** Firman Tuhan: II Pet 3:14-15 **
 “Sebab itu, Saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya dalam perdamaian dengan Dia. Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat...”


Bila kita memperhatikan perilaku binatang, kita akan menemukan bahwa binatang lebih peka daripada manusia, terhadap tanda-tanda akan datangnya bahaya. Ketika akan terjadi letusan gunung berapi, biasanya binatang-binatang sudah melakukan pengungsian ke daerah yang aman. Dan biasanya, pada saat terjadi bencana itu, yang lebih banyak jatuh korban adalah manusia. Kenapa? Manusia tidak peka terhadap tanda-tanda yang sudah diberikan alam.

Manusia tidak peka membaca perubahan yang terjadi di sekitarnya. Manusia tidak peka membaca tanda-tanda zaman ini. Dan orang-orang seperti ini biasanya akan menjadi pencemooh akan janji kedatangan Tuhan yang kedua kali. Tepat seperti yang dikatakan Rasul Petrus, “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.” (II Petrus 3:3-4)



Orang-orang seperti ini bukan berasal dari luar gereja. Mereka ada di sekitar kita, di antara jemaat Tuhan dan bisa jadi kitalah orang itu! Melalui mulut mungkin tidak, tetapi sikap hati dan perbuatan kita menunjukkan hal itu. Sebab memang begitulah keadaannya menjelang kedatangan Tuhan. Seperti pada zaman Nuh, manusia tidak sadar bahwa dunia akan ditenggelamkan dalam air bah, demikian juga saat ini orang tidak menyadari bahwa dunia sudah mendekati akhir cerita. Seperti pada zaman Nuh, orang sibuk makan minum, pesta pora, kawin mengawinkan, itupun dapat kita temukan pada saat ini. (baca Mat 24:37-39). Mereka buta untuk melihat segala tanda yang sudah diberikan Tuhan di depan mata mereka.

Tetapi kita sebagai orang percaya yang setia menanti penggenapan janji Allah, kita semestinya dapat membaca tanda-tanda zaman, yaitu tanda-tanda kedatangan-Nya yang sudah semakin dekat. Saya dapat memastikan bahwa inilah zamannya. Inilah waktunya, Yesus akan datang kembali. Saudara tidak percaya? Baca kembali tanda-tanda kedatangan Tuhan Yesus yang pernah Dia ucapkan kepada murid-murid-Nya (Mat 24:3-14) dan saya akan menunjukkan faktanya: Pertama, gempa bumi. Jumlah gempa bumi yang terjadi di abad ke-20 jauh lebih banyak dan lebih dahsyat dibanding yang terjadi dari abad pertama sampai abad ke-19. Kedua, perang. Saudara pasti sudah tidak asing dengan berita perang bukan? Ketiga, Kelaparan. Itu juga bukan berita baru. Keempat, pengajaran sesat, nabi dan mesias palsu sudah berkali-kali kita dengar. Terakhir, penganiayaan terhadap orang Kristen. Inipun sudah terjadi sejak abad pertama hingga saat ini. Dan tinggal satu yang belum terjadi, yaitu seluruh dunia mendengar kabar Injil (Mat 24:14). Tetapi inipun akan terjadi dalam waktu singkat. Ketika ketakutan melanda Malagasi pada abad ke-17, kegerakan terjadi di sana dan orang-orang Kristen bertambah jumlahnya. Ketika ketakutan terjadi di Amerika, kebangunan rohani tengah terjadi. Dan ketika dunia mengalami ketakutan, itulah saatnya penyelamatan besar akan terjadi.



Nah, bukankah tanda-tandanya sudah nyata? Tuhan tidak kejam dengan tidak memberikan tanda kepada kita sebelum Dia menjemput kita. Hari dan jamnya memang tidak ada yang tahu. Namun Tuhan sudah memberikan kepekaan kepada kita. Ada perasaan khusus yang kita rasakan bila Ia akan datang (Itu terjadi bila kita memiliki Kristus dalam diri kita). Sama seperti seorang ibu yang dapat merasakan anaknya akan pulang ke rumah, demikianlah kita akan “merasa” bahwa Tuhan Yesus akan datang pada saat tertentu. Bila kita tetap tinggal dalam hadirat Allah setiap waktu, maka ‘baunya’ pun dapat kita cium. Dan bukankah saat ini bau kedatangan-Nya itu sudah tercium?Binatang dapat mencium datangnya bahaya dengan merasakan gejala alam, mengapa manusia tidak dapat mencium datangnya bahaya terbesar bagi dunia: Hari Tuhan!

Masihkah Saudara berani hidup sembrono, hidup dalam kubangan dosa, percabulan, perzinahan, dan berbagai kebodohan yang membuat kepekaan kita luntur? Jangan heran bila Saudara tidak dapat mencium bau kedatangan-Nya. Dan jangan kecewa bila kelak Saudara ditinggalkan!
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Song