Karena pergaulan buruk dengan teman2 ganknya, perkelahian, narkoba dan minuman keras menjadi tak terpisahkan dari hidup Odi Manaroisong sejak masih remaja.

"Ketika saya minum alkohol, bawaan saya itu sudah lain. Kadang2 bukan masalah saya, bukan urusan saya, bisa buat saya emosi. Saya tidak mau teman satu gank saya dipukul orang. TIdak peduli teman saya yg salah atau orang yg salah, saya akan berusaha tampil menjadi pahlawan. Hal ini saya lakukan supaya mereka tau siapa ini saya."

Perkelahian demi perkelahian dijalani Odi dan ganknya demi membuktikan bahwa mereka hebat. Namun semua itu tidak bisa memuaskan hasrat Odi, ia ingin lebih lagi melakukan pembuktian dengan merantau ke Jakarta.

"Rasa ingin tau saya begitu besar. Dan menurut saya kalau belum merantau ke Jakarta, bukan laki2 Manado. Saya merasa kampungan banget kalau jadi premman tapi cuma preman di kampung." tutur Odi.

Sesampainya di Jakarta, Odi tinggal di rumah saudara teman satu ganknya yg ternyata adalah pengedar narkoba. Hal itu membuat Odi lebih hancur.

"Kalau malam, banyak anak2 yg datang kerumah itu. ternyata rumah itu adalah markas. Di rumah itulah saya baru mengenal yg namanya gele, dan ganja. Bukan hanya pemakai saja, saya juga disuruh2 antar barang kesana sini. Hal itu membuat pola pikir saya berubah, kehidupan yg penting adalah senang. Kalau sudah bosan dengan gele, dengan minuman, dgn alkohol, maka yang selanjutnya adalah wanita."

Namun selama menjalani kehidupan kelamnya di Jakarta, Odi mulai berpikir dan rindu akan kedua orang tuanya.

"Ketika saya sendirian, saya jadi rindu orang tua, rindu kampung. Kenikmatan sesaat itu tidak bisa memuaskan saya. Pada waktu saya diam, disitu ada bisikan2 dihati. saya berusaha mengabaikannya, tapi akhirnya saya putuskan untuk pulang saja."

Odi pun kembalai ke kampung halamannya, dan kembali bergaul dengan teman2nya sesama preman. Hingga suatu malam suatu peristiwa terjadi.

"Saya dengan teman2 sedang di kedai minum, kami minum di sebuah meja dan ada kelompok lain yg sedang minum juga dimeja yg lain. Mereka termasuk preman2 yg disegani dikampung. Karena kami tidak bergabung dengan mereka kami dibilang sombong. Saya sangat tidak suka mendengar hal tersebut."

Sewaktu Odi keluar dari kedai untuk buang air kecil, salah seorang dari kelompok tersebut mengikutinya keluar. Setelah adu mulut sebentar, mereka akhirnya berduel. Pria itu membawa sebuah pisau, sedangkan Odi hanya membawa sebuah botol yg telah dipecahkan.

"Dia menusuk saya dengan pisau, saya menghindar. dalam perkelahian tersebut hanya tangan saya saja yg terluka, sedang pisau orang itu terlepas. Saya duduki perut dia dan hanya melukai orang tersebut."

Namun perkelahian tersebut tidak berakhir disitu saja. Ternyata orang dilukai oleh Odi menyimpan dendam kesumat kepadanya. Tak pernah disangka oleh Odi preman tersebut melakukan pembalasan dengan membunuh kakaknya yang juga seorang preman juga.

"Saya pikir cuma tertusuk pisau saja, hal itu sudah biasa. Namun saya mendapat berita bahwa dia sudah mati. Saya stres sekali, saya merasa teman saja kalo dipukul orang saya bela mati-matian, tapi kakak saya sendiri saya tidak bia lakukan apapun."

Hal ini membuat Odi sanagt terluka, dia merasa merasa sangat sakit hati terhadap orang tersebut sehingga membuatnya merencanakan sesuatu yg sanagt jahat terhadap orang tersebut.

"Saya rasa kebencian, akar pahir dan sangat ingin balas dendam. Kalau saya bertemu dengan orang tersebut, saya tidak akan membunuhnya saya akan membuat dia cacat seumur hidup. Saya membuat janji itu didepan kuburan kakak saya."

Waktu berlalu namun kepahitan itu masih membekas dihatinya. Hingga suatu hari Odi melihat orang yang membunuh kakaknya. Orang itu hanya beberapa meter didepannya.

"Sewaktu saya melihat dia, saya ingat lagi komitmen saya didepan kuburan kakak saya untuk membalas dendam kepada orang itu. Saya jadi seprti orang kerasukan . Orang tersebut hanya berada sekitar 15 atau 20 meter saja."

Namun ada sesuatu yg menahan Odi untuk melakukan pembalasan kepada orang tersebut. Dua tahun sebelumnya sebuah perjumpaan yg mengubahkan dialami oleh Odi.

"Saya waktu itu dalam keadaan mabuk, dan melewati sebuah gereja kecil. Di dalam gereja tersebut sedang berlangsung sebuah ibadah, namun saya hanya duduk2 di luar. Ada sebuah lagu dilantunkan dan saya menikmatinya dari luar. Lagu tersebut sangat menyentuh hati saya. Dikatakan 'Dipintu hatimu TUHAN memanggil'. Secara spontan saya menangis dan saya merasakan sesuatu yg lain. Kok ada sukacita, kok ada sesuatu yg lain yg tidak pernah saya dapatkan ditempat lain."

Sentuhan tangan TUHAN dihari itu membuatnya terus bertanya-tanya. Odi kemudian menceritakan pengalamannya kepada salah seorang saudaranya. Dan ia dibimbing untuk melepaskan pengampunan kepada orang yg sudah membunuh kakaknya.

"Saya diminta mengampuni orang yg telah membunuh kakak saya dengan menyebutkan namanya. Saya katakan, saya tidak mampu mengampuni. Namun saudara saya membimbing saya, 'Katakan bahwa kamu mau...' Dia rangkul saya, dan dia doakan saya, dia putuskan semua dendam dalam hidup saya dan saya katakan, TUHAN ini hidup saya."

Kembali kepada perjumpaan Odi dengan pembunuh kakaknya. Pada saat segala kenangan masa lalunya muncul dan membakar hatinya dengan kemarahan, sebuah suara lembut berkata kepadanya.
"Bukankah Aku telah mengasihi engkau? Bukankah Aku telah menebus engkau? Bukankah engkau sudah mengampuni dia?"
Suara lembu itu terus mengetuk hatinya.

"Saat itu saya katakan, 'TUHAN, aku tidak mampu dengan kekuatanku'."

Odi menegur orang tersebut dari belakang dan orang itu hanya ketakutan.

"Saya menyentuh punggungnya dari belakang dan menanyakan kabarnya. Namun dia sangat ketakutan, dia pikir saya menikamnya dari belakang. Dia terus menghindar ketika saya mengajaknya untuk berbincang dan akhirnya pergi."

Hari itu jamahan TUHAN telah membuat Odi menang dari dendam yg telah menumpuk di hatinya selama bertahun-tahun. Dan Odi pun dengan Kasih TUHAN sudah melepasakn pengampunan kepada sang pembunuh kakaknya. Pemulihan dalam diri Odi terus berlangsung dan dia menjadi pribadi yg baru.

"TUHAN itu sangat baik, TUHAN sangat peduli denga kita. Apapun latar belakang hidup kita apapun dosa yg pernah kita lakukan. Saya pernah merasa tertolak, merasa minder, merasa tidak ada nilainya, saya penuh kebencian, saya penuh dendam, tapi saya anggap sampah semua yg pernah saya lakukan dimasa lalu. Dan sekarang saya merasa bangga memiliki KRISTUS, karena DIA telah memberikan semangat dan motivasi kepada saya bahkan memberikan keselamatan kekal menjadi bagian hidup saya."

( 3 Agustus 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel )

Sumber kesaksian: Odi Manaroisong


Tuhan Yesus mengasihi kita sekaLian ^^
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Song