memiliki reputasi yang baik di antara seluruh bangsa Yahudi.

     Adakah yang kurang dalam diri Kornelius?  Ada.  Kornelius belum pernah mendengar nama Yesus dan belum percaya kepadaNya.  Itulah yang kurang dalam diri Kornelius.  Kedatangan Petrus ke rumah Kornelius setelah dijemput dari Yope membuka babak baru dalam hidupnya.  Ketika berbicara dengan Kornelius Petrus tidak membicarakan hal-hal yang lain selain perihal Yesus Kristus karena itu sangat diperlukan oleh Kornelius.  Kornelius perlu mendengar perihal kehidupan Tuhan Yesus, baik itu kematianNya, kebangkitanNya dari antara orang mati dan juga kedatanganNya kelak kembali, karena  "...Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati.  Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa peraya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya."  (Kisah 10:42-43).

     Bukan saja Kornelius harus mendengar tentang Yesus Kristus, tapi dia juga harus percaya kepadaNya dan menjadikan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.  Kesalehan manusia tanpa Yesus Kristus tidak ada artinya apa-apa karena 
 "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).
 

Sudahkah kita bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat?



---------------------------------


**  Scripture: Acts 10: 1-48 **"... Cornelius, a centurion of the sincerity of heart and reverence for God, and well spoken of by the whole Jewish nation, ..."

 Being a witness to others is the duty and responsibility of every believer. Through our life be a blessing to others the name of the Lord be glorified. An example is Cornelius. The Bible states, "He (Cornelius) pious, she and her household fear of God and he gave much alms to the Jewish people and always prayed to God." (Acts 10: 2). Not only pious and God-fearing, Cornelius was also a generous, helpful and gave many alms to others. Cornelius also kept praying to God not only certain times, but each time. Cornelius is also a sincere heart, there is no pretense in his life that he has a good reputation among the entire Jewish nation.

     
Is there anything lacking in Cornelius? Are There. Cornelius had never heard the name of Jesus and yet believe in Him. That is what is lacking in self Cornelius. The arrival of Peter to Cornelius' house after being picked up from Joppa open a new chapter in his life. When talking with Cornelius Peter does not talk about things other than the subject of Jesus Christ because it is required by Cornelius. Cornelius needed to hear about the life of the Lord Jesus, be it death, resurrection of the dead and also coming back in the future, because "... He is appointed by God as judge of the living and the dead. About him all the prophets testify , that whoever celebrants to him, he receives forgiveness of sins through his name. " (Acts 10: 42-43).

     
Not only Cornelius had to hear about Jesus Christ, but he also had to believe in Him and make Him as Lord and Savior personally. Human piety without Jesus Christ no means anything because "... salvation is not in anyone besides in him, because under heaven there is no other name given to men by which we can be saved."
(Acts 4:12). 



Have we repent and accept Jesus Christ as Lord and Savior?

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO






** Firman Tuhan: Amsal 30:8 ** 
"Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku."


       Seekor anjing berlari-lari membawa tulang dari tong sampah. Ketika melewati jembatan, ia menunduk dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air sungai. Ia mengira, ada anjing lain membawa tulang yang lebih besar dari miliknya. Tanpa berpikir panjang, ia menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke air. Anjing itu akhirnya harus bersusah payah berenang ke tepian. Akhirnya, ia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang dibawanya tadi sudah hilang.
       Dongeng itu menggambarkan sikap tidak berpuas diri yang berkembang menjadi keserakahan. Agur bin Yake belajar untuk menghindarinya. Ia memohon dua hal pada Tuhan (Amsal 30:7). Pertama, agar Tuhan menjauhkannya dari kecurangan dan kebohongan. Kedua, agar Tuhan tidak memberinya kemiskinan atau kekayaan. Intinya, ia memohon agar Tuhan memberikan apa yang memang menjadi bagiannya (Amsal 30:8). Permohonan Agur menunjukkan kepercayaannya: bahwa Tuhan sudah menyiapkan berkat khusus baginya.
       Menyadari bahwa kita memiliki bagian kita sendiri akan menghindarkan kita dari keserakahan atau mengingini milik orang lain. Sikap semacam itu justru berpotensi membuat kita kehilangan kebaikan-kebaikan yang kita miliki. Jiwa kita akan dirundung oleh kekecewaan dan kekhawatiran. Karena itu, baiklah kita belajar bersyukur atas bagian khusus itu. 


Dalam pemeliharaan-Nya, kita tidak akan mengalami kekurangan. Dalam penjagaan-Nya, kita akan mengalami kepuasan dan kecukupan yang sesungguhnya. 

--------------------------------------------------------------



**  Scripture: Proverbs 30: 8 **
"Remove far from me vanity and lies, give me neither poverty not riches, feed me with food convenient for me."
 

       A dog running around carrying a bone from the trash bin. When crossing the bridge, he looked down and saw herself reflected from the river water. He thought, there is another dog carrying a bigger bone than hers. Without thinking, he dropped the bone he was carrying and jumped into the water. The dog finally had struggled to swim to shore. Finally, he just stood pensive and sad because it carries the bone had been lost.

       The story illustrates the attitude of complacency that developed into greed. Agur son Yake learn to avoid it. He begs two things in God (Proverbs 30: 7). First, that God would keep him away from falsehood and lies. Second, that God does not give him the poverty or wealth. In essence, he asked the Lord to give you what is to be a part of (Proverbs 30: 8). Request Agur shows belief: that God has prepared for him a special blessing.

       Recognizing that we have our own section shall prevent us from greed or covetousness. Such an attitude will potentially make us lose the virtues that we have. Our souls will be dogged by disappointment and concern. Therefore, let us learn to be grateful for that particular section.


In His providence, we will have no shortage.
 In His care, we will experience true satisfaction and adequacy.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO





** Firman Tuhan: **

Amsal 15:2
Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan.

Ams 18:21
Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.

Yakobus 3:2
Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.



Kebahagiaan keluarga tidak selamanya ditentukan oleh UANG, serta KESEMPURNAAN. Karena pada dasarnya KESEMPURNAAN adalah KEMUSTAHILAN. Menantikan kesempurnakan, adalah mengharapkan kemustahilan.

Kebahagiaan keluarga, juga sangat ditentukan oleh PERKATAAN, baik yang membawa damai, yang menguatkan, yang memberkati, yang membangun.

Perkataan yang menjadi sumber persoalan:
1. Perkataan yang kasar
2. Perkataan yang menyakitkan
3. Perkataan yang menghakimi, menuduh serta menyudutkan
4. Perkataan yang penuh dusta dan kebohongan.
5. Perkataan yang tidak pada tempatnya.

The Magic Words
1. Hai Sayang
2. Sorry ya
3. Terima kasih
4. Tolong dong
5. Menurut kamu
6. Boleh nggak
7. I Love You


Ingatlah bahwa persoalan persoalan besar yang terjadi dalam keluarga, 
seringkali dimulai dari ketidaksiapan kita untuk memperhatikan 
perkataan perkataan sederhana dalam keseharian keluarga.

--------------------------------------------------------------


**  Scripture:  **
Proverbs 15: 2
The tongue of the wise issued knowledge, but the mouths of fools pour out folly.

Proverbs 18:21
Life and death power of the tongue, who likes menggemakannya, will eat its fruit.

James 3: 2
For we all stumble in many ways; whoever is innocent in his own words, he is a perfect man, who can also control the entire body.
 

Family happiness is not always determined by MONEY, and PERFECTION. Because basically PERFECTION is an impossibility. Stay tuned kesempurnakan, is expecting impossibility.

Family happiness, is also determined by WORDS, both the peacemakers, which strengthens, the blessing, which builds.

Words are the source of the issue:
1. Words rough
2. Words that are painful
3. The words of the judge, accused and cornering
4. Words that are full of lies and deceit.
5. The words that are not in place.

The Magic Words:
1. Hi dear
2. Sorry yes
3. Thanks
4. Please
5. According to you
6. It may not
7. I Love You



Remember that a great deal going problems in the family,often starts from our unpreparedness to pay attentionwords simple words in everyday family.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO




** Firman Tuhan: Mazmur 34:5 ** 
"Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku."


       Jika balon ditekan, air atau udara di dalamnya akan mencari saluran penglepasan. Ditekan di atas akan meletus di bawah. Ditekan di samping kiri akan meletus di samping kanan. Singkat kata, air atau udara akan mencari saluran pelepasan sebagai reaksi atas tekanan. Begitu pun jiwa manusia. Apabila tertekan, jiwa akan mencari "jalur pelampiasan".
       Daud tidak kurang-kurang mengalami tekanan dalam kehidupannya, terutama kala ia menjadi buronan Raja Saul. Dicari. Diancam. Dijebak. Diburu. Dimusuhi. Kehilangan jabatan dan pekerjaan. Kehilangan sahabat. Kehilangan istri. Amat tertekan. Batas antara waras dan gila terasa amat tipis. Tak heran, suatu saat, muncul pikiran untuk berpura-pura gila demi menyelamatkan diri. Namun, mazmur ini memberi tahu kita, saat jiwanya tertekan dan terguncang begitu rupa, Daud mencari salur an pelepasan yang tepat: Tuhan. Ia melampiaskan kesesakan jiwanya kepada Allah, Sang Pelepas. Dengan itu ia mendapatkan pertolongan, perlindungan, dan pemeliharaan-Nya. Ia mengalami kelegaan yang sesungguhnya.
       Anda sedang tertekan oleh pelbagai kesukaran hidup atau perlakuan orang lain? Bahkan serasa mau gila? Pasti jiwa Anda meronta mencari kelepasan. Dunia ini sepertinya menawarkan banyak saluran. Mulai dari sekedar hiburan biasa sampai ke kehidupan malam, seks bebas, dan narkoba yang mengundang bahaya. Namun, sadarlah, sesungguhnya Tuhan saja jalan kelepasan yang sejati. Carilah Tuhan!

--------------------------------------------------------------


**  Scripture: Psalm 34: 5 ** 
"I have sought the LORD, and he heard me, and delivered me from all my fears."

       
If the balloon is pressed, water or air in it will seek release channel. Pressed above will erupt below. Pressed on the left side will erupt on the right side. In short, water or air would seek the release channel in response to pressure. So even the human soul. When depressed, the soul will seek "impingement path".

       
David is not less-less under pressure in life, especially when he became a fugitive King Saul. Searching For. Threatened. Framed. Hunted. Hostility. Position and job loss. Lost friend. Lost his wife. Distressed. Boundaries between sane and insane feels very thin. Not surprisingly, one day, arise mind to pretend to be insane in order to save themselves. However, this psalm tells us, when his soul depressed and shaken so much, David's looking stripe proper release: God. He vented his soul to God's distress, the Release. With that he got help, protection, and maintenance of his. He experienced a real relief.

       
You are being pressured by various hardships of life or treatment of others? Even seemed to want crazy? Your soul is definitely struggled seek deliverance. This world seems to offer a lot of channels. Starting from just a regular entertainment to nightlife, sex, and drugs which invites danger. However, realize, just the way God actually true deliverance. Seek the Lord!

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO






** Firman Tuhan: Pengkhotbah 3:4 **
"Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari."


       Dalam sebuah video klip, seorang perempuan bercerita tentang mendiang suaminya. Ia menyatakan penghargaan atas hal-hal sederhana yang dilakukan sang suami. Ketika kondisi sang suami bertambah parah, dengkur an dan bunyi kentut, yang biasanya dianggap menjengkelkan, menjadi tanda bahwa suaminya masih hidup. Sekarang, menjelang tidur, ia merindukan bebunyian itu sambil mengenang mendiang. Video ini pun ditutup dengan nasihat agar kita mencintai, menghargai, dan bersyukur atas pasangan hidup yang Tuhan berikan.
       "Untuk segala sesuatu ada masanya, " begitu kata Pengkhotbah. Ada waktu untuk menangis, tertawa, meratap, dan menari. Empat hal tersebut juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ada saja peristiwa, baik secara pribadi maupun bersama keluarga, yang membuat kita mengucurkan air mata atau terbahak-bahak. Pada kesempatan lain, kesedihan yang mendalam membuat kita meratap. Namun, kita juga mendapat kesempatan untuk menari karena mengalami perkara yang membahagiakan. Setiap orang hendaknya bersiap untuk menerima "giliran" dalam keempat hal tersebut.
       Kelak ketika kita berpisah dengan orang yang kita kasihi, entah penyesalan entah kenangan manis yang melekat, tergantung pada apa yang kita lakukan sekarang. Selama masih ada waktu, bahkan untuk hal yang menjengkelkan, belajarlah menikmatinya. Kelak, mungkin hal itulah yang justru kita rindukan. Mari belajar untuk mencintai, menghargai, dan bersyukur atas keberadaan orang-orang terdekat kita. 

--------------------------------------------------------------


**  Scripture: Ecclesiastes 3: 4 ** 
 "There is a time to weep, and a time to laugh; a time to mourn, and a time to dance."
 

       
In a video clip, a woman told me about her late husband. He expressed appreciation for the simple things that made her husband. When the husband's condition worsens, an snoring and farting sound, which is usually considered to be annoying, a sign that he was still alive. Now, before going to bed, he missed the sounds of it while remembering the deceased. This video was closed with the advice that we love, cherish, and grateful for the spouse that God has given.

       
"For everything there is a season," says Ecclesiastes. A time to weep, laugh, mourn, and dancing. Four things that can not be separated from human life. There are only events, both personally and with the family, which makes us shed tears or laughing. On another occasion, a deep sadness makes us mourn. However, we also got the chance to dance because of a happy case. Everyone should be prepared to accept the "turn" in the fourth case.

       
Later, when we parted with our loved ones, whether remorse either sweet memories attached, depending on what we do now. As long as there is still time, even for annoying things, learn to enjoy it. Later, perhaps it is precisely we missed. Let's learn to love, cherish, and grateful for the people closest to us.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO





** Firman Tuhan: 1 Yohanes 1:9 **
"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."


       Dalam sebuah bukunya, Charles Stanley mengangkat kisah persahabatan seorang kakek dan seorang anak laki-laki. Keduanya sering bekerja sama di toko barang kerajinan kayu milik si kakek. Suatu hari si anak laki-laki mencuri beberapa pahatan kayu dari toko. Anak itu tidak sadar, melalui jendela dapur si kakek melihatnya, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Sejak itu, anak itu tak pernah lagi muncul. Hingga suatu hari, tanpa sengaja, mereka bertemu, dan anak itu menjauh karena malu. Persahabatan mereka terputus. Stanley menulis, "Ketika kita berdosa terhadap Allah, akibat yang paling berbahaya bukanlah tindakan itu sendiri, tetapi kerusakan yang terjadi pada hubungan akrab kita dengan-Nya!"
       Kita mengalami hal serupa ketika kita melanggar firman Allah. Kita jatuh dalam dosa, dan kita menjadi malu dan takut untuk bertemu dengan Allah. Ya! Memang benar, setiap pelanggaran berakibat pada rusaknya hubungan kita dengan Allah.
       Tetapi, Allah kita setia! Dia selalu merindukan hubungan yang baik dengan kita. Dia selalu menunggu kita untuk kembali. Jika kita berdosa terhadap-Nya, tidak perlu ragu untuk segera datang kepada-Nya, mengakui pelanggaran kita. Menjauhkan diri dari-Nya justru semakin membekukan hubungan baik kita. Seperti Bapa yang selalu setia menunggu kembalinya si anak yang terhilang, hari ini, rahmat dan pengampunan-Nya tersedia untuk kita. Melalui karya penebusan Kristus, Dia menyediakan penebusan dan pendamaian bagi dosa-dosa kita. 

--------------------------------------------------------------

**  Scripture: 1 John 1: 9 ** 
"If we confess our sins, He is faithful and just and will forgive us our sins and purify us from all unrighteousness."

  In a book, Charles Stanley lifted friendship story of a grandfather and a boy. Both often work together on wooden craft shop belonging to the grandfather. One day the boy stole some wood carvings from the store. The boy was unconscious, through the kitchen window grandfather saw it, but did not say anything. Since then, the boy never again appear. Until one day, accidentally, they met, and the boy away in embarrassment. Their friendship is lost. Stanley wrote, "When we sin against God, as a result of which the most dangerous is not the act itself, but the damage done to our intimate relationship with Him!"

       
We experienced the same thing when we violate God's word. We fall into sin, and we were ashamed and afraid to meet with God. Yes I Do! It is true, any violation resulting in damage to our relationship with God.

       
However, our faithful God! He always longed for a good relationship with us. He is always waiting for us to come back. If we sin against Him, should not hesitate to immediately come to Him, acknowledge our transgressions. Keep away from him even more freeze our good relationship. As Father who is always faithful to await the return of the prodigal son, today, His mercy and forgiveness available to us. Through the redemptive work of Christ, He provided redemption and atonement for our sins.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu bagi domba-domba itu... siapa saja yang masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan ia akan masuk dan keluar serta menemukan padang rumput. (Yohanes 10:7, 9)



Pada 20 Mei 2013, tornado dahsyat menerjang Oklahoma, Amerika Serikat. Angin kencang 300 km/jam itu meluluhlantakkan semua daerah yang diterjangnya. Ada guru di SD Plaza Towers yang menjadi "tameng hidup" bagi murid-muridnya. Bagaimana tidak? Ia berbaring di atas tubuh enam murid di kamar mandi sekolah, agar anak-anak itu tak tercabut oleh pusaran tornado! Akibatnya, ia mengalami luka cukup serius di sekujur tubuh. Ya, ia bukan hanya guru yang mentransfer ilmu, tetapi juga mentransfer hidup bagi murid-muridnya.

Itulah ciri gembala yang sesungguhnya-menurut Yesus. Gembala upahan akan lari saat ada bahaya. Sebaliknya, setiap petang gembala sejati membawa seluruh dombanya masuk ke kandang, lalu ia akan tidur di pintu kandang. Ia tidur di situ agar bisa cepat tahu bila ada binatang buas yang hendak memasuki kandang untuk menerkam domba-dombanya.

Yesus adalah Gembala sejati manusia. Dia berkata: "Akulah pintu ke domba-domba itu". Di bukit Kalvari, Dia memasang badan-Nya menjadi "tameng hidup" yang menyelamatkan domba-domba-Nya dari maut. Dan, salib Kalvari menjadi pintu menuju surga-tempat teraman dari semua badai keganasan dunia yang sedang menuju kehancuran. Yesus bukan hanya mengajarkan jalan keselamatan, Dia sendirilah jalan keselamatan itu. Dia mengurbankan hidup-Nya demi memperdamaikan manusia dengan Allah, agar setiap orang yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal. Sudahkah Anda memercayai-Nya dan menyambut keselamatan-Nya? 


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Nats :
Sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. (2 Korintus 12:9)


William Moon pemuda yang memiliki masa depan cerah. Suatu hari sebuah kecelakaan hebat menimpanya sehingga kedua matanya buta total. Peristiwa ini menghancurkan semua asa yang dibangunnya. Sejak itu ia menghabiskan waktu bertahun-tahun menyendiri dalam kamarnya. "Apa gunanya diriku sekarang setelah aku tersekap dalam kamarku dan dunia telah tertutup bagiku?" keluhnya. Beruntung, suatu hari ia mulai menyadari bahwa Tuhan memiliki rencana di balik kebutaannya. Ia mulai belajar mengembangkan sistem unik mengenali abjad untuk menolong kaum tunanetra seperti dirinya. Di luar perkiraannya, temuan ini diterima di beberapa negara; lebih dari 4 juta tunanetra dapat membaca Alkitab berkat temuannya itu.

Kita acap kali tidak memahami mengapa sesuatu yang telah kita persiapkan dengan baik tiba-tiba hancur berantakan di tengah jalan. Kita putus asa, dan berharap situasi buruk itu disingkirkan dari hidup kita, tetapi Tuhan seolah bergeming mendengar doa kita. "Mengapa hal ini harus terjadi?" kita bertanya.

Paulus merasa terganggu dengan "duri" yang menyakiti dirinya. Ia berharap duri itu disingkirkan. Tuhan pun berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (ay. 9). Tuhan menjanjikan sebuah kuasa yang sempurna justru di dalam kelemahan kita. Sebab itu, alih-alih meratapi kelemahan dan situasi buruk yang sedang terjadi, bukankah kita dapat bersyukur karena Tuhan hendak menunjukkan rencana-Nya yang besar melalui kelemahan kita? 


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

... Debora, bangkit sebagai ibu di Israel ... Diberkatilah Yael, isteri Heber, orang Keni itu, melebihi perempuan-perempuan lain ...(Hakim-hakim 5:7, 24)


Tiga pria berjalan sampai di tepi sungai deras. Bagaimana mereka menyeberang? Pria pertama berdoa, "Tuhan, beri aku kekuatan untuk menyeberang." Maka, Tuhan memberinya tangan dan kaki yang kuat; ia bisa menyeberang dalam waktu dua jam. Pria kedua berdoa, "Tuhan, beri aku kekuatan dan kemampuan untuk menyeberang." Maka, Tuhan memberinya perahu; ia bisa menyeberang dalam waktu satu jam. Pria ketiga pun berdoa, "Tuhan, beri aku kekuatan, kemampuan, dan kecerdasan untuk menyeberangi sungai ini." Sungguh mengejutkan, Tuhan mengubahnya menjadi perempuan! Dengan tenang si perempuan mengambil peta, lalu menyeberang lewat jembatan!

Humor di atas bukan untuk merendahkan kaum pria, tetapi untuk meneguhkan perempuan bahwa Tuhan juga memberi hikmat bagi mereka. Bahwa perempuan bukan golongan nomor dua, melainkan kaum yang dicipta Allah secara istimewa. Tuhan memberi perempuan kekuatan unik, lewat kepekaan dan kerajinannya. Tuhan memberi perempuan kelebihan spesial, lewat sikap keibuan dan keteguhannya. Semuanya Tuhan karuniakan, agar perempuan siap menjalani peran yang Tuhan sediakan baginya.

Debora dan Yael adalah para perempuan yang menjalankan peran dengan baik saat Tuhan melibatkan mereka dalam rencana-Nya. Debora dengan sikap keibuannya, menjadi pengayom bagi Israel. Yael, dengan kesempatan yang datang padanya, menggunakan hikmat Tuhan untuk menaklukkan Sisera. Keduanya perempuan, keduanya menggunakan hikmat, keduanya menjadi pelaku rencana Allah. 


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Nats :
Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (Matius 27:50)


Bagaimanakah perasaan Anda ketika Anda harus berkurban untuk orang lain? Bagaimana jika orang yang untuknya Anda berkurban itu ternyata tidak menghargai pengurbanan itu atau bahkan menolak pengurbanan itu?

Kita dapat membayangkan sekilas perasaan Tuhan Yesus ketika Dia menjalani hukuman salib. Dia yang tiada berdosa, namun rela menderita bahkan sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Kita dapat memahami jika Yesus merasa pedih ketika manusia justru menolak dan mencemooh diri-Nya, bahkan menyiksa-Nya dengan brutal. Sebagai seorang manusia, Yesus juga tercekam ketakutan yang mendalam karena Allah yang mengutus-Nya seakan-akan meninggalkan Dia. Dia berseru kepada Allah, "Eli, Eli lama sabakhtani --Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku" (ay. 46). Tuhan Yesus Mahakuasa dan mampu menghindari hukuman salib itu. Akan tetapi, karena kasih-Nya, Anak Allah memilih menyerahkan nyawa-Nya untuk menyelamatkan manusia (ay. 50).

Setiap Jumat Agung, kita memperingati pengurbanan dan kematian Tuhan Yesus. Apakah kita masih merasakan getaran kematian-Nya yang menghapus dosa kita? Ataukah, perayaan Jumat Agung hanya menjadi ritual tahunan? Jika Yesus yang tanpa dosa telah rela berkurban demi kita yang penuh dosa ini, maukah kita juga berkurban demi sesama kita untuk mewartakan kabar baik dan keselamatan yang Tuhan anugerahkan? Sekalipun kita mungkin ditolak atau tidak dihargai, biarlah hal itu tidak menyurutkan keikhlasan kita


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. (2 Tesalonika 3:10)


Pada musim dingin, si belalang melihat sederet semut membawa biji-bijian ke sarang mereka. Kata belalang, "Maukah kamu berbagi sedikit makanan? Saya belum makan apa pun sejak kemarin; saya hampir mati kelaparan." Seekor semut menjawab, "Apa yang kamu lakukan sepanjang musim panas sehingga tidak punya makanan pada musim dingin ini?" Kata belalang, "Saya menghabiskan waktu untuk bernyanyi dan beribadah kepada Tuhan; saya sibuk mempersembahkan berbagai kidung kepada-Nya sehingga saya tidak sempat mengumpulkan makanan untuk musim dingin." Jawab semut. "Kalau begitu, berdoalah terus dan mintalah musim dingin segera pergi." Rombongan semut itu berlalu meninggalkan si belalang.

Fabel di atas mengingatkan saya pada ajaran Paulus. Ia menegaskan bahwa orang yang tidak mau bekerja tidak boleh makan. Ia tidak berbicara tentang orang yang tidak mampu bekerja, melainkan orang yang malas atau enggan bekerja. Orang semacam itu hanya akan menjadi benalu di tengah keluarga dan masyarakat. Sebaliknya, orang yang rajin bekerja bukan hanya akan dapat mencukupi kebutuhan pribadi, namun kiranya mendapatkan hasil berlebih untuk membantu orang lain yang kekurangan.

Bekerja tidak lain adalah perwujudan dari iman dan ibadah. Berdoa dan bekerja, dengan demikian, tidak sepatutnya dipertentangkan; keduanya perlu berjalan beriringan. Jika orang menghayati hal ini dengan baik, ia akan bekerja dengan penuh sukacita dan rasa syukur, dan hasilnya pun akan optimal. 


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.(Mazmur 90:12)



Provider telepon seluler saya memiliki program SMS tak terbatas. Saya dapat menggirim SMS kapan pun berkali-kali tanpa cemas kehabisan pulsa. Namun, beberapa bulan kemudian, provider itu menggantinya dengan program baru. Jumlah SMS gratis per hari dibatasi. Hasilnya, saya tidak dapat lagi mengirim SMS secara asal-asalan. Saya perlu "lebih bijaksana" dalam melakukannya. Setiap kali mau mengirim SMS, saya menimbang-nimbang apakah pesan itu memang penting untuk disampaikan.

Lalu, bagaimana kita memandang masa hidup, yang sama-sama terbatas, namun jauh lebih penting dari SMS? Alkitab menulis bahwa umur manusia itu singkat, antara 60 hingga 70 tahun saja, kalaupun kuat 80 tahun. Tidak sedikit orang yang bahkan tidak mencapai usia sepanjang itu. Kita memiliki pilihan untuk mengisi kehidupan: menggunakannya dengan bijaksana atau menyia-nyiakannya. Jika kita menyadari hidup ini singkat, kita perlu menghargai waktu yang kita lewati. Banyak orang mengisi kehidupan dengan kesia-siaan dan secara sembrono. Tidak memiliki waktu untuk keluarga, mengembangkan diri, dan beribadah.

Kiranya kita sungguh-sungguh menyadari keterbatasan masa hidup ini sehingga kesadaran itu memengaruhi cara pandang kita terhadap hari-hari yang kita lewati. Aktivitas apa saja yang akan kita lakukan? Apakah aktivitas yang berguna? Atau kita melewati hari begitu saja tanpa melakukan hal yang bermakna? Apa yang kita lakukan menjadi berkat bagi orang lain? Menginspirasi? Membuat diri kita bertumbuh? 



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau (Yosua 1:7


Banyak cara yang ditawarkan dunia untuk sukses. Seribu satu seminar ditawarkan dengan tarif jutaan rupiah. Banyak pula yang tergiur dengan ajakan itu, dan rela membayar mahal dengan harapan bisa sukses. Seusai seminar, jurus yang dipelajari diterapkan, tetapi nyatanya lebih banyak yang gagal daripada yang berhasil.

Firman Tuhan berkata lain tentang jalan menuju keberhasilan ini. Saat Yosua menggantikan Musa, Allah berkata Israel akan mendapatkan daerah baru. Namun tanah itu berpenghuni sehingga harus direbut melalui peperangan. Ini berat. Allah memahami keraguan Yosua, maka sampai tiga kali Dia berkata, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu...." Dia tidak menjabarkan strategi perang untuk memperoleh tanah itu kepada Yosua. Menurut Allah, kunci keberhasilan terletak pada ketaatan akan firman-Nya. Apa pun tantangan yang mereka hadapi, mereka memiliki kekuatan untuk mengatasi semua itu, dan kekuatan itu tidak lain Allah sendiri.

Pelajaran yang dapat kita petik adalah: tangan Allah yang kuat itu akan menolong kita. Cara terbaik untuk menghadapi tantangan hidup adalah dengan hidup menurut firman-Nya. Masalahnya, kita sering tidak mengutamakan pesan Alkitab dalam mencari penyelesaian masalah, namun menjadikannya alternatif terakhir bila masalah tak kunjung usai. Ubahlah sikap itu, dan raihlah kesuksesan dengan mematuhi firman-Nya. Janji Tuhan ini berlaku dari dulu hingga kini. Peganglah janji-Nya, Dia tidak pernah mengecewakan


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Nats :
Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku. (Nehemia 2:8) 


Orang yang berkedudukan tinggi bisa jadi menimbulkan rasa takut di hati kita. Kita mungkin takut secara berlebihan pada pimpinan, orang tua, bos, majikan, karena mereka memiliki otoritas untuk memerintah kita melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan.

Kita memang patut menghormati mereka, tetapi tidak seharusnya kita menganggap mereka memiliki otoritas mutlak atas hidup kita. Sebagai orang percaya, kita tahu hanya ada satu pemegang otoritas mutlak, yakni Allah kita. Atasan atau pemimpin kita hanyalah alat di tangan Allah untuk melaksanakan rencana-Nya.

Kisah Nehemia memberi sebuah bukti nyata akan kebenaran ini. Setelah mendengar kondisi buruk Yerusalem, Nehemia sangat ingin membangun kembali tembok kota itu. Ia sadar, untuk melakukannya perlu sumber daya yang tidak sedikit. Ia pun memberanikan diri mengajukan permohonan kepada Raja Artahsasta. Sang raja tentu saja memiliki otoritas untuk menjawab ya atau tidak. Nyatanya, ia memutuskan mengabulkan permohonan Nehemia. Bagi Nehemia, hal itu terjadi karena Allah menggerakkan hati sang raja.

Meskipun kelihatannya pemimpin atau atasan memiliki kuasa atas diri kita, sejatinya mereka seperti batang air yang dikendalikan Allah untuk mengalir sesuai dengan kehendak-Nya (Amsal 21:1). Tindakan mereka tidak mungkin melampaui kedaulatan Allah. Mereka pun dapat dipakai Allah menggenapi rencana-Nya atas hidup kita. Kesadaran ini akan mendorong kita memiliki sikap yang benar terhadap mereka: hormat, namun tidak ketakutan. 


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.(1 Samuel 16:7)


Pada acara Britains Got Talent 2009, seorang perempuan paruh baya menghadap dewan juri, lalu memperkenalkan diri sebagai kontestan. Ia mengaku berasal dari sebuah daerah yang tidak terlalu terkenal, tetapi berkata bahwa dirinya telah dipersiapkan sejak lama untuk menjadi penyanyi profesional. Melihat penampilannya yang lugu dan klaimnya yang terlalu berani, para juri hanya tersenyum. Beberapa penonton tertawa sinis. Namun, begitu perempuan itu mulai melantunkan lagu, reaksi mereka berubah. Keraguan berganti jadi kekaguman. Tak ada yang menyangka sosok yang sederhana itu ternyata bisa menyanyi dengan indah, dan pada babak final tampil sebagai runner-up. Namanya Susan Boyle.

Samuel pada awalnya juga memandang sebelah mata pada Daud. Ketika Tuhan meminta Samuel mengurapi raja yang baru, ia mengira bahwa kandidat yang pantas ialah anak Isai yang bertubuh tinggi besar, yang cocok untuk maju berperang. Ia terkejut ketika Tuhan justru memilih Daud, yang setiap hari menggembalakan domba. Ya, Tuhan mampu melihat lebih dalam daripada daya lihat manusia.

Kadang-kadang kita juga gagal menilai orang dengan benar. Mungkin kita menganggap rendah orang lain berdasarkan kesan pertama yang kurang meyakinkan, padahal ia sebenarnya berpotensi besar, bahkan mungkin lebih baik dari kita. Sepatutnya kita tidak terbiasa buru-buru menilai seseorang dari penampilannya, namun belajar untuk sungguh-sungguh mengenal dan menghargainya dengan sebaik mungkin. 


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Jawab Yesus, "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia." (Yohanes 9:3)


Saya merasa kurang nyaman jika ada orang yang menghubung-hubungkan masalah keuangan yang kita alami dengan persepuluhan. Atau, jika orang mengaitkan suatu musibah atau penyakit sebagai hukuman atas dosa. Apakah masalah keuangan mutlak terjadi sebagai akibat kelalaian dalam memberikan persepuluhan? Apakah musibah atau sakit penyakit mutlak terjadi sebagai akibat dari dosa yang belum terselesaikan?

Dua peristiwa dalam Alkitab menunjukkan bagaimana sepatutnya kita menyikapi hal seperti itu. Pertama, kisah tentang Ayub. Ternyata reputasi saleh, jujur, takut akan Allah, dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1) bukan jaminan tidak adanya masalah dalam hidup Ayub. Hanya dalam sekejap, Ayub kehilangan harta benda, keluarga, dan kesehatannya. Kedua, kisah murid Yesus bertemu dengan orang yang buta sejak lahir. Mereka bertanya, "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Tuhan Yesus menjawab, "Bukan dia, dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia."

Ketika mendapati saudara seiman yang sedang bergumul dalam masalah, jangan cepat-cepat menghakimi bahwa hal itu terjadi karena dirinya lalai atau berbuat dosa. Masalah terjadi dalam hidup seseorang belum tentu sebagai teguran atas dosa kita. Bisa saja Tuhan memakai masalah untuk membentuk karakter kita atau untuk menyatakan pekerjaan ajaib-Nya dalam hidup kita. Kita perlu belajar melihat masalah sebagaimana Allah memandangnya. 


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO





** Firman Tuhan: Rut 2:12 ** 
 "TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung."


       Ada seorang anak kecil yang telah satu jam lamanya berdiri di depan sebuah restoran mahal. Pakaiannya sangat lusuh dan juga tidak memakai alas kaki. Anak itu pun memutuskan untuk memasuki restoran tersebut. Para pelayan berlomba untuk menghindari anak tersebut dengan bepura-pura sibuk.

       Anak itu pun mulai duduk di salah satu meja. Seorang pelayanan muda dengan rela hati mau melayani anak kecil itu. Pelayan mulai menyodorkan buku menu dan menunggu menu yang akan akan dipesan.

“Kak, ketang goreng dengan saus lemon ini harganya berapa?”
“Oh, itu seratus ribu Dik.”
“Kalau tanpa saus?”
“Lima puluh ribu.”
“Bolehkan saya memesan setengahnya?”
“Boleh, nanti saya antar pesanan adik.”
Anak kecil itu sangat senang dan dia mulai mengeluarkan sekantung uang koin kemudian menghitungnya di meja. Setelah selesai makan, anak itu menyerahkan sekantung uang koin kepada pelayan restoran. Dengan ketulusan hatinya, pelayan itu mulai menghitung satu per satu.
“Uangnya sudah pas Dik. Dua puluh lima ribu.”
“Dan ini tips untuk kakak pelayan yang baik,” kata anak kecil sambil mengeluarkan uang seratus ribuan dari sakunya.

       Pelayan itu sangat terkejut, terlebih lagi ketika melihat anak kecil itu keluar dan sudah dijemput dengan mobil mewah di depan restorannya. Anak kecil itu adalah anak seorang pengusaha nomor satu di kotanya.

       Sama halnya dengan kita, bagaimana pelayanan kita selama di dunia ini untuk Tuhan? Apakah kita lebih cenderung untuk melihat fisik, profesi, jabatan, untuk kita layani?

       Jangan pernah memandang siapapun orang yang akan kita layani, sama seperti Tuhan Yesus yang tidak pernah membedakan orang-orang yang akan Dia layani. Ketika kita dengan setia melayani, ketika kita memiliki hati yang tulus untuk melayani, maka kita akan mendapatkan upah sesuai dengan apa yang telah kita lakukan.


--------------------------------------------------------------

**  Scripture: Ruth 2:12 ** 
"The Lord would reply to account for it , and you would fully reward bestowed by the Lord God of Israel, under whose wings you have come his refuge."
 

       
There was a little boy who has an hour standing in front of an expensive restaurant. Her clothes were very shabby and barefoot. The boy decided to enter the restaurant. The waiters are racing to avoid the child pretend to be busy.

       
The boy began to sit at one table. A young service willingly would serve little boy. The waiter started thrusting book menu and wait for the menu that will be ordered. "Sis, fried with lemon sauce ketang this costs how much?" "Oh, it's a hundred thousand little brother." "If without the sauce?" "Fifty thousand." "Can I book a half?" "Sure, I 'll order between sister. "The little boy was very happy and he started to pull out a bag of coins on the table and then count them. When finished eating, the child was handed a bag of coins to the waitress. With his sincerity, the waiter began to count one by one. "The money is just right bro. Twenty- five thousand." "And these tips for a good maid sister," said the little boy, pulling out money from his pocket a hundred thousand .

       
The waiter was very surprised, especially when I saw the little boy came out and has been picked up by a luxury car in front of his restaurant. The little boy is the son of a businessman number one in the city.

       
Similarly, we are, how we care for in this world for God? Are we more likely to see a physical, profession, office, for we serve?

       
Never saw anyone who will we serve, just as the Lord Jesus who never distinguishes those who will serve Him. When we faithfully serve, when we have a sincere heart to serve, then we will get the reward according to what we have done.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Song